entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship, IT

Top Ten Start-up Mistakes


Sekali lagi membicarakan start-up atau perusahaan rintisan ini tidak pernah habis untuk di bahas dan di kupas dari berbagai sisi dan sudut pandang. Awalnya di salah satu WAG yang membahas tentang start-up. Kemudian saya balas dengan tulisan di blog ini, yang membahas tentang itu. Dan ada tambahahan seorang kawan, dengan mengirim gambar sebagaimana di laman ini. Lalu saya minta ijin untuk mengutip kirimannya untuk di tulis di  blog dan sekaligus berselancar menuju alamat yang diarahkan kesini. Ternyata berisi infografis, sebagaimana dalam gambar tersebut yang di poting pada 15 Nopember 2013 di blog-nya Daniel Garplidin, dan hingga saat ini sudah dilihat lebih dari 9.000 orang.

Daniel membuat berdasarkan prioritas dan besaran prosentase kesalahan dan skor yang di dapatkan dari tingkat kesalahan yang sering dilakukan oleh perusahaan rintisan (start-up). Berdasarkan infografis tersebut urutannya adalah sebagai berikut.

#1 Membangung sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh orang manapun juga

Saya sering menjumpai memang, seorang engineer yang membuat perusahaan rintisan (start-up), biasanya memulai dengan apa yang dia bisa, bukan dari apa yang dibutuhkan orang. Kesalahan ini mendapatkan skor 300, dan menempati 30% dari total kesalahan yang dilakukan. Ini seharusnya dijadikan pelajaran bagi newbie saat membangun perusahaan rintisan.

#2 Mempekerjakan dengan buruk

Maksudnya adalah, orang-orang atau enggineer yang dikerjakan belum punya standar, masih belum memiliki pola. Sehingga pekerjaan yang dihasilkan juga buruk. Hal ini disebabkan adalah mencari tenaga kerjanya juga yang penting mau bekerja dulu, bukan pada kualitas tertentu, yang sesuai dengan standar yang ada. Menempati 18% dari total kesalahan dan skor nya 153.

#3 Tidak Fokus

Biasanya start-up itu belum bisa fokus. Dia dikendalikan oleh kebutuhan, bersebab cashflow-nya yang jelek, dan ini imbas dari ketiadaan finansial dan modal kerja. Maka tidak jaerang, bersebab kebutuhan mendesak itu, maka start-up itu menjadi perusahaan Palugada (apa lu mau gua ada). Yang penting survive dulu. Dan akibatnya gagal fokus. Ini menempati 13% dari total kesalahan dan mendapatkan skor 112

#4 Gagal untuk mengeksekusi penjualan dan pemasaran

12% kesalahan bagi start-up adalah gagal mengeksekusi penjualan dan pemasaran. Dan ini mendapat skor 98. Biasanya dimulai gagal mendefinisikan antara penjualan dan pemasara. Padahal secara simple, pemasaran (marketing) itu memperkenalkan produk dan jasa, sehingga orang tertarik. Sedangan sales (penjualan) ittu, KPI nya adalah deal, atau transaksi penjualan dengan customers. Nah kesalahan ini juga berakibat tidak lakuknya barang di pasaran

#5 Tidak memiliki pendiri-pendiri yang baik

Biasanya pendiri utama yang memiliki ide, adalah orang yang selalu berkeinginan untuk mewujudkan gagasannya itu. Tetapi seringkali tidak diikuti oleh pendiri lainnya sebagai partner. Sehingga masing-masing pendiri memiliki keinginan masing-masing, yang justru menjadikan dis-orientasi dari berdirinya start-up ini. Dan ini justru seringkali terjadi, terutama bagi pemula. Menurut Daniel, ada 7,9% dari total kesalahan dan mendapatkan skor 66.

#6 Mengejar Investor bukan Pelanggan

Kesalahan ke-6 yang mendapatkan skor 45 dan prosentase kesalahan 5,4% adalah biasa dilakukan oleh newbie juga. Fokusnya adalah mengejar Investor, karena mereka menganggap bahwa investor adalah segalanya. Padahal tidak. Yang lebih utama itu seharusnya mengejar pelanggan. Karena mengejar investor maka akan gagal fokus. Dan dari sini justru inivestor nggak dapat, pelanggan juga nggak dapat. Sekalipun investor dapat, bisa jadi juga sulit untuk mendapatkan pelanggan. Maka ubah strategi untuk mengejar pelanggan. Jika pelanggan banyak maka investor insya Allah akan menyusul.

#7 Tidak memastikan Anda memiliki cukup uang

Artinya, seringkali godaan itu datang, ditengah awal perjuangan sedang merintis sebuah perusahaan bahwa masalah keuangan adalah tentang ketidakpastian bagi start-up. Meskipun pernyataan ini mengandung kebenaran, namun seharusnya menyadari bahwa semua sedang on process menuju kesana. Pada saatnya, semuanya akan tercapai. Disini menyebabkan banyak rontoknya para perintis start upa. Ada sekitar 3,3 persen dari total dengan skor 28 untuk urusan ini.

#8 Menghabiskan terlalu banyak uang

Bagi sebagian start-up, seolah bahwa membangun perusahaan rinitsan ini sama dengan bakar uang. Artinya uang sebanyak apapun akan habis untuk membangun start-up dengan hasil yang belum pasti. Ini adalah pendapat salah, sebab tidak sedikit start-up dengan modal yang tidak terlalu banyak tetapi dapat meraih keuntngan yang optimal. Meski tidak banyak, ada sekitar 2,1 persen dari total kesalahan dengan skor 18.

#9 Gagal Meminta Bantuan

Ada 1,4 % dari total kesalahan dengan skor 12. Intinya adalah para pemula itu, perintis start-up, seringkali merasa dirinya mampu, bahkan dalam segala hal. Dia selalu berusaha menemukan sendiri setiap kesalahan dan kegagalan yang dialami. Ada semacam rasa malu dan gengsi untuk meminta bantuan orang lain. Dan akibatnya, seringkali start-up itu tumbang. Atau bahasa lainnya, layu sebelum berkembang, bersebab pendirinya malu dan gengsi untuk meminta bantuan pihak lain

#10 Mengabaikan Sosial Media

Para pemula, banyak yang gagal paham dalam memanfaatkan media sosial untuk mendukung start-upnya. Padahal dari medsos, bisa sebagai sarana promosi murah sekaligu meminta feed-back dari poduk yang diluncurkan. Olehnya, pendiri start-up, sudah selayaknya faham dengan medsos dan selanjutnya memaksimalkan peran medsos untuk banyak hal, sehingga produk (start-up) nya dapat berkembang dengan baik. Mungkin itu berlaku bagi start-up jaman old, untuk start up jaman now, nampaknya kini semakin ber-akrab ria dengan semua jenis medsos. Prosentasi kesalahannya sekitar 0,7 persen dengan skor 6.

 

Kesepuluh hal tersebut, menjadi pelajaran bagi start-up, menjadi panduan start-up dalam mengembangkan bisnisnya, agar tidak mengulangi kesalahan pendahulunya. Ini cukup baik untuk dijadikan semacam guide lines, setiap start-up dan kemudian bisa disesuaikan dengan kondisi start-upnya kini. Tentu masih banyak hal lain, yang bisa jadi tidak persis dengan hasil survey Daniel tersebut. Tetapi, setidaknya ini bisa menjadi semacam warning bagi start-up. Semoga bermanfaat.

Depok, 26/01/2018

(hampir saja,hari ini  lewat tidak ada tulisan)

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.