Saya sering mendapat pertanyaan yang seperti itu, atau kurang lebih maksudnya seperti itu. Pada awalnya saya menjawab sangat normatif sekali. Yaitu tergantung dari kesiapan kita. Sebab untuk memulai bisnis itu butuh persiapan. Ada proses yang dilalui. Dimulai dari persiapan dengan membikin bisnis plan dan seterusnya sampai kemudian membuat hitung-hitungan aspek keuangan dari ROI, BEP dan seterusnya. Dulu saya berpendapat seperti itu, sehingga, sebelum mulai bisnis, akan terasa betapa berat memulai sebuah bisnis itu.
Seiring dengan pengalaman dan juga bacaan yang saya baca, saya menemukan banyak hal, yang sesungguhnya tidak begitu-begitu amat. Bukan berarti tanpa ada persiapan dan proses seperti di atas. Akan tetapi kita bisa menyederhanakan atau mungkin menyingkat proses-proses di atas. Letaknya teryata dari kebiasaan atau kesukaan yang Anda lakukan sejak kecil. Mungkin kita lihat itu sesuatu yang sederhana, atau bahkan tidak ada pengaruhnya. Ternyata hobby sejak kecil itu, sebenarnya akan menjadi faktor yang sangat kuat ketika seseorang itu sudah dewasa. Dan ini terjadi di semua jenis hobby, tidak terkecuali jika di kaitkan dengan dunia bisnis.
Ada sebuah contoh yang menarik yang bisa kita ambil pelajaran dari seorang Bill Gates. Ya pendiri dan boss nya Micrsosoft itu. Sejak umur 13 tahun dia belajar otodikdak belajar pemrograman komputer. Dan hal ini berlanjut ketika dia mengambil kuliah di Fakultas Hukum di Harvard University. Saya ulangi lagi dia mengambil fakultas hukum, bukan teknik ataupun jurusan sains lainnya. Tetapi karena dasar otaknya encer, meski di jurusan yang jauh dari komputer, karena pengalaman masa kecilnya itulah yang kemudian mendorong dia untuk tetap menggeluti hobby-nya itu. Dan kemudian dari situ dia menggagas sebuah visi besar yang terkenal itu : Computer on Every Desk and in Every Home,”. Demi merealisasikna mimpinya itu, dia mempertaruhkan pendidikannya yang bergengsi itu, dengan memilih jalan drop out.
Selepas berhenti dari kuliah, kemudian hari-harinya disibukkan dengan menutak-atik komputer. Dan dengan kerjasama dengan partnernya, Paul Allen, hari-harinya di habiskan untuk mengejar impiannya itu. Bahkan di antara tahun 1979 – 1984 dia nyaris tanpa libur. Saat itu mendapat kesempatan dari IBM untuk membuat system operasi, yang kemudian mengasilkan DoS itu. Tercatat hanya 15 hari dia tidak masuk kerja. Sebuah catatan waktu yang cukup diapaki sebutan bahwa dia seorang workaholic. Hasilnya setelah sekian puluh tahun, jerih payahnya itu menuai hasil. Dan Microsoft menjadi mesin uang yang sangat besar.
Saya melihat keberhasilan Bill Gates dalam mengembangkan Microsoft ini merupakan perpaduan antara hobby, keberanian mengambil resiko, ketekunan dan momentum. Jika boleh menaruh subyektifitas saya juga dipengaruhi oleh keberuntungan. Di negeri ini, saya melihat talenta-talenta yang memiliki hobby yang bila di adu dalam kompetisi sering mendapat award. Akan tetapi sering hanya sampai di situ. Tidak cukup keberanian untuk mengambil resiko, sehingga hasil karyanya itu sampai bisa masuk ke market. Jika alasanya tidak ada kesempatan, toh yang namanya momentum itu bisa diciptakan. Dan ini jika boleh berpendapat, merupakan kelemahan innovator-inovator muda itu. Mereka bisa jadi disibukkan oleh hitungan-hitungan bisnis sebagaimana saya kemukakan di atas. Atau bisa jadi tidak tahu sama sekali. Akibatnya takut ataupun tidak mau mencemplungkan dirinya dalam pertarungan yang sebenarnya, sebagai technopreneur.
Mungkin anda akan bertanya, itu khan untuk anak muda. Sekarang saya sudah tidak muda lagi. Perlu saya tegaskan, memulai bisnis tidak mengenal waktu dan usia. Berapapun usia Anda, tidak ada alasan untuk tidak mulai bisnis. Bahkan ketika anda sudah memasuki masa pensiun sekalipun. ika Bill Gates tadi, saya pakai contoh anak muda yang baru mulai usaha. Saya beri contoh lagi seorang yang telahberkeliling untuk mengajukan resep masakannya sampai dengan 1009 kali. Dan saat itu usianya tidak muda lagi. Kolonel Sanders, adalah seorang pensiunan tentara yang ketika itu usianya sudah 65 tahun Jika dia berhenti menjajakan resepnya pada hitungan ke 1009, dan putus asa, kemudian memilih berdiam diri dan menikmati masa-masa pensiunnya, maka kita tidak akan pernah menjumpai KFC (Kentucky Fried Chicken), yang melegenda itu. Tetapi tidak bagi Kolonel Sanders, dia tetap berusaha sampai bisa. Dan ternyata begitu ada yang mengatakan resepnya enak, dan kemudian di buka rumah makan cepat saji ketika itu, hasilnya kini, ribuan gerai KFC tersebar di seluruh dunia, dengan keuntungan secara finansial yang luar biasa.
Dan saya yakin banyak contoh lain, yang bisa kita temui disekitar kita. Dua contoh di atas sekedar pemicu bagi kita, jika orang lain bisa, mengapa saya tidak. Memang, tidak harus juga persis seperti itu, bahkan bisa jadi contoh di atas tidak cocok buat kita. Tetapi keberhasilan mereka dalam mengembangkan bisnisnya, itulah sepatutnya yang bisa kita ambil pelajarannya. Lalu, jika saat ini saya ditanya, kapan harus mulia berbisnis, jawab saya : siapapun anda, dimanapun anda berada, dalam posisi apapun saat ini. Jangan takut, mulailah berusaha saat ini juga! Tunggu apa lagi bismillah…