
Tanggal 1 Syawal 1443 H dua pekan lalu, ada sekitar sebelas anak muda teman main anak saya, silaturrahim ke rumah. Mereka usia SMP dan SMA. Saya ajak ngobrol hampir 1 jam tentang berbagai hal. Terkait dengan hal kekinian, terutama berkenaan dengan masa depan teknologi. Saya sengaja memilih tema itu, sebab saya yakin saat silaturrahim di tempat lain, banyak di nasihati tentang sekolah, agama dlsb. Saya berusaha memasuki dunia mereka. Mesti ada terasa ada gap yang sangat jauh.
Saya dahului bercerita sekilas tentang bagaimana ilmuwan Islam dulu, mampu mengubah dunia. Dan bagaimana kontribusi nya terhadap sains modern saat ini. Sekilas dikenalkan Al Khawarizmi, Ibn Sina, Al Biruni, Al Jazari, Al Haitam dst. Dan dikaitan dengan kehadiran teknologi saat ini. Kelihatan matanya pada berbinar dan antusias. Dan ternyata nyambung. Padahal, mereka semuanya nyantri, diberbagai pesantren. Ketika saya tanya, ada 2 anak yang sudah hafal 30 juz, tetapi rata-rata mereka sudah hafal lebih dari 5 juz. Continue reading “Potret Mini Gen Z Muslim”

Tahun 2001, Michael Spence mendapat hadiah Nobel dalam bidang Ilmu Ekonomi. Melalui bukunya The Next Convergence : The Future of Economic Growth in Multispeed World, yang dirilis tahun 2011, setelah 2 (dua) dasa warsa berselang dari tulisannya itu, menemukan jawabannya. Pantas saja, saat buku tersebut diterbitkan, a Washington Post, koran harian terbesar di USA saat itu, menempatkan karya ini sebagai notable non fiction book a stragey + business best business book for economis. Sebuah penghargaan yang saat tinggi bagi sebuah karya tulis. Selain itu juga mendapatkan testimony dari berbagai media kelas atas pada masanya.