Dakwah, Islam, Leadership, organisasi, Peradaban

Membangun DNA Juara


source : mit

Jauh-jauh hari sebelum Real Madrid memenangkan pertandingan melawan Liverpool dengan sekor 1-0 di final Liga Champion, Ahad (29 Mei 2022), banyak yang memprediksi klub sepak bola asal kota Madrid, Spanyol, itu bakal menjadi juara.

Bukan tanpa alasan. Sebab, secara statistik, mereka memang unggul. Sebelum menambah 1 gol pada pertandingan final tersebut, mereka sudah 13 kali juara Liga Champion, sedang Liverpool baru 6 kali juara.

Di sisi lain, berdasarkan trackrecord-nya, meski sempat terseok-seok di liga sebelumnya, Real Madrid selalu bisa memenangkan pertandingan di final. Dari sinilah gelar juara sebenarnya memang pantas dinisbatkan kepada Real Madrid. Mereka memang telah memiliki “DNA juara”.

Lalu apa sebenarnya DNA itu? Continue reading “Membangun DNA Juara”

Dakwah, Leadership, organisasi, Peradaban

Mensinergikan Leader dan Manager


http://www.lollydaskal.com/

Kita seringkali merasa kesulitan untuk membedakan antara leader (pemimpin) dan manajer. Bahkan jika diminta untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan keduanya, banyak yang  bingung dan tidak tahu. Meskipun secara formal seseorang itu telah menjadi pemimpin ataupun level manajer disebuah organisasi apapun juga dan dalam sekala apapun juga. Banyak yang tidak paham membedakan keduanya.

Bisa jadi secara dejure kita adalah seorang pimpinan dalam sebuah organisasi, namun belum tentu kita adalah seorang pemimpin sebenarnya, jika kita masih dipengaruhi oleh orang lain atau masih ada yang lebih berpengaruh dari kita dalam organisasi tersebut. Pendek kata, pemimpin adalah dia yang paling besar pengaruhnya, meskipun dia tidak berada dalam posisi sebagai seorang pimpinan. Jika dalam kontek kenegaraan, bisa jadi dia bukan seorang Presiden, tapi dia bisa mempengaruhi kebijakan presiden. Maka siapapun yang dapat mempengaruhi kebijakan itulah sejatinya pemimpin tersebut, bisa asing, bisa seorang pimpinan partai atau siapapun juga.

Adalah Prof.Warren G Bennis (seorang pelopor bidang studi kepemimpinan) yang merumuskan sebuah kalimat “Leaders are people who do the right thing; managers are people who do things right”. Maksudnya seorang pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang benar (do the right things), sedangkan manajer adalah orang yang melakukan hal dengan benar (do things right). Kalimat ini kemudian seolah menjadi mantra, yang digunakan membedakan antara pemimpin (leader) dan manajer. Selanjutnya memenuhi diskursus akademis tentang kepemimpinan. Continue reading “Mensinergikan Leader dan Manager”

Dakwah, Islam, Leadership, organisasi, Peradaban

Memaknai Sami’na Wa Atho’na


pinterest

Salah satu kunci sukses dalam sebuah kepemimpinan di dalam organisasi apapun juga adalah, jika setiap keputusan yang ada ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh elemen dalam organisai itu. Dengan catatan bahwa setiap pemimpin disaat mengambil keputusan  dalam kerangka melaksanakan dan menjalankan amanah organisasi. Sehingga sesuai dengan yang digariskan dalam visi, misi dan tujuan organisasi yang diderivasikan dalam serangkaian rule of the game, regulasi, aturan serta tata kelola yang menjadi guidelines (petunjuk) bagi organisasi tersebut. Dan dalam konteks organisasi Islam yang paling utama adalah menjadikan al-Qur’an dan As-Sunah sebagai pedomannya.

Al-Qur’an telah memberikan petunjuk yang indah tentang ketaatan ini di dalam Surat An-Nur ayat 51 :

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

Ada satu kalimat yang menjadi kunci di situ, yaitu سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا (“Kami mendengar, dan kami taat”). Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, dalam Tafsir Al-Wajiz saat menafsirkan ini beliau menjelaskan : “Sesungguhnya ucapan: “Kami mendengarkan hukumNya, menaati perintahNya, dan meridhai hukumNya” adalah ucapan orang-orang mukmin saat diajak mematuhi hukum Allah dan rasul-Nya supaya bisa menentukan hukum di antara mereka. Orang-orang yang mendeklarasikan diri untuk taat itu adalah orang-orang yang memenangkan kebaikan dunia akhirat”. Continue reading “Memaknai Sami’na Wa Atho’na”

IT, Leadership, Peradaban, teknologi

Tantangan Literasi


source google

Pada awalnya, literasi dinisbatkann kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam hal ini, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan dalam berbahasa.

Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, maka literasi didefinisikan dengan seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Konsekwensinya adalah pemahaman seseorang berkenaan dengan literasi ini juga terus berkembang. Sebab, dia akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks tempat dan cakupan nasional maupun intenasinal, institusi, nilai-nilai budaya serta pengalaman dalam berbagai aspek kehidupan, dan lain sebagainya.

Sajalan dengan perkembangan teknologi informasi, juga memuncilkan lahirnya istilah literasi digital. Dimana, menurut wikipedia, literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum sesuai dengan kegunaannya dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Continue reading “Tantangan Literasi”

Islam, Kronik, Leadership, organisasi, Peradaban

Turbulensi Kehidupan


Source traveler.com.au

Dunia terus berputar. Dia tidak stagnan. Silih bergantinya peradaban dan peristiwa, menandai bahwa ada kehidupan. Setiap tahapan memiliki karakteristik masing-masing. Perubahan yang terjadi baik bersumber dari internal maupun pengaruh eksternal, memaksa siapapun juga untuk mensiasati perubahan itu. Dituntut untuk adaptif. Bukan hanya mengikuti ataupun ikut-ikutan, apatah lagi larut dalam perubahan. Tetapi bagaimana, berselancar diatas perubahan. Sehingga dengan sadar bisa berhitung manfaat dan mudharatnya. Jika tidak, maka justru kita yang bakal tergilas dan digulung oleh arus perubahan itu sendiri.

Pandemi yang telah memasuki tahun ke-3 ini, juga telah mendeterminasi perubahan peradaban. Pun demikian dengan dorongan revolusi teknologi yang demikian cepat dan masif. Digitalisasi menjadi sebuah keniscayaan. Hampir disetiap aspek kehidupan, saat ini terhubung dengan teknologi. Ketika pandemi bersenyawa dengan digitalisasi ini, maka terjadi akselerasi perubahan yang luar biasa. Model kerja digital nomad, work from home, work from anywhere, dan seterusnya juga menjadi life style.  Dan lagi-lagi menemukan momentumnya saat pandemi dan dukungan digitalisasi ini.

Selanjutnya, pelan atau pasti merubah tatanan kehidupan. Etika, adab, sopan santun menjadi barang mahal, jika tidak dikatakan langka. Digitalisasi dengan beberapa turunannya diantaranya adalah melahirkan media sosial. Dimana keberadaannya seolah memfasilitasi sekaligus memberi wadah yang besar bagi berkumpulnya energi positif dan negatif, yang saling berhadpan secara diametral, bahkan asimetris. Terjadi perang narasi berupa narasi, bahkan tidak jarang dibumbui dengan hoax, fitnah, hate speech dan seterusnya. Kini menjadi hidangan yang tampil di linimasa hampir setiap orang. Continue reading “Turbulensi Kehidupan”