Dakwah, IT, Peradaban, Tarbiyah

Mengapa Masih Ngeblog ?


source : indotrading

“Ini tahun 2022 Bro. Masih ngeblog aja. Sudah kuno Tuh”. Begitu kira-kira percakapan yang terjadi. Teringat beberapa tahun lalu, saat eranya blog, memang blog menjadi trend, dan akibatnya banyak netizen berbondong-bodong bikin blog. Dengan berbagai platform yang ada saat itu. Ada juga yang sudah mati seperti multiply.com, dll. Olehnya selain blog ini, saya juga masih ada blog lain lagi. Yang ini nggak pernah diupdate. Karena lupa username dan passwordnya. Alamatnya ini https://masbagyoku.blogspot.com/ , terakhir posting 23 Januari 2013, setelah itu nggak terupdate lagi.

Blog inipun juga hampir bernasib sama. Seringkali vacum. Namun setiap ramadhan, selalu tergerak untuk meng-updatenya lagi. Termasuk pada ramadhan kali ini. Meski dengan nuansa berbeda, sebab serangkaian tulisannya agak serius. Sehingga hampir semua tulisan disini, pernah dimuat diberbagai media. Kemudian baru di reposting di blog ini.

Dunia blog memang sudah mulai ditinggal. Kalah popularitasnya dengan media sosial, yang memang lebih interaktif.  Hal seperti ini nampaknya memang cocok dan ketemu chemistry-nya dengan karakter manusia, terutama netizen indonesia, yang memang lebih senang komunikasi verbal dibanding tulis. Lebih nyaman. Bahkan dimanjakan dengan subscribe, comment, like and share. Nggak banyak mikir. Akibatnya banyak yang membaca judulnya saja lalu men-share.

Padahal sering kali judul dan isi nggak nyambung. Mengejar clickbait, dimana sebuah judul konten yang dibuat menarik dengan tujuan memancing orang melakukan klik terhadap konten tersebut. Semakin banyak jumlah klik, semakin berhasillah judul clickbait tersebut. Hal ini juga mengkonfirmasi  tentang rendahnya budaya literasi bangsa ini. Tak heran jika kemudian hasil survey microsoft tahun 2020, yang menyatakan bahwa netizen indonesia itu peling berisik seantero jagad raya

Konsekwensinya adalah, hanya sisa sedikit blogger yang masih setia ngeblog. Termasuk blogger senior, dimana mereka adalah bloggerpapan atas di jamannya. Memang jaman telah berubah. Pilihan platform media dan kecenderungan netizenpun juga berubah. Kebanyakan migrasi dan memilih facebook, twitter, instagram, linkedin, untuk menulis ide-idenya, sebagai microblogging, meski bisa juga untuk gambar dan video. Kemudian khusus yang video menggunakan youtube, snapshot, tiktok dlsb.

Mengapa pada berpidah, selain eranya memang berunah, juga lebih interaktif sebagaimana disebut di atas. Aspek lainnya adalah aspek ekonomi, dimana platform saat ini bisa di moneytizing yang menjanjikan. Artinya bisa mendatangkan cuan disitu. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya terinspirasi dan menjadikan Youtuber, atau influencer melalui IG, bahkan Buzzerp di Twitter, dijadikan sebagai profesi. Juga menurunkan banyak profesi turunannya seperti content creator, story telling, video maker, digital marketing, search engine optimization, apps developer dlsb.

Mengapa?

Kembali ke pertanyaan yang jadi judul blog ini. Saya perlu menjelaskan mengapa masih nge-blog. Padahal kalo lihat penjelasan di atas, nampaknya jadul banget. Nah ada beberapa alasan pribadi yang mendasari, jadi wajar kalo nenti kesannya subyektif.

  1. Manyalurkan Hobi

Hobi menulis ini sebenarnya dibantun sejak kecil. Hobi ini, sesungguhnya sangat dipengaruhi kebiasaan alm. Ayahanda yang hampir setiap malam ngetik dengan mesin ketik brother. Saya biasa menemani Ayah yang multitalenta : pendidik, politikus, wiraswasta, aktifis sosial dlsb, sambil tidur di kursi sebelahnya. Sehingga, di saat mesin ketik sedang nganggur saya coba-coba ngetik. Demikian juga dianjutkan dengan menulis tangan.

 

Hal ini sebenarnya juga terkait dengan hobi baca. Buku apa saja  yang ada, sejak kecil memang selalu dibaca. Ditambah lagi seneng koleksi buku sejak bujang. Hingga berumah tanggapun, selalu setiap bulan selalu menyisihkan uang untuk minimal beli satu buku. Akibatnya isi buku-buku itu yang meyesaki kepala. Dan menulis menjadi salah satu cara mengurangi sesaknya otak. Dan ternyata mengasyikkan.  Disisi lain setelah paham tentang makna ayat pertama yang turun yaitu iqra’ (bacalah) sebagai bagian dari literasi, maka pasti diikuti juga dengan uktub (tulislah). Jadi menulis menjadi sesuatu aktifitas yang menyenangkan.

 

  1. Menuangkan dan Menguji Gagasan

You’re what you write. Kamu adalah apa yang kamu tulis. Sehingga dalam setiap tulisan itu seringkali mewakili isi kepala si penulis. Meskipun ada juga yang tidak begitu. Tetapi bagi saya, setiap ada ide dan gagasan, selalu dituangkan. Memang tidak semua dalam bentuk tulisan di blog, bisa juga seperti artikel, esay atau jurnal. Seringkali juga dalam bentuk pointer, presentasi, mindmap, dan lain sebagainya.

 

Gagasan-gagasan ini, jika sudah dituangkan dalam berbagai bentuk tulisan itu, kemudian biasanya dibagi (di share) ke berbagai kalangan. Bisa di muat di blog, di jurnal, di media online, di media cetak, di group whatsapps, dan lain sebagainya. Juga tidak jarang dipresentsikan dalam pelatihan/training, ngajar di kelas, seminar, dlsb. Juga bisa dikembangkan dalam platform digital lainnya.

 

Narasi yang dituangkan itu tidak sepenuhnya diterima oleh semua orang. Ada kalanya juga diberi masukan, dikoreksi, dikritisi, di hujat dan lain sebagainya. Nah feedback seperti ini menjadi cukup bagus, karena akan menjadikan koreksi dan introspeksi diri kita, untuk tidak jumawa dan sebagai perbaikan di masa depan.

 

  1. Membangun Relasi

Melalui blog bisa memperkenalkan diri kita kepada pihak lain. Hal ini terkait dengan poin ke-2 juga. Dari gagasan yang ditulis di blog itu, pernah mendapatkan respons untuk mengisi seminar dan pelatihan di sebuah organisasi. Dari tulisan di blog juga, sempat ada yang mengajak untuk membangun bisnis bersama.

 

Oleh karenanya, relasi dari ngeblog itu terjadi secara alamiah. Dimana pembaca blog kita bisa jadi memang mendapatkan dari platform media sosial lainya. Di share temannya. Atau ada yang niat melalui search engine. Saya juga mengamati ada beberapa tulisan yang sering dikunjungi, dan nampaknya adalah mahasiswa yang mencari rujukan untuk di tulis.

 

  1. Sarana Pendidikan Dakwah

Bagi saya menulis adalah sarana dakwah itu sendiri. Dimana dakwah itu maknyanya adalah memanggil, mengundang, mengajak, menghimbau, menyeru menghidangkan dlsb, kepada kebaikan dalam hal ini dienul Islam. Memang tidak semua tulisan harus disertai dengan ayat dan hadits, akan tetapi muatannya adalah kesana.

 

Dimana secara langsung ataupun tidak langsung ada proses mendidik diri dan untuk mempengaruhi pembaca. Sebab ada seorang ulama yang berpesan satu peluru hanya dapat menembus satu kepala, tapi satu tulisan dapat menembus ratusan hingga ribuan kepala (Sayyid Quthb). Bahkan di era media sosial ini bisa menembus jutaan kepala. Oleh karena terkit dengan unsur pendidikan dan aspek dakwahnya ini, maka tidak boleh ngasal. Meskipun tidak sedikit tulisan saya juga berisi kritikan dan gagasan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk kepada pemerintahan misalnya. Tetapi lagi-lagi semangatnya untuk kebaikan itu sendiri. Tidak lebih dari itu.

 

Subyektifitas tulisan ini  seratus persen milik saya. Blogger lain bisa memiliki pandangan berbeda. Sebab ada juga bloggeryang memiliki orientasi untuk  ekspresi kebebasan, mendapatkan uang, menjadi saluran politik dan lain sebagainya. Itu hak masing-masing blogger. Saya sendiri masih berusaha untuk mengintegrsikan menggunakan platform lain, dan kedepnnya jika memungkinkan juga bisa dimoneytizing.

 

Tetapi sekali lagi 4 (empat) point di atas, setidaknya menjadi landasan mengapa saya masih ngeblog. Saya masih ingat pesan seorang ustadz bahwa umur dakwah ini lebih panjang dari umur kita. Sehingga kita mesti meninggalkan sesuatu untuk melangengkan dakwah itu sendiri, dan menulis adalah salah satunya. Sehingga ngeblog bagi saya adalah menulis itu sendiri. Dimana ”menulis itu merangkai kata, sedangkan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata, maka menulis adalah mempersiapkan perjuangan.” Wallahu a’lam

 

 

Islam, IT, Peradaban, Tarbiyah

Tantangan dan Peluang Dakwah di Media Sosial


source : allstars

Berdasarkan laporan dari We Are Social, jumlah penduduk Indonesia adalah 277,7 juta pada Januari 2022. Hal ini menunjukkan bahwa populasi Indonesia meningkat sebesar 2,8 juta (+1,0 persen) antara tahun 2021 dan 2022. Dimana sekitar 49,7 persen penduduk Indonesia adalah perempuan, sedangkan 50,3 persen penduduk adalah laki-laki. Pada awal tahun 2022, 57,9 persen penduduk Indonesia tinggal di perkotaan, sementara itu 42,1 persen tinggal di pedesaan.

Ada 204,7 juta pengguna internet di Indonesia pada Januari 2022. Sementar, tingkat penetrasi internet Indonesia mencapai 73,7 persen dari total populasi pada awal tahun 2022. Analisis Kepios menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia meningkat sebesar 2,1 juta (+1,0 persen) antara tahun 2021 dan 2022. Sebagai gambaran, angka pengguna ini mengungkapkan bahwa 73,05 juta orang di Indonesia tidak menggunakan internet pada awal tahun 2022, artinya 26,3 persen penduduk tetap offline di awal tahun. Namun, masalah yang berkaitan dengan COVID-19 terus memengaruhi penelitian tentang adopsi internet, sehingga angka pengguna internet yang sebenarnya mungkin lebih tinggi daripada angka yang dipublikasikan ini.

Data GSMA Intelligence menunjukkan ada 370,1 juta koneksi seluler di Indonesia pada awal 2022. Namun, perhatikan bahwa banyak orang di seluruh dunia menggunakan lebih dari satu koneksi seluler – misalnya, mereka mungkin memiliki satu koneksi untuk penggunaan pribadi, dan satu lagi untuk bekerja – jadi bukan hal yang aneh jika angka koneksi seluler secara signifikan melebihi angka total. populasi. Angka GSMA Intelligence menunjukkan bahwa koneksi seluler di Indonesia setara dengan 133,3 persen dari total populasi pada Januari 2022. Jumlah koneksi seluler di Indonesia meningkat 13 juta (+3,6 persen) antara

Pengguna Media Sosial

Hingga Januari 2022, ada 191,4 juta pengguna media sosial di Indonesia. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia pada awal tahun 2022 setara dengan 68,9 persen dari total populasi. Analisis Kepios mengungkapkan bahwa pengguna media sosial di Indonesia meningkat 21 juta (+12,6 persen) antara tahun 2021 dan 2022.

Berdasarkan publikasi dari meta, pada awal tahun 2022 Facebook memiliki 129,9 juta pengguna di Indonesia. Sedangkan jangkauan iklan Facebook di Indonesia setara dengan 46,8 persen dari total populasi pada awal tahun 2022. Namun, Facebook membatasi penggunaan platformnya untuk orang-orang berusia 13 tahun ke atas, jadi perlu juga digarisbawahi bahwa 60,0 persen audiens yang “memenuhi syarat” di Indonesia menggunakan Facebook pada tahun 2022. Untuk konteks tambahan, jangkauan iklan Facebook di Indonesia setara dengan 63,4 persen dari basis pengguna internet lokal (pada semua jenis usia) pada Januari 2022. Pada awal tahun 2022,  sekitar 44,0 persen audiens iklan Facebook di Indonesia adalah perempuan, sedangkan 56,0 persen adalah laki-laki.

Berdasrkan data dari Google menunjukkan bahwa YouTube memiliki 139,0 juta pengguna di Indonesia pada awal 2022. Angka ini berarti bahwa jangkauan iklan YouTube tahun 2022 setara dengan 50,0 persen dari total penduduk Indonesia di awal tahun. Sebagai gambaran, iklan YouTube mencapai 67,9 persen dari total basis pengguna internet Indonesia (tanpa memandang usia) pada Januari 2022. Saat itu, 46,9 persen penonton iklan YouTube di Indonesia adalah perempuan, sedangkan 53,1 persen adalah laki-laki.

Angka yang dipublikasikan di alat periklanan Meta menunjukkan bahwa Instagram memiliki 99,15 juta pengguna di Indonesia pada awal 2022. Angka ini menunjukkan bahwa jangkauan iklan Instagram di Indonesia setara dengan 35,7 persen dari total populasi di awal tahun. Namun, Instagram membatasi penggunaan platformnya untuk orang berusia 13 tahun ke atas, jadi ada baiknya mengetahui bahwa 45,8 persen audiens yang “memenuhi syarat” di Indonesia menggunakan Instagram pada tahun 2022. Perlu diketahui juga bahwa jangkauan iklan Instagram di Indonesia pada awal tahun 2022 setara dengan 48,4 persen basis pengguna internet lokal (tanpa memandang usia). Pada awal tahun 2022, 52,3 persen audiens iklan Instagram di Indonesia adalah perempuan, sedangkan 47,7 persen adalah laki-laki.

Angka yang dipublikasikan di sumber periklanan ByteDance menunjukkan bahwa TikTok memiliki 92,07 juta pengguna berusia 18 tahun ke atas di Indonesia pada awal 2022. Perhatikan bahwa ByteDance memungkinkan pemasar untuk menargetkan iklan TikTok kepada pengguna berusia 13 tahun ke atas melalui alat periklanannya, tetapi alat ini hanya menampilkan data pemirsa untuk pengguna berusia 18 tahun ke atas. Untuk konteksnya, angka ByteDance menunjukkan bahwa iklan TikTok mencapai 47,6 persen dari semua orang dewasa berusia 18 tahun ke atas di Indonesia pada awal tahun 2022. Sementara itu, jangkauan iklan TikTok di Indonesia setara dengan 45,0 persen basis pengguna internet lokal di awal tahun, tanpa memandang usia. Pada awal tahun 2022, 66,0 persen audiens iklan TikTok di Indonesia adalah perempuan, sementara 34,0 persen adalah laki-laki.

Menurut publikasi Meta menunjukkan bahwa iklan di Facebook Messenger mencapai 28,40 juta pengguna di Indonesia pada awal tahun 2022. Sehingga pengguna Facebook Messenger di Indonesia setara dengan 10,2 persen dari total populasi di awal tahun. Facebook Messenger membatasi penggunaan platformnya untuk orang-orang berusia 13 tahun ke atas, jadi perlu juga disoroti bahwa iklan mencapai 13,1 persen dari audiens Facebook Messenger yang “memenuhi syarat” di Indonesia pada tahun 2022. Untuk konteks tambahan, jangkauan iklan Facebook Messenger di Indonesia setara dengan 13,9 persen basis pengguna internet lokal (berapa pun usia). Pada awal tahun 2022, 45,0 persen audiens iklan Facebook Messenger di Indonesia adalah perempuan, sedangkan 55,0 persen adalah laki-laki.

Angka yang dipublikasikan di sumber periklanan LinkedIn menunjukkan bahwa LinkedIn memiliki 20,00 juta “anggota” di Indonesia pada awal 2022.  Angka jangkauan iklan perusahaan menunjukkan bahwa audiens LinkedIn di Indonesia setara dengan 7,2 persen dari total populasi pada awal tahun 2022. LinkedIn membatasi penggunaan platformnya untuk orang berusia 18 tahun ke atas, jadi ada baiknya juga mengetahui bahwa 10,3 persen audiens yang “memenuhi syarat” di Indonesia menggunakan LinkedIn pada tahun 2022. Untuk konteks tambahan, jangkauan iklan LinkedIn di Indonesia setara dengan 9,8 persen basis pengguna internet lokal (berapa pun usia) di awal tahun. Pada awal tahun 2022, 44,6 persen audiens iklan LinkedIn di Indonesia adalah perempuan, sedangkan 55,4 persen adalah laki-laki.

Data yang dipublikasikan di sumber periklanan Snap menunjukkan bahwa Snapchat memiliki 3,30 juta pengguna di Indonesia pada awal 2022. Angka ini berarti jangkauan iklan Snapchat di Indonesia setara dengan 1,2 persen dari total populasi di awal tahun. Namun, Snapchat membatasi penggunaan platformnya untuk orang berusia 13 tahun ke atas, jadi perlu juga dicatat bahwa 1,5 persen dari audiens yang “memenuhi syarat” di Indonesia menggunakan Snapchat pada tahun 2022. Untuk konteks tambahan, jangkauan iklan Snapchat di Indonesia setara dengan 1,6 persen basis pengguna internet lokal (berapa pun usia) di awal tahun.Pada awal tahun 2022, 77,6 persen audiens iklan Snapchat di Indonesia adalah perempuan, sementara 19,7 persen adalah laki-laki.

Angka yang dipublikasikan di sumber periklanan Twitter menunjukkan bahwa Twitter memiliki 18,45 juta pengguna di Indonesia pada awal 2022. Angka ini berarti jangkauan iklan Twitter di Indonesia setara dengan 6,6 persen dari total populasi saat itu. Namun, Twitter membatasi penggunaan platformnya untuk orang-orang berusia 13 tahun ke atas, jadi mungkin bermanfaat untuk mengetahui bahwa 8,5 persen audiens yang “memenuhi syarat” di Indonesia menggunakan Twitter pada tahun 2022. Untuk konteks tambahan, jangkauan iklan Twitter di Indonesia setara dengan 9,0 persen basis pengguna internet lokal (berapa pun usia) di awal tahun.

Berdasarkan data Statista, Indonesia merupakan negara dengan pengguna whatsApp terbanyak ketiga di dunia. Jumlah pengguna whatsApp di Tanah Air mencapai 84,8 juta pengguna pada Juni 2021. Dan menjadi aplikasi yang paling banyak dinunakan setiap hari dengan 88% dari total pengguna medi sosial pasti menggunakan WhatsApp.

Peluang dan Tantangan

Data di atas sesungguhnya menjadikan peluang dan tantangan bagi semua aktifitas baik yang sifatnya organisasi bisnis maupun organisasi sosial, tak terkecuali lembaga dakwah. Jika mampu memanfaatkan potensi sebagaimana tersebut di atas, maka dakwah akan semakin diterima disemua  kalangan, melalui platform media tersebut.

Selanjutnya apa dan bagaimana yang harus dilakukan oleh lembaga dakwah untuk memasuki dunia digital terutama menerobos dan mewarnai dakwah di media sosial ini. Berikut ini ada sepeuluh tawaran dari pemahaman higga langkah teknis yang bisa dilakukan :

Pertama dakwah itu kewajiban setiap muslim, sehingga tidak ada alasan bagi siapapun yang mengaku muslim untuk tidak terlibat dalam proyek dakwah ini. Sehingga disemua platform media sosial, selalu sebarkan kebaikan (dakwah) sesuai dengan kemampuan, kapasitas dan keahlian masing-masing.

Kedua niat karena Allah ta’ala, karena dunia media sosial ini bisa melenakan dan bisa jadi malah mensihir kita. Sehingga  jangan sampai belok niat kita seharusnya niat untuk dakwah ilaLlah menjadi melenceng ke tujuan lainnya

Ketiga tingkatkan pemahaman diniyah kita dan perdalam kedekatan dengan Allah. Jangan sampai karena kita asyik di media sosial untuk niat berdakwah, kita malah lupa membangun kedekatan dengan Allah. Sesibuk apapun di medsos, sholat jamaah harus tepat waktu di masjid, dan perbanyak pula ibadah sunnah lainnya.

Keempat memilih akun media sosial, kita berusaha memiliki berbagai akun media sosial, bukan untuk eksistensi diri semata, akan tetapi dalam kerangka dakwah tersebut. Karena memiliki akun media sosil saat ini menjadi sebuah keniscyaan. Akan tetapi, tidak semua platform kita bisa isi secara optimal. Maka sebaiknya dipilih beberapa platform yag memangg sesuai dengan passion kita sekaligus sesuai dengan karakteristik pengguna platform tersebut, sehingga akan ada titik temu yang optimal.

Kelima pelajari karakteristik platform media sosial, dimana setiap platform medi sosial sesungguhnya memiliki karakteristik baik dari aspek pengguna, maupun algoritma yang ada didalamnya. Maka mempelajari dan memahaminya menjadi salah satu kunci dakwah di media sosial.

Keenam pahami obyek dakwah (mad’u), sebagaimana keberadaan beberapa platform media sosial tersebut di atas, ternyata juga berpengaruh terhadap audiens (obyek dakwah). Sehingga dengan memahami obyek dakwah kita (yang menjadi pengguna media sosial), maka pesan-pesan dakwah itu sesuai dengan preferensi dari obyeknya masing-masing.  Maka pemetaan (mapping) dakwah ini menjadi penting. Dilain pihak, jika kita dapat mengerti apa yang menjadi kebutuhan ummat, kita dapat menyampaikan dakwah yang sesuai dengan apa yang menjadi keresahan mereka.

Ketujuh muatan (konten) dakwah yang uptodate, karena beragamnya obyek dakwah sebagaimana tersebut di atas, maka siapapun akan memikiki spesifikasi berdasarkan konten dakwah yang dibawa. Maka sejatinya seorang juru dakwah masa kini juga mennjadi konten kreator, sehingga konten yang disampaikan tidak membosankan dan tepat sasaran.

Kedelapan sinergi dan kolaborsi, salah satu keberhasilan dari dakwah jika antar juru dakwah saling kolaborasi dan sinergi. Dimana setiap juru dakwah tentu memiliki spesifikasi di beberapa bidang, tetapi kurang di beberapa bidang yang lain, jika saling mengisi, maka kolaborasi dan sinergi dakwah ini akan mendapatkabn hasil yang dahsyat.

Kesembilan memilih tools yang tepat, karena dakwah media sosial ini sarat dengan penggunaan teknologi, maka memilih tool, berupa aplikasi yang tepat untuk menyebarkan dakwah secara masif juga menjadi penting. Disini juru dakwah tidak harus ahli, akan tetapi bisa meminta bantuan kepada yang ahli dibidangnya, untuk menginstallakan dan mengajari cara penggunaanya. Sehingga du’at tinggal menggunakan sesuai dengan keperluannya.

Kesepuluh istiqomah, ini menjadi salah satu kunci. Dakwah di media sosial tidak bisa hanya hit and run. Akan tetapi konsistensi ini sangat menentukan. Terutama terkait dengan waktu (keajegan) dalam menyebarkan konten dakwah.  Sehingga pengguna platform juga akan ter-update terus, akan tetapi juga jangan terlalu berlebihan dengan konten yang sama, hal ini menyebabkan kejenuhan.

Tentu realaitasnya tidak hanya yang tertulis sebagaimana tersebut di atas. Masih banyak lagi cara yang bisa dilakukan. Jadi tidak ada lagi alasan bagi kita, apalagi dakwah melalui media sosial ini bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Akan tetapi setidaknya ini menjadi gambara untuk memenangka dakwah di media sosial. Sebab jika lembaga dakwah gagal merespon secara memadai, berkenaan dengan perkembangan teknologi tersebut, maka tidak menutup kemungkinan menjadi ancaman serius bahkan menjadi lonceng kematian bagi dakwah itu sendiri.

Setidaknya agar optimis dalam berdakwah di media sosial, kita bisa merujuk QS Ali Imran : 110

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Wallahu a’lam

Asih Subagyo│Sekretaris Jenderal Muslim Information Technology Association (MIFTA)

Tulisan ini telah tayang di –> https://hidayatullah.com/kajian/read/2022/04/25/229393/tantangan-dakwah-di-media-sosial.html dengan sedikit tambahan

Islam, Parenting, Peradaban

Tujuh Sikap Menghadapi Ujian


hidayatullah.com

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS Al-Baqarah : 214)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di didalam Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, menafsirkan Surat Al-Baqarah : 214 di atas dengan, “Demikianlah setiap orang yang menegakkan kebenaran itu pasti akan diuji, dan ketika persoalannya semakin sulit dan susah lalu dia bersabar dan tegar menghadapinya, niscaya ujian tersebut akan berubah menjadi anugerah untuknya, dan segala kesulitan itu menjadi ketenangan, lalu Allah mengusulkan semua itu dengan kemenangannya atas musuh-musuhnya serta mengobati penyakit yang ada dalam hatinya”.

Ada hal menarik dan menggelitik sekaligus menjadi tadzkirah bagi kita adalah dari tafsiran beliau di akhir ayat. Beliau menyatakan ketika ujian itu ada, maka seseorang menjadi mulia atau menjadi hina (karenanya). Konsekwensi logisnya adalah, setiap ujian yang ditimpakan kepada hamba, apapun bentuknya sesungguhnya ibarat dua sisi mata uang ; bisa membawa kemuliaan, dalam arti akan menjadi semakin beriman, atau dia akan dihinakan oleh Allah swt, jika kemudian salah dalam menyikapi berbagai bentuk ujian itu. Continue reading “Tujuh Sikap Menghadapi Ujian”

Islam, Peradaban, Ramadhan, Tarbiyah

Work From Mosque ?


foto : tirto

Tidak terasa kita sudah memasuki sepuluh hari terakhir bulan ramadhan (asyrul awakhir fi syahril ramadhan). Sebuah episode penghujung di Ramdhan kali ini. Dimana, minimal sejak bulan rajab kita sudah mengharapkan kehadiran tamu agung itu, namun kini dalam hitungan hari tamu itu akan pegi meninggalkan kita. Dan entah, tahun depan kita bisa bersua dengan Ramadhan kembali atau tidak. Bahkan sesaat setelah ini, kita masih hidup atau tidak, semuanya merupakan ketetapan Allah Ta’ala.

Ibarat sebuah lari marathon, saat menjelang finish, justru konsentrasi penuh, dan dengan kekuatan sepenuhnya untuk lari sekencang-kencangnya dalam memenangkan perlombaan itu. Dalam idiom bahasa Inggris sering disebutkan the last minutes is decisive (menit-menit terakhir itu menentukan). Atau dalam bahasa al-Qur’an di surat adh-dhuha ayat : 4 وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ “Dan sesungguhnya hari akhir (kemudian) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)”.

Demikian juga yang dicontohkan Rasulullah saw, ketika memasuki bulan Ramadhan, sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bahwasannya “dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apabila telah masuk 10 terakhir beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Continue reading “Work From Mosque ?”

Islam, Parenting, Tarbiyah

Bukan Bucin


wedding anniversary

Kita sudah sejauh ini menghabiskan waktu bersama
Kita akan terus bersama dalam sebuah irama

24 tahun bukanlah waktu yang sebentar
Sejak perjanjian suci itu terucap dengan bergetar

Perjalanan ini seolah terasa singkat dirasakan
Bertabur asa dan cerita yang tak bisa diucapkan

Dihiasi suka dan duka, dibersamai tangis dan tawa
Terajut dalam bingkai cinta menuju samawa

Bukan karena budak cinta kita disatukan
Tetapi atas nama sang Khalik cinta kita ditautkan

Kita tidak pernah tahu berapa lama jatah kita hidup
Tetapi jangan pernah cinta kita ini meredup

Terimakasih atas segala kesetiaan dan kesabaran,
Terimakasih atas semua dedikasi dan pengorbanan

Dengan tulus ku mohon maaf atas khilaf dan salahku
Pun segala kekurangan dan ketidaksempurnaanku

Di dunia, kita selalu berusaha menggapai Ridho-Nya
Hingga kelak kita disatukan kembali di jannah-Nya