entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship

#5…..Kapan Mulai Berbisnis ?


Saya sering mendapat pertanyaan yang seperti itu, atau kurang lebih maksudnya seperti itu. Pada awalnya saya menjawab sangat normatif sekali. Yaitu tergantung dari kesiapan kita. Sebab untuk memulai bisnis itu butuh persiapan. Ada proses yang dilalui. Dimulai dari persiapan dengan membikin bisnis plan dan seterusnya sampai kemudian membuat hitung-hitungan aspek keuangan dari ROI, BEP dan seterusnya. Dulu saya berpendapat seperti itu, sehingga, sebelum mulai bisnis, akan terasa betapa berat memulai sebuah bisnis itu.

Seiring dengan pengalaman dan juga bacaan yang saya baca, saya menemukan banyak hal, yang sesungguhnya tidak begitu-begitu amat. Bukan berarti tanpa ada persiapan dan proses seperti di atas. Akan tetapi kita bisa menyederhanakan atau mungkin menyingkat proses-proses di atas. Letaknya teryata dari kebiasaan atau kesukaan yang Anda lakukan sejak kecil. Mungkin kita lihat itu sesuatu yang sederhana, atau bahkan tidak ada pengaruhnya. Continue reading “#5…..Kapan Mulai Berbisnis ?”

Peradaban

#4 …..Pendidikan yang memerdekakan


Saya meyakini, seharusnya sebuah sistem pendidikan itu, bisa mengantarkan peserta didiknya menjadi pribadi-pribadi yang merdeka. Dan kemerdekaan dari murid ini, tentu saja didapat dari guru-guru yang merdeka. Guru yang merdeka tentu saja berasal kurikulum yang merdeka. Singkatnya pendidikan yang merdeka akan di hasilkan oleh sistem pendidikan yang merdeka. Tidak ada tertekan, tidak ada paksaan dan keterpaksaan. Artinya jika ternyata saat ini, masih kita jumpai sistem pendidikan yang belum memerdekakan, berarti ada sesuatu yang salah. Seharusnya, sebuah sistem pendidikan yang benar akan berjalan menuju satu kesatuan tujuan yang sama, yaitu memerdekakan manusia. Dalam makna merdeka yang sebenarnya, yaitu merdeka dari ketergantungan terhadap mahkluk, dan hanya bergantung kepada sang khaliq.

Jika demikian adanya lantas pendidikan model apa yang harus di desain. Satu-satunya model pendidikan yang berhasil mengantarkan pendidik dan peserta didiknya menjadi pribadi-pribadi yang terkenal sepanjang sejarah manusia, dan tertulis dalam tinta emas, sebagai generasi terbaik, bahkan tidak ada lagi generasi terbaik sesudahnya. Pendidikan yang berhasil melahirkan peradaban yang mulia Continue reading “#4 …..Pendidikan yang memerdekakan”

entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship

#3…..Sepuluh Faktor Utama Kurang Optimalnya Implementasi Strategi


Dalam beberapa survei dan penelitian, teryata ditemukan banyak perusahaan di Indonesia sangat lihai ketika membuat proposal, rencana kerja, business plan, termasuk mendesain strategi. Apalagi jika melibatkan Konsultan. Biasanya strategi yang di buat dalam kemasan tulisan yang indah-indah. Dan di bumbui dengan berbagai argumen, referensi, data-data statistik dan sederet dokumen pendukung lainnya. Intinya, mengandung pesan jika strategi yang tertuang itu dilaksanakan, maka akan mengangkat performance organisasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan profit maupun benefit yang luar biasa bagi perusahaan. Kemudian efeknya bisa di tebak, bahwa pemegang saham, manajemen dan seluruh karyawan, kemudian tersihir oleh strategi yang disusun itu.

Akan tetapi menurut Tim Riset GML Consulting, dalam bukunya Even Elephans Can Dance, yang telah melakukan studi terhadap 175 esponden yang berasal dari ekseutif di berbagai organisasi di Indonesia pada tahun 2010 -2011, menemukan bahwa hanya 37,5 % responden yang merasakan setidaknya 70% program kerja dan rencana strategi berjalan dengan baik. Artinya ada 62,5% merasakan bahwa implementasi strategi belum berjalan secara optimal. Ketika ditanya apa alasan penyebab kurang terimplementasinya rencana strategi, berikut Continue reading “#3…..Sepuluh Faktor Utama Kurang Optimalnya Implementasi Strategi”

entrepreneur, technopreneur

#2……… 9 Karakteristik Start Up Company


Kampanye yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam rangka mendorong tumbuhnya entrepeneur dan juga teknopreneur di Indonesia, nampaknya mendapatkan hasil. Tidak bertepuk sebelah tangan. Nyatanya banyak kelompok yang kemudian mendedikasikan dirinya dalam membangun etrpreneurship ini. Bahkan tidak jarang yang kemudian membuat semacam inkubator bisnis, bagi para anggotanya. Sehingga kemunculan start up company, laksana cendawan yang tumbuh di musim penghujan. Di berbagai daerah, dari segala jenis dan skala bisnis yang berbeda, banyak yang mendirikan perusahaan. Dan ini seolah-olah juga menjadi tren bagi para mahasiswa.

Kita patut bersyukur dengan kondisi ini. Akan tetapi ada baiknya jika kita menengok adanya beberapa fakta menarik yang terjadi pada start up company di Indonesia. Paling tidak ini yang saya jumpai di sekitar saya. Pengalaman dan amatan saya menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang gugur di tahun pertama. Banyak alasan yang menyebabkan mereka gugur di awal-awal mulai usaha. Biasanya mereka menyebutkan yang paling menonjol adalah masalah pendanaan. Sekaligus ini yang menjadi kambing hitamnya. Saya terus terang tidak sependapat dengan ini. Sebab beberapa hal mendasar, yang menjadi karakteristik start up company, ternyata itulah yang menjadi penyebabnya. Kebanyakan, entrepreneur pemula, susah terhindar dari belenggu karakteristik ini. Padahal jika bisa, Continue reading “#2……… 9 Karakteristik Start Up Company”

Peradaban

#1…..365 tulisan dalam 365 hari


Hari Sabtu, 30 Maret 2012 kemarin, saya mabit (bermalam) di Masjid Baitul Karim, Komplek DPP Hidayatullah, di bilangan Cipinang Cempedak – Jakarta Timur. Malam itu yang memberikan taujih, adalah al-Ustadz Abdurrahman Muhammad, Pimpinan Umum Hidayatullah. Ada sekitar 200-an peserta yang malam itu berkumpul, memenuhi ruangan masjid. Banyak hal yang disampaikan beliau malam itu. Akan tetapi bagi saya ada satu hal yang sangat menantang, yaitu ketika beliau membahas tentang baigaimana membangun tradisi keilmuan, yang dikaitan dengan bagaimana keseharian seorang Muslim itu harus diisi. Dan kesemuanya itu dalam kerangka membangun tradisi keilmuan itu.

Malam itu, beliau mencontohkan aktifitas beliau sendiri, yang menurut beliau, sesungguhnya mengikuti apa yang dilakukan oleh Allahuyarham Ustadz Abdullah Said, pendiri Hidayatullah. Setiap malam, beliau menjadwalkan jam 22.00 malam harus sudah tidur. Jika ada aktifitas yang memaksa untuk lebih dari jam 22.00, berarti akan mengurangi jatah tidur beriktnya. Kemudian ,bangun jam 02.00 dini hari. Tidak perlu pakai alarm, sebab by default, ketika memasuki jam 02.00, seolah-olah ada yang membangunkan. Selanjutnya kegiatannya di awali dengan mandi dan bersuci, kegiatan bersuci ini membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Kemudian, kira-kira 1,5 – 2 jam kegiatan dilanjutkan dengan qiyamul lail, dan dzikir. Setelah itu, sekitar jam 3.30 atau 03.45, di pergunakan untuk kegiatan membaca dan menulis. Sampai sekitar 30 menit atau 15 menit menjelang Subuh melakukan istirahat sejenak sampai dengan mendengar azan subuh. Selepas subuh sampai 30 menit menjelang dhuhur melakukan aktifitas kegiatan seperti biasa, bekerja dan berdakwah. Dan kemudian beliau akan melakukan Qoilullah lagi 30 menit menjalang azan dhuhur, dan setelah sholat dhuhur sampai dengan jam 22.00, malam adalah aktifitas sebagaimana biasa. Baik untuk urusan keluarga, bekerja, dakwah dan ibadah lainnya. Beliau menegaskan maksimal hanya 5 (lima) jam dalam sehari, selayaknya seorang muslim itu tidur. Jika lebih dari itu, betapa banyak umurnya yang sia-sia, alias habis dipergunakan untuk tidur.

Jauh sebelum itu, saya sempat membaca di hidayatullah.com, sebuah tulisan yang membahas salah satu ulama besar, Imam Nawawi. Selama berpuluh-puluh tahun dalam hidupnya, ketika malam sudah larut. Banyak orang-orang yang telah terlelap merangkai mimpi. Namun, Nawawi muda yang masih terlihat menikmati bacaannya. Ketika rasa kantuk menyerang, ia sandarkan tubuh dan kepalanya pada buku sebentar, lalu terbangun kembali. Tanpa merebahkan punggungnya di tempat tidur, ia lalu meneruskan aktifitas yang menjadi hobinya, yaitu membaca. Begitu seterusnya, hingga ia menunaikan sholat tahajjud. 
 Menjelang sholat subuh, ia meraih roti yang ia simpan dan memakannya sebagai sahur yang sekaligus menjadi makan malam serta makan siangnya. Ia sudah terbiasa berpuasa dan makan sekali dalam sehari semalam. Masih banyak lagi contoh, bagaimana ulama-ulama terdahulu dalam rangka mendedikasikan dirinya dengan ilmu. Dan saya yakin di saat inipun, masih banyak pencinta ilmu yang menghidupkan malam-malamnya dengan bergulat dengan riset-riset, tulisan-tulisan dan dalam bentuk tradisi keilmuan lainnya.

Dari fakta-fakta itu, artinya membangun tradisi keilmuan termasuk di antaranya kegiatan tulis menulis, sesungguhnya bukan sesuatu yang berat, asalkan kita mau bersungguh-sungguh, istiqomah  dan dinikmati. Pun demikian saya, terinspirasi yang kemudian termotivasi dari hal-hal di atas. Maka mulai hari ini 2 April 2012 sampai selesai, saya bertekad  membuat semacam proyek untuk membuat 365 tulisan dalam 365 hari. Saya tidak membatasi temanya. Apa saja yang bisa di tulis akan di tuangkan dalam blog ini. Tetapi saya jamin tulisannya yang ringan-ringan (karena tidak bisa nulis yang berat-berat :). Bahkan bisa jadi nggak penting. Wong, ini blog saya sendiri, ya terserah saya mau nulis apa. Saya hanya berusaha untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Bisa jadi terlaksana, bisa jadi tidak. Namanya juga proyek, jadi bisa dikatakan  365 tulisan dalam 365 hari, adalah baseline planning. Jika tidak berhasil, di buat rebaseline lagi, begitu seterusnya, sampai kemudian berhasil. Dan akhirnya….., Bismillah semoga bisa… #1