Bisnis rintisan (start up) selalu menarik untuk dikaji. Banyak hal yang bisa dipelajari, kemudian dapat di jadikan benchmark, dan diimplementasikan dalam bisnis rintisan kita. Kali ini, kita akan membahas tentang leadership. Yaitu berkenaan dengan kepemimpinan dalam bisnis rintisan. Sebenarnya, ini ini juga bagian dari diskusi di WAG sebelumnya. Mungkin anda bertanya, bagaimana sebuah bisnis rintisan memerlukan kepemimpinan. Padahal baru sedikit karyawan yang terlibat, bahkan bisa jadi cuman dirinya sendiri. Lalu apa gunanya kepemimpinan? Bukankah yang lebih penting survive dulu? Dan segudang pertanyaan lainnya.
Tulisan ini memang tidak akan menjawab pertanyaan itu semua. Namun, sebagaimana dalam tulisan sebelumnya, seringkali kacau balaunya tim startup dan kemudian terjadi pecah kongsi, bukan sekedar dari hilangnya kepercayaan, kecurangan, ketidakjujuran, ketidaksamaan visi dan sebagainya. Namun ternyata juga disebabkan oleh lemahnya leadership. Dengan demikian maka, kepemimpinan dalam perusahaan itu adalah kunci.
Leadership yang kuat itu pasti bijaksana. Dia akan mengerti apa keinginan partner dan bawahan (staf). Di lain pihak, partner serta bawahan (staf) yang cakap, akan memahami kemauan atasan. Kadang dalam start up itu, seringnya maunya dari atasan semua, bawahan dan partner diminta taat saja. Dan ketika terjadi ketidaknyamanan dalam kepemimpinan ini, maka partner bisa hengkang dan staf malah pada resign. Akibatnya, malah start up bubar. Olehnya, harus ada saling memahami, menghargai dan mengerti, sehingga akan terjadi sinergi.
Benchmarking
Biasanya start up berdiri, bermula dari pemikiran seseorang. Sebagai founder, dia mati-matian memperjuangkan ide dan gagasannya itu, untuk menjadi produk. Minimal desain atau prototyping. Dari situ dia “menjual” ke berbagai pihak, untuk mendapatkan funding. Baru kemudian, mencari partner, lalu membangun tim. Meski tidak sedikit start up, dimulai oleh sekelompok orang.
Beberapa pengalaman start up yang dimulai oleh seorang, misalnya Airbnb. Perusahaan rintisan yang kini menjadi leader, terkait pemesanan hotel tersebut, meskipun dia sendiri tidak memiliki hotel. Ternyata membutuhkan waktu 9 bulan sampai akhirnya mempekerjakan satu orang pegawai.
Demikian juga Dropbox, perusahaan yang fokus di penyimpanan file dan documents tersebut, juga membutuhkan waktu yang sangat lama, lebih dari satu tahun, untuk kemudian mempekerjakan pegawai pertama.
Lain halnya dengan Stripe. Dia membutuhkan waktu 6 bulan sebelum akhirnya menambah satu pegawai baru. Dan masih banyak lagi, jika ingin dipaparkan sebagai contoh.
Karakteristik masing-masing start up tentu bermacam-macam, dan bersebab oleh banyak faktor. Hal ini juga terkait dengan karakter founder-nya. Dan dari sini bermula. Bagaimana corporate culture terbentuk. Demikian juga kemudian, bagaimana leadership terbangun,dan seterusnya. Semuanya saling berhubungan. Tidak berdiri sendiri.
Tentang kepemimpinan
Dari beberapa literatur di dapat definisi kepemimpinan. Bermula dari makna pemimpin itu sendiri. Dimana a Leader is one Who, Knows the Way, Shows the Way, Goes The Way. Artinya seorang pemimpin (CEO) itu adalah oramg yang paling tahu “jalan” yang paling tepat untuk mencapai tujuan (visi) perusahaan.
Dia juga yang bisa menunjukkan jalan mana yang akan di tempuh. Serta dia yang memberi contoh untuk melewati jalan mana yang di lalui. Sehingga seorang pemimpin adalah orang yang paling mengerti mau kemana, sampai mana dan lewat mana. Dia mengerti rambu-rambu, demikian halnya jalan mana yang harus ditempuh jika dijalan utama ada kendala.
Maka kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi/perusahaan. Dengan demikian maka, kepemimpinan menjadi faktor penentu keberhasilan organisasi.
Implementasi kepemimpinan
Untuk membangun kepemimpinan yang baik, maka diperlukan cara yang baik pula. Salah satunya adalah jangan pernah membahas masalah perusahaana dengan kasak-kusuk dibelakang. Selesaikan di meja rapat. Sampaikan secara terbuka. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Saling mengingatkan, dlsb.
Artinya, seorang leader harus mampu memberikan keputusan yang adil dan bijak, dalam waktu dan tempat yang tepat. Keputusan bijak, hanya bisa diambil dengan pembicaraan-pembicaraan terbuka, tidak dibelakang, semua dengar, semua mengerti.
Olehnya, seseorang yang jujur bisa jadi tidak jujur dalam kepemimpinan yang buruk, sebaliknya, seorang yang tak jujur bisa jadi pribadi yang jujur dalam kepepimpinan yang baik.
Dan disinilah kepemimpinan dalam start up diuji. Dimana rata-rata start up, didirikan oleh anak-anak muda, bahkan generasi milenial. Yang notabene belum berpengalaman dalam memimpin. Maka sebagaimana pengalaman Airbnb, Dropbox dan Stripe di atas, maka momemtum untuk menggandeng partner, merupakan ujian kepemimpinan. Disini merupakan kombinasi antara kecerdasan, insting dan bagi yang muslim tentu saja ditambah do’a, sebagai faktor yang penting. Dan start up bisa mencontoh hal tersebut di atas. Wallahu a’lam
Sangat mencerahkan. Membuat kami kian bersemangat.
Terimakasih, mari kita terus berkarya 🙂