Islam, Kronik, Leadership, organisasi, Peradaban

Turbulensi Kehidupan


Source traveler.com.au

Dunia terus berputar. Dia tidak stagnan. Silih bergantinya peradaban dan peristiwa, menandai bahwa ada kehidupan. Setiap tahapan memiliki karakteristik masing-masing. Perubahan yang terjadi baik bersumber dari internal maupun pengaruh eksternal, memaksa siapapun juga untuk mensiasati perubahan itu. Dituntut untuk adaptif. Bukan hanya mengikuti ataupun ikut-ikutan, apatah lagi larut dalam perubahan. Tetapi bagaimana, berselancar diatas perubahan. Sehingga dengan sadar bisa berhitung manfaat dan mudharatnya. Jika tidak, maka justru kita yang bakal tergilas dan digulung oleh arus perubahan itu sendiri.

Pandemi yang telah memasuki tahun ke-3 ini, juga telah mendeterminasi perubahan peradaban. Pun demikian dengan dorongan revolusi teknologi yang demikian cepat dan masif. Digitalisasi menjadi sebuah keniscayaan. Hampir disetiap aspek kehidupan, saat ini terhubung dengan teknologi. Ketika pandemi bersenyawa dengan digitalisasi ini, maka terjadi akselerasi perubahan yang luar biasa. Model kerja digital nomad, work from home, work from anywhere, dan seterusnya juga menjadi life style.  Dan lagi-lagi menemukan momentumnya saat pandemi dan dukungan digitalisasi ini.

Selanjutnya, pelan atau pasti merubah tatanan kehidupan. Etika, adab, sopan santun menjadi barang mahal, jika tidak dikatakan langka. Digitalisasi dengan beberapa turunannya diantaranya adalah melahirkan media sosial. Dimana keberadaannya seolah memfasilitasi sekaligus memberi wadah yang besar bagi berkumpulnya energi positif dan negatif, yang saling berhadpan secara diametral, bahkan asimetris. Terjadi perang narasi berupa narasi, bahkan tidak jarang dibumbui dengan hoax, fitnah, hate speech dan seterusnya. Kini menjadi hidangan yang tampil di linimasa hampir setiap orang. Continue reading “Turbulensi Kehidupan”

Advertisement
Islam, Peradaban

Berubahlah


Yang kekal dalam kehidupan ialah perubahan itu sendiri. Ini merupakan terjemahan  langsung dari pernyataan Heraclitus, seorang Filsuf Yunani, yang hidup sekitar 2500 tahun lalu.  “There is nothing permanent except change”. Hal ini dimaksudkan bahwa mau ataupun tidak mau, manusia tidak dapat lari dari mengalami pelbagai perubahan dalam perjalanan kehidupannya di muka bumi. Baik dalam sekala kecil maupun perubahan yang besar. Pakar Manajemen terkemuka dunia Jack Welch yang sangat fenomenal dan berhasil membesarkan GE, juga menegaskan,  “ Heraclitus ”, artinya berubahlah sebelum Anda dipaksa untuk berubah. Sehingga melahirkan adagium berubah atau mati, yang seringkali dikaitkan dalam bisnis.

Dalam  konteks perubahan ini, sesungguhnya umat Islam memeiliki panduan yang cukup sempurna, yaitu yang terdapat dalam Surat Ar-Ra’d : 11, Allah SWT berfirman,” لَ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ (Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia).

Dalam Tafsir Muyassar ditegaskan bahwa sesungguhnya Allah tidak merubah kenikmatan yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum kecuali jika mereka merubah apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka lalu mereka mendurhakai-Nya. Apabila Allah menghendaki petaka kepada suatu kelompok manusia, maka tidak ada tempat berlari darinya. Mereka tidak mendapatkan selain dari Allah seorang pelindung pun yang mengurusi urusan mereka, lalu suatu yang disenangi didatangkan kepada mereka dan suatu yang tidak disenangi dihindarkan dari mereka.

Dalam konteks tersebut, maka perubahan yang dimaksud adalah perubahan menuju jalan Allah SWT. Atau bisa dikatakan hijrah, dalam artian meninggalkan tatanan kehidupan yang lama (yang tidak/kurang baik), menuju tatanan kekehidupan yang sesuai dengan syariat dan ketentuan Allah SWT, di seluruh aspek kehidupannya. Baik hal itu dilakukan oleh komunitas/kelompok/kaum maupun yang dilakukan oleh individu.

Disis lain, hal tersebut juga menegaskan bahwa perubahan yang dilakukan oleh kelompok, ternyata lebih efektif dilakukan dibandingkan dengan individu.  Dan lebih efektif lagi jika dilakukan oleh pemimpin terlebih dahulu. Sebagaimana perkataan Ibn Khaldun dalam Muqadimmahnya : “Agama raja adalah agama rakyat.”. Artinya rakyat/pengikut/followers akan mudah berubah jika pemimpinnya juga berubah. Kendatipun demikian perubahan secara bottom-up yang di mulai dari individu ternyata juga dapat mempengaruhi perubahan kelompok yang ada. Tergantung dari sudut pandang mana kita memulai dan melihatnya. Dan jika terjadi kombinasi atau sinergitas dalam perubahan tersbut, maka akan melahirkan ekuatan yang dahsyat.

Ramadhan momentum perubahan

Lalu kapan sebaiknya melakukan perubahan itu? Setiap saat kita dituntut untuk melakukan perubahan. Agar kita terus dapat beramal sholeh dan berprestasi sepanjang masa. Sehingga kehidupan dan hari demi hari kita terus diisi oleh kebaikan-kebaikan. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Dan esok lebih baik dari hari ini. Meskipun ini hadits dhaif setidaknya, dapat dijadikan motivasi bagi kita untuk selalu berbuat kebaikan itu.

Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk melakukan perubahan, sebagaimana merujuk tafsir di atas. Baik secara individu maupun secara kolektif/kelompok/jama’i. Semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk melakukan perubahan. Keutamaan dan fasilitas yang disediakan oleh Ramadhan, sangat mendukung untuk melakukan perubahan. Ramadhan adalah proses perubahan. Dengan inputnya iman dan outputnya taqwa. Sehingga perubahan yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan sangat efektif dan efisien.

Artinya jika kita ingin memenangkan kehidupan di dunia dan akhirat, maka perubahan harus kita lakukan semenjak diri. Perubahan yang terukur untuk  li i’lai kalimatillah hiyal ulya.  Perubahan bil haq ilal haq. Prubahan yang dimulai dari diri kita. Ibda binafsik. Demi tegaknya peradaban Islam di muka bumi. Maka tidak ada pilihan lain bagi kita.

Berubahlah !

Parenting

#6….. 1 Jam untuk Berubah


Kehadiran Social Media dan Gadget, memang merupakan dua sisi mata uang. Satu sisi, kita akan mendapat banyak “sampah”, berupa informasi yang seringkali tidak kita butuhan. Tetapi disisi lain, pada saat yang bersamaan, atau bisa jadi pada suatu waktu, tiba-tiba kita mendapatkan jawaban atas apa yang kita inginkan. Kata kuncinya, kita harus pandai-pandai memanage informasi yang datang bertubi-tubi bak tsunami itu. Sehingga, kita bisa mendapatkan “sesuatu” yang memang kita inginkan.

Tadi pagi saya mendapat broadcast dari BBM group saya, yang kemudian saya sebar ke group lain, sebuah cerita yang sederhana, tetapi sangat menyentuh. Nah di kesempatan ini, saya akan membagi kepada Anda, lewat blog ini. Selamanat menikmati :

Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya,

“apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita?” Ayahnya memandang kepada anak kecil itu & berkata,

“tidak bisa, nak.”

Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya & berkata lagi,

“apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun?”

Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya. Continue reading “#6….. 1 Jam untuk Berubah”