Islam, Kronik, Peradaban

Kepompong itu Kita


kepompongTadi malam, Kementrian Agama dengan berbagai Ormas Islam telah melakukan sidang Isbat dan memutuskan bahwa hari Rabu , 10/7/2013, sebagai awal Ramadhan. Tetapi juga tidak sedikit yang memulai awal ramadhan dihitung mulai hari ini,  Selasa 9/7/13. Meskipun secara pribadi saya menyayangkan ramadhan kali ini tidak bisa dimulai dengan serentak, tetapi karena saya mafhum, karena hal ini merupakan perbedaan pendekaan metode. Apapun yang melatar belakanginya, yang jelas ummat Islam di seluruh dunia, serentak mulai melaksanakan shiyam Ramadhan. Sebuah Ibadah yang kedatangannya sudah di tunggu-tunggu. Bahhan telah di kondisikan sejak bulan Rajab dan Sya’ban. Tamu agung yang dinantikan kehadirannya oleh ummat Islam, itu kini telah menghampiri kita.  Ramadhan bulan yang pernuh berkah, dimana ghirah ummat Islam melaksanakan ibadah lebih intensif dari pada hari-hari biasa. Bulan dimana al-Qur’an diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW. Bulan yang di dalamnya terdapat lailatul qadr, malam seribu bulan. Bulan yang setiap ibadah akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah, bahkan sampai hanya Allah sajalah yang tahu berapa kali kelipatan yang akan di dapat oleh hambanya.

Bulan yang didalamnya, disediakan media dan wanan bagi ummatnya untuk memperbanyak amal ibadah, Sehingga selain melaksanakan puasa ramadhan, kita di anjurkan untuk menghidupkan malam-malam kita dengan qiyamul lail, mebasahi mulut dan bibir kita dengan  membaca serta melantunkan alqur’an seraya berusaha untuk memahaminya. Memperbanyak dzikir, berdo’a baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan ummat islam lainnya, Menyediakan berbuka puasa. Memperbanyak mengeluarkan infaq dan shodaqoh, Meleksanakan i’tikaf, terutama di 10 hari terakhir bulan ramadhan. Membayar zakat dan ibadah-ibadah lainnya. Maka sudah selayaknyalah jika di bulan ini,  kita menghiasai bulan Ramadhan  ini dengan penuh keimanan dan keikhlasan, hanya semata-mata mengharap ridho Allah SWT.

Kepompong Ramadhan

Sebagaimana diketahui, dalam  rentang 1 tahun atau 12 bulan, hanya di butuhkan 1 bulan, sebagai bulan istimewa bagi ummat Islam, untuk kemudian melaksanakan shiyam ramadhan. Bulan inilah yang kemudian menjadi istimewa, karena seacara proses hamper sama dengan fase kepompong dalam siklus metamorphosis, maka tidak sedikit kemudian bulan ramadhan dan seluruh aktifitas di dalamnya, di analogikan dengan kepompong. Meskipun tidak persis seperti itu, sebab jika dalam fase kepompong kebanyakan hanya berdiam diri, akan tetapi Rasulullah, mencontohkan hamper semua peperangan di masa beliau, adalah terjadi di bulan ramadhan dan tetntu saja semua sahabat pada waktu itu sedang melaksanakan ibadah puasa ramadhan.

Akan tetapi, meskipun tidak sama persis, ada baiknya kita menengok tentang kempompong itu. Dalam wikipedia disebutkan bahwa Kepompong atau pupa (bahasa Latin pupa, ‘boneka’) adalah salah satu stadium kehidupan serangga yang mengalami metamorfosis. Fase ini hanya didapati pada serangga yang mengalami metamorfosis lengkap, yaitu yang meliputi empat tahap; embriolarva, pupa, dan dewasa. Pada stadium ini struktur tubuh dewasa serangga mulai terbentuk dan struktur tubuh larva lenyap. Kepompong umumnya inaktif dan tidak dapat bergerak (sesil). Kepompong umumnya terbungkus dalam lapisan pelindung seperti kokon (misalnya kepompong ulat sutra), sarang (misalnya lebah), atau cangkang[1] dan sering kali menggunakan kamuflase untuk mengecoh predator. Begitulah kepompong yang kita fahami. Dia melewati proses yang membutuhkan waktu dan kondisi tertentu.

Menjadi Kupu-kupu

Kupu-kupu, merupakan salah satu binatang yang indah dipandang mata. Dengan berbagai varian-nya, selalu saja Nampak indah. Saya pernah berkunjung mengantar anak-anak di museum serangga di TMII, dimana di pajang berbagai jenis kupu-kupu yang berasal dari berbagai belahan bumi nusantara.  Kita tidak tahu bahwa untuk menjadi kupu-kupu yang elok itu, di perlukan proses yang panjang. Dan semua harus berjalan sesuai sunatullahnya. Tidak bisa dipaksa dan direkayasa sekehendak kita. Dalam hal ini, untuk menjadi indah di pandang mata, Kupu-kupu melalui proses metamorfosis dimulai ulat yang kemudian menjadi kepompong. Untuk menjadi seekor kupu-kupu, kepompong harus melakukan perjuangan yang sangat-sangat berat, sebagaimana penjelsan di atas. Ketika kepompong telah ‘masak’, kepompong akan terbuka sedikit di bagian ujung kepala si kupu karena didesak oleh si kupu yang sudah tidak tahan berdiam diri.

Butuh waktu yang tidak sebentar bagi si kupu-kupu untuk membuat lubang yang semakin besar. Tubuhnya yang diselimuti cairan selama di dalam cangkang kepompong, selain sumber makanan juga akan mempermudah dan melindungi si kupu yang masih rentan untuk bergerak. Segala daya dan upaya akan dikerahkan bayi kupu-kupu itu untuk bisa keluar dari kepompong. Begitu lobang sudah semakin besar dan cairan yang melekat di tubuhnya telah habis, si kupu bisa keluar dari kepompong untuk menguatkan sayap sebentar saja dan kemudian dapat terbang bebas.

Tapi tahukah Anda , jika kita merasa kasihan dengan perjuangan si kupu-kupu itu untuk keluar dari kepompong dan kemudian kita  membantu memperbesar lobang kepompong tersebut agar si kupu-kupu bisa keluar dengan mudah adalah perbuatan yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Bayi kupu-kupu itu memang akan keluar dengan cepat dan mudah, tapi perbuatan kita yang seolah mempermudah dan menolongnya itu, sejatinya kita telah membuat cacat si kupu-kupu seumur hidupnya. Sebab kupu-kupu itu  tidak akan pernah bisa terbang karena sayapnya tidak terlatih dengan sempurna. Bahkan dia tidak akan bisa berkompetisi dan kemudian akan mati. Dan tamatlah riwayatnya.

Jadi biarlah bayi kupu-kupu itu, terus bercucuran keringat berusaha untuk keluar dari cangkang kepompong. Karena itulah prosedur dan sunatullah agar kupu-kupu itu bisa  keluar secara alamiyah, dan selanjutnya bebas terbang menembus angkasa memamerkan keindahan kepakan sayapnya dan menghinggapi dari satu bunga ke bunga lainnya.

Sekali lagi, meskipun tidak sama persis, demikianlah sejatinya puasa ramadahan itu, kita seolah-olah memasuki dalam sebuah dimensi yang di batasi dalam ruang dan waktu, yang kemudian di atur dan diisi dengan aktifitas ibadah tertentu, yang kemudian disamakan dan dimemaknai sebagai fase kepompong dalam tahapan metamorphosis itu. Kita di gembleng dan  dilatih dengan berbagai ujian, godaan dan tantangan, pada saat yang sama kita juga melakukan aktifitas ibadah yang lebih giat di banding hari-hari biasa, baik dari segi ragamnya maupun intensitasnya. Dan kemudian, selama 1 bulan penuh,  setelah akhir puasa ramadhan nanti, kita diharapkan akan menjadi hamba yang mutaqqin. Sehingga kualitas ketaqwaan kita sesungguhnya tergantung selama proses kita menjadi kepompong itu. Maka, mari kita menjadi kepompong yang terbaik, agar kelak kitalah yang menjadi kupu-kupu yang terindah itu.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.