Entrepreneurship, Peradaban

Kelas Menengah Muslim adalah Kunci


Kelas menengah Indonesia terus bertumbuh. Berbagai survey dan penelitian menunjukkan angka tersebut. Sebagai mayoritas, maka konsekwensinya, kelas menengah muslim juga ikut bertambah. Menurut Alvara Institute, kelas menengah muslim merupakan masyarakat yang memiliki dua entitas, yakni “kelas menengah” dan “muslim”. Menurut Asian Development Bank (ADB), kelas menengah adalah kelompok penduduk yang memiliki pengeluaran $2 hingga $20 per kapita per hari. Berdasarkan rentang pengeluaran, kelas menengah dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu lower middleclass (dengan rentang pengeluaran per kapita per hari $2 hingga $4), kemudian middle-middle-class (dengan pengeluaran per kapita per hari $4 hingga $10) dan upper middleclass (dengan pengeluaran perkapita per hari $10 hingga $20). Kelas menengah didefinisikan dari sudut pandang ekonomi, yaitu berdasarkan pengeluaran per hari. Artinya, kelas menengah bisa di katagorikan sebagai mereka yang tidak lagi berfikir besok makan apa, tetapi besok makan dimana.

Berdasarkan, sensus penduduk (SP) tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa persentase penduduk muslim di Indonesia sebesar 87,13 % atau 207,176 juta jiwa. Persembahan penduduk muslim Indonesia mengikuti persebaran jumlah penduduk menurut daerah di Indonesia. Secara jumlah, kelas menengah Indonesia memang fantastis. Laporan BCG menyebutkan tahun 2012 jumlah MAC (Middle-Class and Affluent Consumers) di Indonesia berjumlah 74 juta jiwa. McKinsey yang lebih konservatif menyebutkan kelas menengah Indonesia tahun 2012 sebanyak 45 juta jiwa. Beberapa lembaga lokal diantaranya Center for Middle Class Consumer Studies (CMCS),bahkan menyebutkan jumlah lebih fantastis. Menurut mereka paling tidak 141 juta penduduk Indonesia adalah kelas menengah di tahun 2020.

Dari data demografis didapati bahwa mayoritas kelas menengah hidup di kota, karena merupakan pusat ekonomi dan bisnis. Di kota ada kemudahaan terhadap akses lapangan kerja, akses pendidikan, akses sumber daya dan sebagainya. Karena hidup di kota maka kelas menengah tidak bisa lepas dari budaya kota, dari sisi aspek pemikiran dan perilaku. Masyarakat kota adalah masyarakat yang memiliki karakter individualis dan materialisti karena mereka cenderung mengukur kesuksesan dari materi yang mereka miliki. Meskipun, kini kelas menengah di kampung dan di desa-desa, dengan kriteria menurut ADB tersebu di atas, juga mulai bertumbuh. Sehingga kelas menengah muslim ini telah merata di seluruh negara.

Eksistensi kelas menengah muslim, telah membentuk budaya baru dikalangan umat Islam. Nilai-nilai syariah, kini dengan mudah di dapati di lingkungan kita. Kelas menengah muslim, kini mendeterminasi, lifestyle yang berlandas syariah. Meski, terus mendapat perlawanan dari kalangan Islam Liberal misalnya, namun lajunya, nampaknya susah untuk dihentikan. Sehingga, gerakan kelas menengah muslim ini, seringkali dikaitkan dengan gerakan radikal, intoleran, fundamental, teroris dan kalimat sejenis untuk itu. Hal ini, ternyata tidak mampu, menyurutkan kelas menengah muslim untuk terus menciptakan kehidupan yang lebih islami. Pertarungan ini, bsa kita jumpai di berbagai tulisan, dan yang lebih jelas rivaitasnya ini, ada di media sosial.

Beberapa hal yang sebenarnya sudah ditulis oleh beberapa lembaga dan pakar, numun dalam hal ini saya ingin mempersingkat untuk melihat fenomena bangkitnya kelas menengah muslim ini. Pertama, Keuangan. menjamurnya Lembaga Keuangan Syariah, misalkan bank syariah, asuransi syariah, termasuk fintech syariah kini terus berkembang. Meskipun hingga kini market share nya baru sekitar 5%, tetapi pertumbuhannya menunjukkan ada peningkatan. Kedua, Pendidikan. Keberadaan Pesantren dan Sekolah Islam kini jadi favorit. Sejak awal tahun seperti ini, sudah banyak sekolah yang menutup pendaftaran. Bahkan inden-nya ada yang sampai dengan 2-3 tahun ke depan. Ketiga,Fashion Perkembangan industri busana muslim inline dengan pertumbuhan kesadaran menggunakan busana mulim. Dari mulai anak-anak, remaja, orang dewasa dengan orang tua, busana muslim telah menjadi trend. Dari yang mengikuti mode, sampai dengan yang niqab/cadar untuk wanita, memenuhi dinamika busana muslim ini. Bahkan di e-commerce, perdagangan busana muslim, menjadi yang paling diminanti. Keempat, Wisata Halal, industri wisata halal telah menjadi trend. Termasuk umrah haji yang jumlahnya hampir 1 juta pertahun. Disamping itu menjamurnya hotel syariah dan destinasi halal, menjadi kebutuhan kelas menengah muslim. Kelima, Makanan Halal, kesadaran untuk makan-makanan halal menjadi fenomena tersendiri. Keluaraga kelas menengah, sangat peduli dengan sertifikasi halal. Sehingga restoran, yang tidak ada sertifikasi halal MUI nya di hindari. Demikian juga terkait dengan ketersediaan rumah potong halal, dlsb. Keenam, Herbal dan Kesehatan. Kesadaran untuk hidup sehat dengan mengkonsumsi produk herbal, organik kini menjadi trend. Disamping bekam, fashdu dan lain sebagainya. Merupakan kebutuhan pola hidup muslim. Ketujuh, Perumahan. Kavling dan cluster muslim kini menjadi pilihan keluarga muda muslim. Mereka memilih lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembangnya kehidupan keluarganya. Kedelapan,Media dan Buku. Meskipun sudah mulai menurun, tetapi hampir dirumah keluarga muslim, dihiasi dengan buku-buku islam. Demikian juga pilihan bacaan, termasuk online. Sehingga media Islam yang menyuarakan dakwah Islam kini telah menjadi pilihan, baik media online, radio dan televisi. Kesembilan, Retail Muslim, Kesadaran untuk menghadirkan retail muslim, di picu salahsatunya oleh gerakan 212. Sehingga kini kebangkitan ritail muslim ini kini menjadi kebutuhan. Sehingga kini menjamur ritail muslim, sebagai perlawanan dan sekaligus alternatif dimana umayt berbelanja. Pendiriannya, banyak dinisiasi oleh kelas menengah muslim secara kolektif Kesepuluh Produk Muslim. Kedasaran untuk menggunakan produk muslim kini terus menggelora. Sehingga banyak produsen muslim yang kini terus memproduksi barang sebagai komplementer, sebelum nantinya menjadi suplementer. Kesebelas, ZISWaF. Kesadaran berzakat berbanding lurus dengan tumbuhnya LAZNas dan BAZNas. Dengan  hadirinya UU Zakat dan UU Wakaf, justru semakin menggairahkan kelas menengah muslim, untuk menunaikan Zakat, membayar Infaq, Shadaqah juga Wakaf melalui institusi resmi tersebut. 

Kesebelas hal tersebut di atas, sebenarnya menjadi contoh, bagaimana kelas menengah muslim, terus mendeterminasi terjadinya trendsetter saat ini. Disamping itu, tidak bisa kita nafikan kesadaran kelas menengah untuk mengaji dan memperdalam ilmu keagamaan. Dengan kemudahan akses melalui youutube dan media sosial lainnya, maka penyebaran ilmu ini menjadi cepat. Umat bisa dengan cepat belajar, sekaligus mendengarkan pendapat satu ulama’ dengan ulama’ yang lainnya. Meskipun demikian,hal ini juga mempermudah bagi hatters yang membenci dakwah, justru membenturkan satu ulama’ satu dengan ulama’ lainnya, bahkan menyalahkan, dan mengirimkan hate speech dan ujungnya meng-kriminalisasinya.

Gerakan 212 dan sesudahnya misalnya, adalah sebuah wujud kongkrit bagaimana kehadiran kelas menengah di percaturan kehidupan sosial. Bagaimana kelas menengah muslim bahu membahu untuk saling memberi, sehingga gerakan 212 itu ibaratnya, dimanapun kita berada, betapa mudah mendapatkan makanan, minuman dlsb. Dan terbukti gerakan 212, yang sudah barang tentu di mobilisir oleh kelas menengah itu, tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi lebih dari itu berdampak politis. Intinya, kelas menengah muslim, itu menjadi kunci bagi perubahan jaman menuju yang lebih baik. Sehingga, siapa yang menguasai kelas menengah, maka dia akan menguasai negara. Wallahu a’lam.

Advertisement

1 thought on “Kelas Menengah Muslim adalah Kunci”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.