IT

Membandingkan Tiga Opensource ERP


Saat ini, banyak pilihan aplikasi ERP (Enterprise Resource Planning) berbasis opensource, yang beredar dan dapat kita jumpai di dunia maya. Masing-masing mempunyai kelebihan satu dengan lainnya. Kelebihan di salah satu aplikasi ERP, bisa jadi sama-sama di jumpai di aplikasi lainnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan  tidak diketemukan di aplikasi lainnya tersebut.

Pendeknya, dengan semakin banyaknya pilihan itu, seringkali justru tidak memudahkan kita. Tetapi sebaliknya, sebagai user atau mungkin System Integrator malah bingung memilih yang mana. Barangkali kebingungan itu sedikit akan terurai dengan melihat tabel berikut. Dengan tuntunan dari tabel di bawah ini, minimal akan memudahkan kita untuk memilih ERP mana, yang cocok untuk di implementasikan diperusahaan kita dan juga mungkin di client kita. Modul-modul  apa saja yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh masing-masing aplikasi dan modul mana saja yang perlu dipakai dan diimplementasikan terlebih dahulu. Fitur-fitur apa saja yang cocok untuk kebutuhan kita saat ini, dst. Disini akan di bandingkan 3 (tiga) aplikasi opensource ERP yang cukup banyak digunakan yaitu : OpenERP (www.openerp.com), Open Bravo (www.openbravo.com) dan Adempiere (www.adempiere.com).

Selanjutnya, untuk mengetahui platform dan framework dari aplikasi tersebut, saya rekomendasikan untuk berselancar ke url masing-masing. Anda juga bisa melihat komparasi lainnya dengan mengunjungi url ini. Akhirnya selamat mencoba…. 🙂

Advertisement
Kronik

Hidup adalah wang-sinawang


Bagi orang Jawa, kemungkinan besar tahu, atau minimal pernah mendengar terhadap istilah wang  sinawang. Saya  tidak tahu apakah terminologi wang sinawang ini juga dimiliki oleh etnik lain. Secara sederhana wang sinawang dapat diartikan sebagai cara memandang, melihat, menilai dan sekaligus menduga, bahwa kehidupan yang dilakoni oleh orang lain itu lebih enak, lebih indah, lebih nikmat dan lebih bahagia. Sedang memandang kehidupannya sendiri lebih sengsara, lebih susah, lebih menderita dan sebagainya. Meskipun bisa jadi secara kasat mata, dirinya lebih tajir, dibanding dengan yang dinilai.

Saya tidak tahu apakah ini merupakan salah satu bentuk atau cara menghargai dan menghormati terhadap orang lain, sekedar basa-basi atau pada titik tertentu sebenarnya adalah rasa minder atau inferior. Atau bisa juga itu sebuah upaya untuk merendahkan diri meningkatkan mutu. Terlepas apapun latar belakang terjadinya, yang jelas ada sisi positif dan negatifnya. Tergantung dari sudut mana kita melihatnya.

Peristiwa wang-sinawang ini, seringkali  terjadi ketika seseorang lama tidak ketemu sahabatnya, di dalam tempat dimana saja  dan waktu kapanpun juga. Bisa juga meskipun bukan sahabat, mereka melihat orang lain, yang dia lihat secara dhohirnya lebih beruntung dari dirinya. Dengan segala cara penilaian, sudut pandang, subyektifitas dan bumbu-bumbu penyedap laiannya. Bahkan ketika dua orang sahabat atau lebih, yang lama tidak ketemu, dan biasanya masing-masing mendapat informasi yang sepenggal-sepenggal terhadap temannya yang sudah lama terpisah itu, ketika mereka berjumpa kemudian saling memuji, sebagaimana penjelasan tentang wang-sinawang diatas. Dan yang di puji, merendahkan dirinya, ganti memuji kepada temannya yang memuji lagi.

Nah, kejadian seperti ini, sering saya alami ketika ketemu, tetangga, teman bermain, teman sekolah, sahabat, dan orang-orang yang pernah kenal dan terpisah dalam kurun waktu tertentu dan kemudian ketemu. Apakah ketemu lewat Facebook, Tweetter, atau pas Chatting. Tanpa ba-bi-bu, setelah basa-basi menyatakan kabar, langsung men-judge, dengan beribu-ribu pujian dan sanjungan, dan biasannya andalannya adalah,”Kata si A kamu sekarang jadi a , b, c, d., saya dapat info juga dari  si B kamu sekarang e,f,g,h dan seterusnya,” . Biasanya saya menjawab juga,”Kata si C kamu mendapat i,j, k l. Malah saya dapat info dari si D, kamu sekarang sudah x,y,z,” dan seterusnya. Jadi memang benar Hidup adalah wang sinawang.

Entrepreneurship

Ikatlah Mimpimu Dengan Menuliskannya


Memang ini sedikit plesetan, dari atsar Ali bin Abi Tholib r.a, keponakan, menantu sekaligus sahabat Nabi SAW, yang dijuluki sebagai baabun ‘ilm (pintunya ilmu), dimana beliau pernah bersabda,”Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya”. Statement ini, jika kita tarik ke garis kekinian, maka akan ketemu relevansinya. Konon setiap penuntut ilmu, untuk meraih gelar strata kesarjanaannya, harus membuktikan tingkat kepahamannya akan ilmunya itu dengan menuliskannya. Yang kemudian di kenal berupa skripsi, thesis maupun desertasi. Atau dalam case lain, betapa banyaknya saat ini buku terbit, yang ditulis oleh orang dengan latar belakang, tingkat pendidikan dan disiplin ilmu yang beraneka ragam Ada bermacam alasan yang melatar belakanginya, ada yang inging menunjukkan jati dirinya, kampanye, untuk mendapatkan pengakuan masyarakat, men-share pengalaman dan sederet alasan lainnya. Pendek-nya dengan menulis, mereka telah berbagi pengalaman atau pengetahuan dengan sesama.

Lalu apa kaitanya dengan mimpi ?. Sebagaimana ilmu, sesungguhnya mimpi juga memiliki dimensi yang sangat luas. Bahkan bisa dikatakan melintasi ruang dan waktu. Mimpi, tidak bisa kemudian kita arahkan sekemauahendak kita. Dia bisa liar, dan bisa pula jinak, tergantung situasi batin ketika kita bermimpi. Dia datang begitu saja, dengan berbagai variasinya, dan kemudian pergi begitu saja. Ada kalanya mimpi itu begitu membekas sampai kita bangun pun masih terngiang-ngiang dengan mimpi kita,  atau kerap kali hilang tak berbekas. Mungkin juga kita pernah terbangunkan olehnya, jika ternyata itu berupa mimpi buruk. Sampai-sampai ada juga orang — dan ini menjadi kepercayaan sebagaian masyarakat–,  yaitu dengan mentakwil mimpi. Jika mimpi begini, takwilnya begitu, jika mimpi begitu, takwilnya begini dan seterusnya. Bahasan ini terkait dengan  mimpi dalam arti yang sesungguhnya atau lebih dikenal dengan “kembangnya orang tidur”.

Tetapi dalam tulisan ini, saya ingin mengajak kita untuk membahas “mimpi” dalam arti yang lebih luas. Bisa itu berupa cita-cita atau bisa berupa visi hidup. Hal ini saya angkat, karena sejatinya dalam kesehariann kita, tidak terlepas dari upaya kita untuk merah apa yang disebut “mimpi” itu. Sejak kecil kita pernah bercita-cita untuk menjadi ini dan itu. Dan di masa kecil itu pula, apa yang kita cita-citakan seolah-olah tergambar jelas dalam sebuah layar tancap J. Tetapi tiba-tiba dejavu, saat ini sekonyong-konyong kita pernah berada dalam tempat dan waktu yang sama, sebagaimana yang tergambar dalam khayalan kita masa kecil itu. Atau, kita pernah juga mempunyai visi hidup yang pernah kita declare-kan, ketika mengikuti sebuah acara pelatihan motivasi, semacam Achievement Motivation Training dan sejenisnya. Visi hidup kita bahkan pernah kita tulis, akan tetapi kita tidak tahu makna apa yang kita mimpikan dan juga kita tulis itu. Sehingga, tulisan itu pergi begitu saja, atau mungkin terlupakan dan hilang ditelan waktu.

Lalu, apa maksudnya menuliskan mimpi itu. Mulai saat ini, mari kita buatlah list dari mimpi-mimpi kita. Jangan berpikir yang macam-macam dulu, daftar semua mumpi itu, bisa cuman 1 baris, satu lembar ataupun berpuluh-puluh halaman juga tidak masalah. Baru setelah yakin bahwa semua mimpi-mimpi itu sudah tertuang dan tertulis di kertas-kertas itu, mulailah memilah dengan yang mungkin dicapai dan skala prioritas, atau dengan kata lain dibuatkan semacam matrix dengan prioritas yang penting dan mendesak. Kita harus berani merekonstrusksikan mimpi-mimpi kita yang mungkin berserakan itu. Ibarat sebuah puzzle, mimpi kita teracak kemana-mana. Kita harus tekun dan telaten untuk menata ulang mimpi-mimpi itu. Saya yakin, sesungguhnya kita masih ingat tentang apa yang pernah kita cita-citakan, dalam rentang umur kita, sejak kecil sampai usia berapapun kita sekarang. Barangkali, ada yang sudah terealisasikan, ada yang belum terlaksana atau bahkan ada yang sudah jadi kadaluwarsa. Pendeknya, kita berusaha mengelompokkan mimpi itu yang menjadi : mimpi produktif, tidak produktif dan obsolette. Kemudian, mimpi itu bisa disusun menjadi semacam roadmap, blueprint atau bahkan proposal hidup kita. Pada awalnya bisa jadi tidak teratur, atau baru berupa mind mapping. Akan tetapi itu akan terus bergulir dan tidak mustahil bisa di breakdown lebih jauh lagi. Tidak ada kata terlambat, tetapi jangan berlama-lama. Saat ini juga, wujudkan mimpi-mimpi itu dengan menuliskannya.

Islam

Prophetic Leadership


Saya mencoba mengumpulkan beberapa Hadist Rasulullah SAW, yang terkait dengan kepemimpinan. Dari hadits yang ribuan itu, karena keterbatasan  saya, hanya mampu menyajikan sedikit. Dari yang sedikit itu, ada beberapa ibroh yang bisa kita ambil disana. Paling tidak kita bisa melihat sekaligus memahami bagaimana Nabi memimpin sahabat dan ummatnya ketika itu.  Dahsyatnya lagi, pola kepemimpinan Nabi itu, tidak hanya applicable di zammanya, akan tetapi tetap up to date sampai sekarang, bahkan hingga sangkakala di tiupkan oleh Malaikat Izrofil kelak. Kita bisa mendapati semangat egaliter yang mewarnai pola kepemimpinannya, akan tetapi disisi lain juga penuh dengan sikap ketegasan, ketauladanan, melayani, dan banyak lagi hikmah yang bisa dipetik dari hadits-hadits tersebut. Coba baca hadits itu sekali dan resapi maknanya, dan kemudian baca kedua kali pahami maknanya, dan seterusnya, maka makna dari setiap apa yang kita baca ternyata berkembang. Itulah, sabda Nabi, tidak lekang oleh waktu dan tak lapuk oleh usia,  tidak hanya sebagai bahan bacaan kita, tetapi menjadi inspirasi sekaligus roadmap yang  sistemik untuk diimplementasikan, bagi siapapun kita, dan untuk tingkat kepemimpinan apapun juga, karena sejatinya kita semua adalah pemimpin. Beberapa hadits yang saya kutip itu Continue reading “Prophetic Leadership”

Kronik

Ulang Tahun di Era Web 2.0


Saya terkejut, ketika tiba-tiba di situs jejaring sosial saya (FB, Tubley, FS) termasuk di SMS dan email, muncul banyak ucapan selamat ulang tahun. Di satu sisi merupakan kebahagiaan tersendiri  ada yang mengingatkan, disisi lain sebenarnya saya jarang atau bila dikatakan tidak pernah atau tepatnya tidak suka ritual ulang tahun itu. Tradisi keluarga saya, memang tidak terlalu mengenal ulang tahun. Praktis, acara ulang tahun itu pertama kali di TK,  dan kemudian pernah saya lakukan ketika di SMP atau SMA, dimana ketika itu, ada teman yang melihat di Buku Induk bahwa hari itu tanggal lahir, dan kemudian rame-rame minta traktir. Setelah itu, ketika di perusahaan diadakan acara-acara semacam yang berlaku kepada seluruh karyawan, sebagai bagian dari penghargaan terhadap karyawan, maka acara ulang tahun berupa kejutan, dimana temen-teman rame-rame ke-ruangan saya sambil membawa kue ulang tahun. Itulah kira-kira, kaitan saya dan ulang tahun. Tetapi, ketika saat ini teknologi berkembang dengan cepat, maka praktis tidak ada yang bisa di rahasiakan (kecuali jika sengaja berbohong), terhadap identitas kita, semuanya  telanjang, dan telah berubah menjadi rahasia publik.  Ternyata salah satu hal yang berpengaruh, terhadap revolusi itu, adalah teknologi Web 2.0, berikut secara ringkas kita bahas tentang teknologi ini.

Web 2.0, adalah sebuah istilah yang dicetuskan pertama kali oleh O’Reilly Media pada tahun 2003, dan dipopulerkan pada konferensi web 2.0 pertama di tahun 2004, merujuk pada generasi yang dirasakan sebagai generasi kedua layanan berbasis web—seperti situs jaringan sosial, wiki, perangkat komunikasi, dan folksonomi—yang menekankan pada kolaborasi online dan berbagi antar pengguna. O’Reilly Media, dengan kolaborasinya bersama MediaLive International, menggunakan istilah ini sebagai judul untuk sejumlah seri konferensi, dan sejak 2004 beberapa pengembang dan pemasar telah mengadopsi ungkapan ini.

Walaupun kelihatannya istilah ini menunjukkan versi baru daripada web, istilah ini tidak mengacu kepada pembaruan kepada spesifikasi teknis World Wide Web, tetapi lebih kepada bagaimana cara si-pengembang sistem di dalam menggunakan platform web. Mengacu pada Tim Oreilly, istilah Web 2.0 didefinisikan sebagai berikut:

Web 2.0 adalah sebuah revolusi bisnis di dalam industri komputer yang terjadi akibat pergerakan ke internet sebagai platform, dan suatu usaha untuk mengerti aturan-aturan agar sukses di platform tersebut.

Techology overview

Web 2.0, secara teknologi  memiliki  kemampuan Client and Server-software, termasuk berupa sindikasi konten dan penggunaan protokol jaringan secara bersama. Berorientasi standar web browser, dapat menggunakan plugin dan software ekstensi untuk menangani konten dan interaksi pengguna. Situs web 2.0 menyediakan pengguna dengan informasi penyimpanan, penciptaan, dan penyebarluasan kemampuan yang tidak mungkin dalam lingkungan yang sekarang dikenal sebagai “Web 1.0”.

Web 2.0, merupakan sebuah website/portal yang  biasanya mencakup beberapa teknik dan fitur berikut. Andrew McAfee menggunakan akronim SLATES (papan tulis) untuk merujuk kepada Web 2.0:

  • Search

Menemukan informasi melalui kata kunci pencarian.

  • Links

Menghubungkan informasi bersama menjadi informasi yang bermakna ekosistem menggunakan model dari Web, dan menyediakan low-barrier social tools.

  • Authoring

Kemampuan untuk membuat dan memperbarui konten yang membuat pekerjaan kolaboratif banyak daripada hanya beberapa penulis web. Di wiki, pengguna dapat memperpanjang, membatalkan dan mengulang satu sama lain bekerja. Dalam blog, posting dan komentar-komentar dari individu-individu membangun dari waktu ke waktu.

  • Tags

Kategorisasi konten oleh pengguna menambahkan satu kata deskripsi untuk memudahkan pencarian, tanpa ketergantungan pada kategori pra-dibuat. Hal ini disebut sebagai “folksonomy”.

  • Extensions

Software yang membuat Web sebuah platform aplikasi serta dokumen server.

  • Signals

Penggunaan teknologi sindikasi seperti RSS untuk memberitahukan pengguna perubahan konten.

Saat ini telah berkembang pula teknologi Web 3.0. Ada beberapa definis, pro-kontra yang menyertainya, akan tetapi ada satu endapat yang mungkin bisa dijadikan rujukan adalah pendapat dari  CNN Money’s : Jessi Hempel, yang berpendapat bahwa Web 3.0 adalah Web 2.0 tapi ditambah dengan model bisnis yang menguntungkan.