Ini bukan sebuah judul sinetron ataupun nyanyian yang lebay itu. Akan tetapi sebuah fakta, tentang bagaimana sebuah group, kelompok maupun perusahaan (saya) dalam menghadapi pecah kongsi. Tulisan ini di picu, setelah menonton acara buaya show di salah satu TV, sepulang kerja semalam. Saya tidak tahu judulnya apa, akan tetapi yang jelas ada 4 bintang tamu yang di hadirkan disitu : Dicky Candra, Pinkan, satu lagi lupa dan Jamrud. Kemudian satu-satu mereka di tanya mengapa memutuskan untuk meninggalkan partnernya, ketika itu. Dicky menjawab, bahwa sudah tidak ada kesamaan Visi, sehingga dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari Wakil Bupati Garut. Hal senada juga disampaikan oleh Pinkan dan bintang tamu satunya, bahwa partnernya sudah tidak bisa kerja bareng. Akan tetapi Krisyanto Vokalis Jamrud punya kisah lain. Ketika keluar dari jamrud, justru ketika group itu naik daun, dan hanya mengirim SMS ke Aziz gitaris Jamrud. Bukan karena ada masalah, tetapi karena si Kris merasa jenuh dan bukan karena ada friksi. Tetapi titik kesamaan dari kesemuanya bukan terletak pada uang. Jika ketiga orang yang saya sebut berurutan itu tidak kembali lagi ke partnernya, kemudian memilih melakoni kariernya sendiri atau mencari partner lain, lain lagi dengan Krisyanto, dia balik lagi ke Jamrud dan ingin membesarkan lagi groupnya.
Saya-pun punya pengalaman pecah kongsi dalam membangun bisnis. Bahkan kondisi perpecahan ketika itu luar biasa berat. Selain perbedaan visi, juga ada juga kaitannya dengan masalah finansial. Padahal ketika itu kami sudah ber-kongsi selama 7 tahun. Saya menanggung beban hutang yang cukup besar, bahkan untuk membayangkanyapun bagaimana untuk melunasinya tak terbayang. Belum lagi adanya fitnah disana-sini, yang berpotensi menyeret ke ranah hukum. Dalam kondisi yang terpuruk seperti itu, bukannya uluran tangan bagaimana mengentaskan keterpurukan tetapi malah banyak pula cibiran dan psimisme dari beberapa orang yang kenal dengan saya dan partner saya. Dari semua itu dapat disimpulnya bahwa perusahaan akan habis dalam waktu yang tidak terlalu lama. Lebih dari 2 tahun, saya mengalami tekanan yang begitu hebat. Akan tetapi dengan parter baru, kami pelan-pelan menyamalkan persesi dan visi. Yang secara gradual telah membentuk semacam DNA di perusahaan. Disisi lain saya yakin kontribusi do’a yang senantiasa di panjatkan di tengah malam juga memiliki andil dalam mengentaskan permalasahan kami itu.
Sampai akhirnya saat ini, satu demi satu masalah terselesaikan dengan cara yang elegan. Bahkan kini perusahaan sedang mengalami pertumbuhan yang cukup significant. Lalu apa makna perpecahan? Jawabnya sederhana, jika perpecahan dimaknai sebagai akhir dari sebuah proses maka, kita akan terperangkap dalam persepsi itu, dan akibatnya kita akan jauh lebih terpuruk. Jika perpecahan dimaknai sebagai bagian dari proses, maka saya yakin kita akan selalu berusaha mencari jalan keluar yang terbaik. Jadi tergantung persepsi Anda. Meski tidak mau lagi pecah kongsi, dan saya yakin kami dalam kondisi yang solid, tetapi saya yakin pada titik tertentu, dalam bisnis bisa jadi perpecahan itu membawa berkah 🙂