entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship, Islam

Mentor


Dalam perkembangan bisnis modern, jika seseorang ingin membangun bisnis rintisan (start-up), agar terjadi akselerasi yang signifikan. Maka Entrepreneur tersebut, mesti didampingi seorang Mentor. Dan selanjutnya, banyak contoh sukses yang mempertegas sekaligus membuktikan kebenaran tesis tersebut. Dalam bahasa lain, mentor yang juga sering disebut, dengan Coach. Meski ada perbedaan mendasar antara Mentor dan Coach. Namun dalam konteks ini kita samakan.

Menurut KBBI, mentor/men·tor/ /méntor/ n pembimbing atau pengasuh (biasanya untuk mahasiswa): tiap mahasiswa diberi seorang –. Artinya, secara spesifik mentor itu, merupakan pembimbing atau pengasuh mahasiswa, selama kuliah. Namun kini telah memiliki perluasan makna, dan dikaitkan dengan bisnis. Semangatnya sama, meski implementasi berbeda. Intinya Continue reading “Mentor”

entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship, Islam

Produsen Muslim


Dalam berbagai kesempatan, termasuk di blog ini, sudah sering saya sampaikan hasil pengamatan langsung, mendengar ceramah ikut seminar dan lain sebagainya. Bahwa produk yang menguasai pasaran Indonesia saat ini, banyak yang dihasilkan oleh non muslim. Bahkan itu banyak dari perusahaan MNC, yang membuat pabrik disini, kemudian merebut pasar muslim. Dan, tidak sedikit dari produsen itu, yang di golongkan sebagai penyokong zionis yahudi. Terapi kita tetep membelinya. Dus artinya secara tidak langsung kita jadi pendukungnya pula. Sebab keuntungan dari produk yang kita beli, menjadi donasi ke Israel, dan bisa jadi peluru yang menembus, para mujahid disana berasal dari keuntungan barang yang kita beli itu. Na’udzu biLlahi minta dzalik.

Data dilapangan menyebutkan bahwa, tidak kurang dari 70% dari barang yang di jual diritel modern, atau warung-warung kecil itu berasal dari perusahaan Unilever, P&G, indofood, wing food, netsle, dlsb. Mereka menguasai pasar sampai ke jalur distribusinya. Bahkan dengan ketersediaan barang yang dibatasi serta term of payment yang semakin mepet Continue reading “Produsen Muslim”

entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship

On Time



Salah satu habits yang kemudian menjadi brand orang Indonesia adalah jam karet. Artinya, jika berjanji, gampang sekali tidak tepat waktu, sehingga “molor” seperti karet. Dan biasanya sangat mudah mencari alasan atas keterlambatannya itu. Bahkan seringkali menjadi permakluman dan pembenaran, jika tepat waktu. Trade merk yang tidak baik ini, dengan terpaksa kita telan. Sesuatu yang sebenarnya cukup menjengkelkan dan menyebalkan. Tetapi begitulah keseharian yang kita jumpai. Kita seringkali menjumpai, jika janji jam 08.00, maka, biasa datang jam 08.30,atau jam 09.00, bahkan bisa lebih. Dan ini dianggap biasa saja.

Pernah suatu saat, beberapa tahun lalu saya ada appointment dengan seorang Entrepreneur. Dan bersebab macet, akhirnya saya terlambat, lebih dari satu jam. Saat ketemu saya minta maaf dan seperti biasa, dengan alasan klise, saya menyampaikan bahwa keterlambatan karena jalan macet parah. Namun, jawabnya enteng. Continue reading “On Time”

entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship

Start Up Leadership


Bisnis rintisan (start up) selalu menarik untuk dikaji. Banyak hal yang bisa dipelajari, kemudian dapat di jadikan benchmark, dan diimplementasikan dalam bisnis rintisan kita. Kali ini, kita akan membahas tentang leadership. Yaitu berkenaan dengan kepemimpinan dalam bisnis rintisan. Sebenarnya, ini ini juga bagian dari diskusi di WAG sebelumnya. Mungkin anda bertanya, bagaimana sebuah bisnis rintisan memerlukan kepemimpinan. Padahal baru sedikit karyawan yang terlibat, bahkan bisa jadi cuman dirinya sendiri. Lalu apa gunanya kepemimpinan? Bukankah yang lebih penting survive dulu? Dan segudang pertanyaan lainnya.

Tulisan ini memang tidak akan menjawab pertanyaan itu semua. Namun, sebagaimana dalam tulisan sebelumnya, seringkali kacau balaunya tim startup dan kemudian terjadi pecah kongsi, bukan sekedar dari hilangnya kepercayaan, kecurangan, ketidakjujuran, ketidaksamaan visi dan sebagainya. Namun ternyata juga disebabkan oleh lemahnya leadership. Dengan demikian maka, Continue reading “Start Up Leadership”

entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship, Peradaban

Senjakala Bisnis Ritel – Shifting To The Muslim Retail?


Satu persatu bisnis ritel modern berjatuhan. Seolah mengkonfirmasi hukum alam. Siapa yang kuat menang, siapa yang lemah tumbang. Meski tidak persis seperti demikian. Namun realitas dilapangan menunjukkan bahwa, tidak mesti yang lemah (secara modal) yang bertumbangan. Yang kuatpun dipaksa harus hengkang dalam persaingan. Kompetisi bisnis, selalu mengedepankan adu kuat dalam strategi, selain modal. Pertarungan yang berujung pada menang-kalah. Sesuatu yang biasa dalam bisnis. Namun hal ini tidak diduga sebelumnya. Sebuah tahapan, kematian sebelum waktu, berdasarkan kalkulasi dan prediksi. Apalagi, jika melihat fakta, bahwa dalam 5-10 tahun sebelumnya, mereka adalah pemain yang perkasa. Seolah tak terkalahkan dan tak ada matinya. Namun, kini mereka harus menerima kenyataan. Berhenti dan mati.

Bukan berarti mereka tidak melakukan inovasi. Bukan pula tidak punya strategi. Mereka pasti faham adagium, inovasi atau mati. Mereka sudah barang tentu meng-hire world class consultant, untuk menjaga dan memperbesar bisnisnya. Dan sudah barang tentu, para konsultan itu merumuskan berbagai jenis perencanaan dan exit strategy. Setelah memperhitungkan berbagai macam variable dan melakukan ekstrapolasi. kemudian melahirkan plan A, B, C dan seterusnya. Di atas kertas, hitungan para konsultan itu, tentu menunjukkan kemenangan dalam persaingan, yang artinya keuntungan meningkat, serta diikuti dengan strategi implementasi yang jitu. Namun, siapa yang bisa melawan perubahan. Sehingga hitungan tinggal hanya hitungan. Dan, inilah wajah senjakala dari ritel modern itu. Senjakala yang terus berjalan, dan akan melibas semua bisnis ritel, tak terkecuali, jika tidak ada perubahan.

Apa Sebabnya?

Kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Kita tidak bisa mengutuk waktu. Sebab ini tidak terjadi di Indonesia. Di belahan bumi lain, rontoknya bisnis ritel modern ini, juga menghiasi media. Darinya, muncul berbagai analisa dan spekulasi. Mereka semua berusaha obyektif dan berbasis data. Namun, kita tidak pernah tahu, dari sekian pendapat itu, mana sesungguhnya yang paling benar. Semua mengandung unsur kebenaran, tergantung dari sudut pandang mana di lihat. Justru ini menambah kazanah pemahaman dan pengetahuan kita. Biarlah para ahli, saling beradu argumen, Continue reading “Senjakala Bisnis Ritel – Shifting To The Muslim Retail?”