Salah satu habits yang kemudian menjadi brand orang Indonesia adalah jam karet. Artinya, jika berjanji, gampang sekali tidak tepat waktu, sehingga “molor” seperti karet. Dan biasanya sangat mudah mencari alasan atas keterlambatannya itu. Bahkan seringkali menjadi permakluman dan pembenaran, jika tepat waktu. Trade merk yang tidak baik ini, dengan terpaksa kita telan. Sesuatu yang sebenarnya cukup menjengkelkan dan menyebalkan. Tetapi begitulah keseharian yang kita jumpai. Kita seringkali menjumpai, jika janji jam 08.00, maka, biasa datang jam 08.30,atau jam 09.00, bahkan bisa lebih. Dan ini dianggap biasa saja.
Pernah suatu saat, beberapa tahun lalu saya ada appointment dengan seorang Entrepreneur. Dan bersebab macet, akhirnya saya terlambat, lebih dari satu jam. Saat ketemu saya minta maaf dan seperti biasa, dengan alasan klise, saya menyampaikan bahwa keterlambatan karena jalan macet parah. Namun, jawabnya enteng. Jakarta ini sudah biasa macet. sehingga seharusnya tidak ada alasan begitu. Jika tidak mau terlambat, ya berangkat lebih awal. Atau pake ojek biar lebih cepat. Atau bagaimana caranya, agar tepat waktu. Anda kira saya hanya berjanji dengan anda. Banyak pertemuan yang akan saya lakukan. Dengan keterlambatan anda, terpaksa sebagian ditunda, bahkan digagalkan. Coba kalo dihitung secara materi. Berapa kerugian yang saya tanggung?
Jleb!! , pernyataan itu menghantam, menghujam sampai ke ulu hati. Merangsang kesadaran, bahwa hal yang menurut kita sepele, bahkan kita anggap remeh-temeh itu, ternyata dampaknya luar biasa. Kita tidak pernah berusaha untuk mrngkalkulasi, berapa “kerugian” yang terjadi bersebab, krtidaktepatan waktu ini.
Tentang Waktu
Pepatah barat yang sering dikutip diberbagai kesempatan adalah Time is money. Meski ini kental dengan nilai kapitalis, tetapi mengandung kebenaran, secara makna. Namun, menurut saya bahwa yang dimaksud money dalam hal ini, bukan hanya uang. Tetapi banyak aspek, baik material maupun immaterial.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang merupakan salah satu di antara dua kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Tetapi sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan hal ini dan terlena dengannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam kitab Jawaabul Kaafi, karya Ibnul Qiyamul, disebutkan bahwa Imam As-Syafii mendapatkan nasihat dari seorang seorang sufi tentang waktu ini. “Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.”
Jadi jelas, mengapa On Time alias tepat waktu merupakan salah satu aplikasi bagaimana kita menyikapi waktu. Dimana kita senantiasa dituntut sekaligus menuntut diri sendiri agar berada dalam track ini. Karena on time, sesungguhnya menjadi titik tolak untuk menuju langkah berikutnya. Artinya, jika kita selalu bisa tepat waktu, maka aktifitas sesudahnya akan lebih mudah.
Sikap Kita
Inilah jalannya orang-orang beriman yang selalu berusaha memanfaatkan dan menghargai waktu, untuk beribadah dan amal sholeh lainnya. Serta jalannya para entreprenur dan profesional, yang selalu mengoptimalkan waktu yang ada, sehingga selalu membawa manfaat. Intinya jangan sampai ada waktu luang dalam hidup kita. Terlalu banyak pekerjaan yang bisa di angkat. Problemnya kita selalu mencari alasan dengan tidak ada waktu. Padahal bisa jadi, waktu kita masih belum maksimal di manage. Olehnya siapapun kita, apapun profesi kita, maka jadikanlah On time (tepat waktu), tinggalkan jam karet atau buang-buang waktu.
Semoga kita masuk golongan orang yang bisa mendayagunakan waktu. Bukan yang menyia-nyiakan waktu. Sebagaimana yang di tegaskan Allah SWT dalam surat Al Ashr. 1 – Demi masa. 2- Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3- kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Wallahu a’lam.
Depok, 16/01/2018