Akhir pasar bebas. Siapa pemenang dalam perang antara Negara dan Swasta. Begitu Ian Bremmer presiden Eurasia Group, sebuah lembaga penelitian dan perusahaan konsultansi kelas dunia dengan spesialisasi penelitian resiko politik global memberikan judul bukunya yang provokatif itu. Bahkan di anak judulnya dia menulis bangkitnya kapitalisme negara dan ancaman jangka panjang bagi perekonomian dunia. Pilihan diksi dalam judul dan sub judulnya, dalam buku yang di tulis tahun 2009 lalu itu, terus menggugah kesadaran. Namun, berbagai analisa dan prediksi yang tertulis dalam buku ini, kini telah menjadi kenyataan.
Bremmer, diawal tulisannya mengutip Francis Fukuyama,”yang mungkin kita saksikan saat ini hanya akhir Perang Dingin, atau berlalunya sebuah periode tertentu dalam sejarah pascaperang, tetapi juga akhir sejarah secara harfiah: yakni, titik titik ujung ideologi umat manusia serta universalisasi demokrasi liberal Barat sebagai bentuk akhir pemerintahan manusia”. Jika di breakdown secara sekilas antara judul dari buku Bremmer dan kemudian mengutip pendapat Fukuyama, nampak terjadi paradoks. Satu sisi akan muncul pasar bebas, dalam arti matinya ‘pasar liberal” di sisi lain matinya ideologi umat, dengan kebangkitan demokrasi liberal.
Lebih jauh, Bremmer menggambarkan bahwa komunisme telah mati. Hanya sedikit negara yang masih berusaha memakai sistem usang itu. nya. Kuba, setelah kematian Fidel Castro, juga mulai terseok-seok dalam menerapkan komunisme, dan menunggu bantuan sekedarnya dari negara tetangganya ynag bersahabat bernama Venezuela. Sementara Kim Jong-un, membawa Korea Utara untuk tetap eksis, dengan cara nyentrik, yaitu memberikan ancaman senjata penjelajah antar benua, dengan terus menebar teror ancaman kepada negara tetangga menggunakan diksi untuk kiamat bersama. Namun ancamannya itu, kini dirasakan juga oleh Amerika. Bremmer dengan sedikit mengolok, bahwa perekonomian Korea Utara, kira-kira hanya senilai kekayaan pribadi Warrent Buffett. Sementara itu, pemimpin politik China dan Vietnam serta negara Indochina lainnya mengaku, komunis sekedar nama, karena ingin disebut demikian. Kedua negara itu tetap negara polisi, tetapi tak satupun diantara kedua pemerintah tetap setia kepada paham-paham Marxisme, Leninisme, Maoisme yang dulu telah mengantar mereka ke tampuk pimpinan. Sedangkan negara-negara Eropa Timur, telah runtuh bersamaan tumbangnya Tembok Berlin.
Demikian juga kapitalisme. Bremmer menggambarkan bahwa kapitalisme adalah penggunaan kekayaan untuk menciptakan kekayaan yang lebih besar, sebuah definisi yang cukup luas untuk mencakup baik kapitalisme pasar maupun kapitasisme negara. Hal ini menurut saya, nukan sebuah fleksibilitas. Akan tetapi lebih dari itu, sesungguhnya kapitalisme adala produk gagal yang terus di modifikasi untuk di propandakan sebagai kebenaran. Kapitalisme tidak berakhir, tetapi menemukan bentuk baru. Setiap terjadi kegagalan, kapitalisme selalu menyesuaikan diri. Kekuatan Kapitalisme adalah pada adaptasi. Begitu kata Anatole Kaletsky dalam Utomo (2014). Kaletsky dengan cermat membagi kapitalisme secara singkat sebagai berikut : Kapitalisme 1.0. adalah sistem yang di konstrul Adam Smith, dengan pendekatan laissez faire dan istilah mekanisme pasar diatur oleh invesible hand. Sistem ini berjalan sekitar 2 abad, sampai kemudian terjadi resesi global pada 1930an, atau dikenal dengan great depression, dan sekaligus meluluh lantakkannya. Kapitalisme 2.0 di pelopori oleh John Maynard Keynes, yang kemudian teorinya nanti di kenal dengan Keynesian. Dengan bukunya “The Theory of Employment, Interest and Money”, yang di tulis tahun 1930an. Dan pemikirannya tentang peran negara, diadopsi oleh Franklin D Rosevelt dalam mengatasi depresi tersebut. Program yang pertama kali di gelar adalah intervensi pemerintah atas pasar bebas, dan berakhir sekitar tahun 1980an. Kapitalisme 3.0 ditandai ketika pasar mulai tidak mempercayai bahwa pemerintah-pemerintah dunia bisa mengaturnya. Sejak saat itu, pasar di dominasi bukan oleh sektor riil tetapi oleh industry keuangan dan modal. Pasar yang sudah tidak bisa dikendalikan ini, kemudian menemui momentumnya ketika terjadi krisis global 2008. Karena ketamakan yang terumbar, pasar saham Amerika guncang, yang kemudian menyeret ekonomi riil, dan akibatnya menyebar ke seluruh dunia. Hampir tidak ada satu negarapun yang lolos dari krisis global. Sedangkan Kapitalisme 4.0 ini, melibatkan pemerintah dan institusi global tertentu yang dengan ketat mengendalikan pasar, khususnya sector keuangan dan modal. Namun, karena pemerintah-pemerintah dunia dan juga lembaga-lembaga keuangan dunia tersebut punya banyak kepentingan masing-masing, maka Kapitalisme 4.0, kemungkinan besarnya uga tidak berusia panjang melebihi usia kapitalisme sebelumnya (Iqbal : 2013). Intinya, kapitalisme telah menciptakan satu kegagalan ke kegagalan lainnya.
Sebagaimana disebutkan di atas, maka China adalah salah satu pemain besar bahkan menjadi penyeimbang ekonomi Amerika. Selanjutnya China juga menerapkan modifikasi dari sistem sosialisme dengan menerapkan apa yang dinamakan kapitalisme negara (state capitalism). Meskipun Kapitalisme Negara ini, tidak sama dengan kemunculan kembali perencanaan terpusat sosialis dalam kemasan abad kedua puluh satu. Ia suatu bentuk kapitalisme yang direkayasa secara birokratis khusus untuk tiap pemerintah yang menerapkannya. Ia sebuah sistem dengan negara menguasai pasar terutama demi kepentingan politik. Ketika kecenderungan ini berkembang. Yang akan terjadi adalah friksi dalam politik internasional dan distorsi-distorsi dalam kinerja ekonomi global. Ada kalanya pemerintah harus melindungi warga negeara mereka dari dampak terburuk diakibatkan pasar tanpa regulasi.
Jika pasar bebas diartikan sebagai salah satu bentuk pasar yang dimana segala bentuk kebijakan baik harga atau yang lainnya tidak ada patokan atau paksaan dari pihak lain atau pemerintah. sesuai dengan namanya bebas, jadi semua pihak memiliki kebebasan dalam beraktifitas maupun menetapkan sebuah kebijkan dan yang lainnya. Perlu anda ketahui bahwasannya harga dalam pasar bebas ditentukan dari permintaan dan penawaran yang terjadi antara pembeli dan penjual. Secara umum pasar bebas merupakan sebuah konsep perekonomian yang beracuan pada suatu penjualan produk yang dilaksanakan antar negara tanpa adanya pemungutan pajak atas ekspor dan impor atau hambatan perdagangan yang lainnya. Maka, sebenarnya pasar yang sedemikian itu sudah tidak ada. Atau dalam bahasa Bremmer menjadi akhir sebuah pasar bebas.
Pertanyaannya kemudian adalah, pertarungan antara kapitalisme dan sosialisme yang telah bermutasi menjadi kapitalisme negara ini, akan menjadikan blok ekonomi china dan blok ekonomi Amerika?. Sementara, negara-negara Eropa juga pendulumnya sudah mengarah ke kapitalisme negara dalam bentuk yang lebih soft. Hal ini akan menjadi kompetisi yang sangat menarik. Dan pasti akan ditandai dengan berakhirnya Kapitalisme 4.0 yang akan berupah menjadi Kapitalisme 5.0 dan seterusnya. Serta kapitalisme negara yang akan berubah bentuk, dan bisa jadi menjadi sosialisme yang disempurnakan lagi? Tetapi, apapaun itu, keduanya pasti akan tumbang, sebagaimana tumbangnya pasar bebas. Mesti kematiannya pelan-pelan.
Lalu, apa sebagai jawabannya. Tentu saja jawabannya ada di ekonomi alternatif yaitu ekonomi Islam. Dia bukan ekonomi sosialis dan juga bukan kapitalis. Ekonomi berbasis tauhid-lah yang akan menjadi solusi problematika ekonomi umat, saat ini dan masa mendatang. Bagaimana kemudian ekonomi Islam mampu menjawab itu semua? Insya Allah akan kami jawab dalam tulisan mendatang. Wallahu a’lam.
Jakarta, 24/01/2018
*) Sumber bacaaan utama The End Of The Free Market by Ian Bremmer