
Pada awalnya merupakan istilah Fisika, akan tetapi pada perkembangannya istilah kuantum termasuk juga quantum leap (lompatan quantum) mengalami perluasan makna. Sehingga dewasa ini, banyak digunakan dan diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan lainnya.
Dalam Ensiklopedia Brittanica terkait teori kuantum ini dijelaskan sebagai berikut : “Dari mana teori kuantum berasal? Ini dimulai bukan sebagai ide gila, tetapi dengan bola lampu. Pada awal 1890-an, Biro Standar Jerman bertanya kepada Max Planck bagaimana membuat bola lampu lebih efisien, sehingga mereka akan memberikan cahaya maksimum untuk daya listrik paling sedikit. Tugas pertama yang dihadapi Planck adalah memprediksi berapa banyak cahaya yang dikeluarkan filamen panas”.
Dari hasil risetnya, menurut Planck, radiasi elektromagnetik yang dipancarkan suatu benda terbagi-bagi, atau diskret ke dalam paket-paket energi yang disebut Kuantum. Besarnya energi ini bergantung pada besarnya frekuensi gelombang elektromagnetik. Teori Planck ini mampu menjelaskan bencana ultraviolet. Hasil perhitungan dengan persamaan Planck ini ternyata sama dengan hasil eksperimen sebelumnya. Mereka menunjukkan grafik pengamatan benda hitam dengan pola yang sama. Teori Planck kemudian lebih dikenal sebagai Teori Kuantum dan mengawali peralihan fisika klasik menuju fisika modern. Teori Planck juga menginspirasi banyak ilmuwan terhadap berbagai pandangan baru.
Selanjutnya, penjelasan sederhana tentang Quantum leap ini, terdapat dalam program televisi Amerika Serikat yang ditayangkan di NBC selama lima sesi dari 1989 sampai 1993. Serial ini merupakan science fiction (fiksi ilmiah), yang menguraikan dan menceritakan dengan berbagai pendekatan terkait dengan quantum leap itu sendiri.
Dikutip dari vocabulary.com bahwa quantum leap (lompatan kuantum) adalah peningkatan besar atau langkah besar ke depan. Perubahan maju atau tiba-tiba tersebutlah yang dinamakakan dengan adalah lompatan kuantum. Frasa ini berasal dari istilah ilmiah – dalam fisika, lompatan kuantum adalah perubahan mendadak partikel dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Akar Latin, kuantum, berarti “berapa banyak.”
Dengan demikian maka, lompatan kuantum ini dapat digambarkan sebagai perubahan besar dan cepat disegala aspek kehidupan yang melampuai dimensi ruang dan waktu. Sehingga pada tataran implementasi, disetiap ada visi, cita-cita dan atau perubahan besar dengan sekala besar (baik dari jenis maupun nilainya) dan dalam waktu yang terukur (cepat) dan berpengaruh terhadap masa depan, seringkali dinisbatkan dengan diksi lompatan kuantum ini. Hal Ini berlaku bagi individu, kelompok, organisasi bahkan negara sekalipun.
Tentang Lailatul Qodar
Lailatul qodar ini merupakan sebuah kepastian. Dijelaskan secara gamblang pada surat ke- 97 (al-Qodar) yang terdiri dari 5 ayat. “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5)
Juga terdapat pada surat ke-44 (Ad-Dukhan) ayat 3-6 dengan redaksi Lailatul Mubarakatan : “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” [Ad-Dukhan/44 : 3-6]
Dalam Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA) saat menafsirkan surat 97 : 3tentang lailatul qodar,”Yaitu malam yang lebih dari seribu bulan, yakni amalan shalih yang dilakukan oleh orang-orang beriman pada malam itu adalah lebih baik kedudukanya dibandingkan amalan selama seribu bulan, inilah yang menjadikan malam ini adalah malam yang mulia, kedudukan yang sangat agung, malam ini akan menghampiri kehidupan manusia di setiap tahunnya, jika Allah berkehendak kepada siapapun untuk meraihnya, niscaya dia akan meraih segala kebaikan, itulah sebabnya malam ini disebut malam yang mulia, malam yang diberkahi.
Seribu bulan, yaitu 83 tahun 4 bulan, jika seorang hamba melakukan ibadah dan memperbanyak amaln shalih didalamnya, maka amalan shalih pada satu malam lailatul qadr itu jauh lebih baik kedudukannya, itulah keutamaan bagi siapa yang di kehendaki oleh Allah untuk meraih malam itu, sedangkan mereka yang belum dikehendaki olehnya akan merasakan malam itu seperti malam-malam biasa, dia tidak memanfaatkan malam itu dengan memperbanyak amalan shalih, dia tidak sama sekali tidak peduli dengan keagungan malam itu.
Kemudian ulama berbeda pendapat perihal malam yang tepat saat-saat malam yang mulia itu tiba dalam bulan ramadhan, Ibnu Katsir menyebutkan dalam “kitab Tafsirnya” beberapa perkataan : – Yang pertama mengatakan : 1) Malam itu datang pada malam pertama bulan ramadhan. 2) Yang lain mengatakan : bahkan pada malam terakhir dari bulam ramadhan. 3) Pendapat ketiga mengatakan : Jatuh pada malam ke 17 , yaitu pada malam purnama. 4) Pendapat lain juga mengatakan : bahwasanya malam itu datang pada malam ke 21 ramadhan. 5 Dan ada yang mengatakan pada malam ke 23 ramadhan 6 Dan pendapat yang paling kuat yang kebanyakan ulama sepakat dengan pendapat ini adalah : malam ke 27 ramadhan.
Akan tetapi intinya adalah seseorang tidak dapat menjamin bahwa malam itu akan datang pada satu malam saja dia akan meraihnya, maka pada malam-malam lainnya dia tidak melakukan amalan-amalan shalih dengan sungguh-sungguh, akan tetapi mereka yang bersungguh-sungguh melakukan amalan shalin sepanjang bulan akan lebih terjamin dia akan meraih malam yang muia itu. Oleh karena itu Rasulullah ﷺ bersabda : “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [ Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah ] .
Rasulullah ﷺ pernah I’tikaf di sepuluh hari pertama bulan Ramadhan lalu I’tikaf sepuluh hari pertengahan untuk mencari Lailatul Qadar kemudian jelaslah bagi beliau bahwa Lailatul Qadar ada pada sepuluh hari terakhir, maka beliau pun terus menerus I’tikaf di sepuluh hari terakhir hingga bertemu Rabbnya عز وجل. Sebagaimana yang telah kita sebutkan bahwa diantara keutamaan malam lailatul qadr : Allah menyebutnya dengan malam yang mulia dan malam yang diberkahi. Yang kedua : Allah mengagungkan malam itu karena keutamaan yang ada pada malam itu. Yang ketiga : Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Jika kita uraikan lebih jauh, maka akan dijumpai dalil-dalil yang banyak berkenaan dengan lailatul qodar itu. Yang jelas, kita tidak akan pernah tahu pasti, kapan lailatul qodar itu terjadi. Akan tetapi hal itu pasti terjadi. Pertanyaanya adalah, apakah ramadhan kali sudah turun di malam-malam ganjil sebelumnya, ataukah masih menyisakan satu hari lagi di malam ganjil yang ada?.
Konsekwensinya, jika kita sudah turun dan mendapatkan lailatul qodar, maka jaminan perubahan besar atau dapat diistilahkan dengan Quantum leap itu, pasti akan mewarnai hidup dan kehidupan di masa-masa mendatang. Sehingga selalu mendapatkan petunjuk dan tuntutan dari Allah ta’ala, untuk senantiasa meningkatkan amal sholeh di segala aspek kehidupan. Sudah barang tentu hari-hari depan itu akan dipenuhi dengan perubahan besar, prestasi dan kebermanfaatan bagi umat, serta menorehkan catatan emas dalam peradaban umat manusia.
Akan tetapi, jika ternyata kita belum mendapatkannya, maka seluruh aktifitas kita di bulan Ramadhan, terutama sepuluh hari terakhir ini, merupakan momentum bagi diri kita, organisasi kita, perusahaan kita, bahkan negara kita untuk melakukan quantum leap. Sehingga setiap amal sholeh kita, terus kita perbaiki di hari-hari mendatang. Dengan demikian maka akan selalu berusaha untuk memberikan dampak yang lebih dahsyat lagi berkenaan dengan lompatan perubahan yang eksponensial dan kuantum, untuk menorehkan sejarah, prestasi, amal sholeh dan kebermanfaatan bagi umat, di masa-masa mendatang demi tegaknya peradaban Islam.
Wallahu a’lam
Asih Subagyo│Peneliti Senior Hidayatullah Institute