Islam, Kronik, Peradaban, Politik.

Syahidnya ABK KRI Nenggala-402


Do’a terus mengalir dari berbagai pihak setelah dikabarkan KRI Nenggala 402 dinyatakan hilang kontak setelah 46 menit mohon ijin untuk menyelam pada jam 03.00 WITA. Selanjutnya, mulai pukul 03.46 sudah tidak bisa dihubungi lagi. KRI Nanggala ini, rencananya akan melakukan latihan uji rudal di perairan Bali, dan diperkirakan hilang di perairan sekitar 60 mil atau sekitar 95 kilometer dari utara Pulau Bali.

Kapal tersebut dibuat oleh pabrikan Howaldtswerke, Kiel, Jerman tahun 1979 tipe U-209/1300 dan memiliki berat 1.395 ton, dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Kapal ini merupakan salah satu kapal selam yang resmi menjadi bagian dari alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia pada 1981.

Kecepatan kapal selam ini pun tak diragukan. Kapal KRI Nanggala-402 diketahui dapat melaju dengan kecepatan lebih kurang 25 knot, dengan mengandalkan mesin diesel elektrik. Knot adalah satuan kecepatan yang sama dengan satu mil laut (1,852 km) per jam. Jadi kalo 25 knot sama dengan 46,3 km/jam. Pada saat melakukan operasi ini, kapal selam ini membawa 53 orang yang terdiri dari 49 Anak Buah Kapal (ABK), seorang komandan satuan, dan tiga personel senjata. Kapal selam ini dijuluki sebagai monster bawah laut.

Nama ‘Nanggala’ yang disematkan dari kapal KRI Nanggala-402 tersebut diambil dari salah satu senjata dari prabu Baladewa, salah satu tokoh dalam pewayangan. Sedangkan arti nomer kapal 402 adalah menunjukkan bahwa pada nomor lambung yang diawali angka empat merupakan jenis kapal selam. Sebagaimana awalan 3(tiga) sebagai kapal perang, awalan nomer 5 (lima) sebagai kapal logistik dlsb.

Setalah 72 jam dilakukan pencarian, maka keberadaan KRI Nenggala dinyatakan subsunk. Sebuah isyarat yang menyatakan kapal hilang dan sudah ditemukan barang bukti. Selain kpasitas oksigen yang 72 jam, juka ada bukti tumpahan minyak dlsb. Sebenarnya tahap awal adalah sublook, yakni aksi yang dilaksakan jika kapal selam hilang kontak dan diduga mengalami permasalahan. Setelah tiga jam pencarian, prosedur berganti menjadi submiss, yakni status kapal selam hilang setelah tiga jam pencarian awal tak membuahkan hasil. Dan akhirnya tahap akhira dalah, subsunk tersebut.

Sebuah Pelajaran

Sebenarnya kasus tenggelamnya kapal selam, serta jatuhnya pesawat militer sudah sering terjadi di Indonesia. Salah satu hipotesanya karena, rerata alusista negeri ini sudah cukup tua. Bahkan, sebelum KRI Nenggala 402 ini hilang, ternyata pada 14 Juli 2020, KRI Teluk Jakarta  -541, juga tenggelam di perairan Masalembu – Jawa Timur. Demikian juga dengan Pesawat tempur Hawk 209 milik TNI AU jatuh di dekat Kampar, Riau, jatuh tanggal 16 Juni 2020. Helikopter MI-17 HA5141 milik TNI AD jatuh saat latihan terbang di Kendal, Jawa Tengah. Empat orang anggota TNI AD meninggal dunia, tanggal 6 Juni 2020, dst.

Mengapa hal itu terjadi? Padahal menurut https://www.globalfirepower.com/countries-listing.php, 2021 Military Strength Ranking, pada tahun 2021 ini, kekuatan militer Indonesia, menempati peringkat ke-16 dunia. Sebuah kekuatan yang memang cukup diperhitungkan, oleh negara lain. Akan tetapi ternyata banyak alusistanya yang sudah tua, dan butuh peremajaan lagi. Sebagai contoh KRI Nenggala -402 ini sudah berusia 40 tahun sejak diterima di Indonesia. Dan 42 tahun sejak dibuat. Sebuah umur yang tua untuk perlengkapan militer. Sehingga, jika terjadi situasi perang saat ini misalnya, maka akan habis dan kalah serta takluk dengan lawan yang memiliki peralatan yang lebih canggih, modern dan terus di upgrade dan di update.

Banyak yang mendo’akan

Namun saya melihat ada kekuatan lain, sehingga militer kita masih kuat. Yaitu kekuatan Ibadah. Setalah dinyatakan tenggelam, maka di media sosial ramai meng-share gambar terkait dengan kegiatan sholat berjama’ah yang dilakukan oleh ABK di atas geladak KRI Nenggala 402 itu. Dari situ kemudian banyak sekali meme yang dibuat, dengan do’a yang  terus mengalir dengan tulus dari rakyat, kepada para penjaga kedaulatan bangs ini. Jelas ini sebuah penghargaan dan penghormatan melihat tingkat religiusitas, dan bisa jadi keimanan dan ketaqwaan dari ABK KRI Nenggala ini cukup tinggi. Fair enough.

Salah satu yang bisa dijadikan teladan adalah dari Kopda MES Khairul Faizin. Beliau menyekolahkan 2 (dua) putranya di TK/PAUD Yaa Bunayya Pesantren Hidayatullah Bojonegoro. Sebuah upaya agar sejak awal anaknya mendapatkan celupan keislaman dan keimanan, dengan menyekolahkan di sekolah Islam. Hal ini merupakansebuah tanggung jawab sebagai seorang Imam keluarga. Karena beliau sadar tidak bisa setiap hari membersamai anak-anaknya, disebabkan menjalankan tugas negara. Pak Khoirul Faizin meskipun seorang prajurit,  bukan pribadi yang hanya memikirkan diri dan keluarganya saja. Suatu ketika seluruh anak-anak PAUD Yaa Bunayya  diantarnya ke Pangkalan Militer Angkatan Laut yang ada di kawasan Tanjung Perak Surabaya. Dengan mengenalkan jenis-jenis kapal perang kepada anak-anak itu. Dan banyak lagi cerita di luar aktifitas sebagai prajurit, oleh ABK KRI Nenggala ini.

Akhirnya, kita harus meyakini, bahwa semua yang terjadi di dunia ini, sudah ditakdirkan Allah SWT. Ajal pasti datang tepat waktu. Tidak bisa dimajukan atau dimiundurkan. Tentu dalam hal ini, “beruntung” bagi mereka yang meninggal di bulan Ramadhan, apalagi dalam keadaan tenggelam. Apalagi jika dalam keadaan beriman kepada Allah SWT, Insya Allah akan mati syahid. Hal ini ditegaskan oleh sebuah sabda Rasulullah SAW, yang diriwatakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena tho’un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari, no. 2829 dan Muslim, no. 1914).

Menurut Ibnu Hajar rahimahullah, membagi mati syahid menjadi dua macam: Pertama, Syahid dunia adalah mati ketika di medan perang karena menghadap musuh di depan. Kedua, Syahid akhirat, yaitu seperti yang disebutkan dalam hadits di atas (yang mati tenggelam dan semacamnya, pen.). Mereka akan mendapatkan pahala sejenis seperti yang mati syahid. Namun untuk hukum di dunia (seperti tidak dimandikan, kecuai tidak ditemukan/hilang pen.) tidak berlaku bagi syahid jenis ini. (Fath Al-Bari, 6; 44)

Semoga ABK KRI Nenggala-402, selain dicatat sebagai pahlawan Kusuma bangsa karena sedang menjalankan tugas negara, juga bagi yang muslim, dicatat Syahid di jalan-Nya. Dan keluarga yang ditinggalkan tabah dan selalu dalam bimbingan dan ma’unah Allah SWT.  Allahumaghfirlahum warhamhum waafihi wa’fuanhum. Wallahu A’lam.

Covid, Kronik, Peradaban

Mau Vaksin ?


Ini pertanyaan yang ramai dipublik. Setelah mendapati kenyataan bahwa, oramg sudah di vaksin kok masih positof COVID. Beberapa publik figur pun sempat menghiasi berita, karena kasus seperti ini. Hal ini menyebabkan polarisasi public, ada yang siap untuk di vaksin, dan ada juga yang tidak siap di vaksin. Masing-masing punya alasan yang logis. Dan wacana seperti ini ternyata tidak hanya dikalangan rakyat awan. Namun juga menjadi diskursus para cerdik cendekia.

Semalam seorang kerabat meninggal dunia. Setelah dinyatakan positif Covid-19, dan di rawat di Rumah Sakit lebih dari 2 (dua) pekan. Padahal sebulan sebelumnya sudah dilakukan vaksin Sinovac, sebanyak 2 (dua) kali, sesuai standar vaksiniasi Covid.  Halini dijelaskan bahwa suntikan pertama untuk memicu respons kekebalan awal terhadap vaksin yang diberikan, sedangkan suntikan kedua dapat meningkatkan kekuatan respons imun yang sebelumnya sudah terbentuk.

Sudah banyak cerita, tetapi kita mungkin perlu penjelasan tentang vaksin. Makhluk apakah itu? Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin terdiri dari banyak jenis dan kandungan, masing-masing vaksin tersebut dapat memberikan Anda perlindungan terhadap berbagai penyakit yang berbahaya.

Vaksin mengandung bakteri, racun, atau virus penyebab penyakit yang telah dilemahkan atau sudah dimatikan. Saat dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, vaksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi. Proses pembentukan antibodi inilah yang disebut imunisasi.

Sedangkan, terkait vaksin covid di Indonesia, akan memakai banyak produk dan merk. Salah satunya adalah vaksin sinovac produksi China. Setelah dilakukan uji klinis, menurut BPOM, efficacy rate-nya adalah 65,3 persen. Efficacy rate ( rerata efikasi) adalah sebuah perhitungan yang digunakan untuk menunjukkan efektivitas, dari sebuah vaksin. Artinya dengan telah di lakukan vaksinasi, kemungkinan tidak tertular  (kebal) adalah 65,3%, selebihnya 34,7% masih kemungkinan tertular. Nah ternyata masih ada angka 34,7%, yang menjelaskan mengapa sudah di vaksin kok masih tetap bisa positif COVID.

Dr. Siti Fadilah Sapari, M.Sc mantan Menteri Kesehatan, dalam sebuah podcast di Channel Karni Ilyas yang di unggah di Youtube beberapa hari lalu, menyampaikan beberapa pernyataan penting terkaiot dengan Pandemi. “Jadi kalau pandemi, itu ya biasanya belum ada obatnya. Nah, seharusnya obat itulah yang dikejar, bukan vaksin,”. Selanjutnya, juga dinyatakan “Kita perlu enggak sih vaksin? Sebetulnya dalam sejarah tidak ada yang mengatakan bahwa pandemi itu bisa dihentikan dengan vaksin,” jelas pakar virus ini, yang sempat membubarkan proyek NAMRU-2 itu, yang berujung beliau masuk bui.

Selanjutnya terkait dengan terjadinya mutasi virus beliau menyatakan “Karena vaksin itu bisa dibuat kalau virusnya sudah stabil, kalau masih mutasi, mutasi, mutasi, mestinya vaksin jangan dibuat dulu, karena vaksin itu berasal dari virus, sumber utama itu dari virus,” tuturnya.

Karena kenyataannya saat ini mutase virus terus terjadi. Mutasi virus adalah perubahan struktur dan sifat genetik virus. Proses ini dapat terjadi ketika virus sedang memperbanyak diri di dalam sel tubuh inangnya, baik manusia maupun hewan. Saat ini banyak varian virus hasil dari mutasi dan mutase ganda. Seperti yang B.1.17 terkenal dari Inggris. B1351 dari Afrika Selatan. B1525 dari Malaysia. E484K, P1, P2 dan seterusnya. Artinya, virus Corona ini, terus dan terus mutasi.

Pertanyaannya, apakah efektif dilakukan vaksin, sementara mutase terus berlangsung? Menjawab ini Dr. Nadia Tarmidzi, M.Epid, juru bicara Vaksinasi COVID Kemenkes menyampaikan bahwa,”Sampai saat ini belum ada penelitian ataupun bukti ilmiah yang menunjukkan vaksin yang telah diproduksi dan telah digunakan di berbagai belahan dunia tidak bisa melindungi kita dari virus varian baru ini. Vaksin yang digunakan dalam upaya kita melakukan penanggulangan pandemi covid 19 masih sangat efektif”

Berdasarkan data dari Ourworldin data, saat ini Indonesia sudah melakukan vaksinasi terhadap 17,92 juta jiwa penduduk. Masih tergolong rendah jika disbanding dengan negara lain, sebagaimana ada di grafik berikut :

https://ourworldindata.org/covid-vaccinations

Kita akan bisa melihat efektifitas dari pada vaksinasi ini, terhadap penyebaran COVID di masing-masing negara tersebut. Yaitu dengan membandingkan pertumbuhan harian yang juga masih terus ada di masing-masing negara yang sudah dilakukan vaksin secara masif itu, sebagaimana gambar di bawah ini.

https://ourworldindata.org/covid-vaccinations

Sekarang berpulang kepada Anda, apakah setelah ini akan memberikan motivasi Anda untuk di vaksin, atau malah nggak mau di vaksin. Saya tidak punya hak untuk memperngaruhi Anda.

Yang jelas, sesuai dengan keyakinan saya sebagai muslim, namanya COVID-19 dan juga variannya hasil mutase itu adalah makhluk Allah SWT. Dia pasti tunduk pada sunnatullah, berupa ketatapan dan aturan Allah. Sedangkan tugas manusia adalah berusaha, selebihnya Allah yang akan menentukan hasilnya.

Wallahu a’lam.

Covid, Kronik, Peradaban

Belajar dari Tsunami Covid di India


https://www.worldometers.info/coronavirus/country/india/

Beberapa hari lalu, saya tulis tentang belajar dari Bangaluru, untuk membangun Silicon Valley, maka kali ini kita kita tetap belajar dari India, tetapi terkait dengan penanganan COVID-19. Dunia terbelalak, tiba-tiba India mengalami peningkatan yang drastis, terkait yang positif. Padahal pad bulan Januari, Pebruari hingga pertengahan Maret, grafiknya melandai. Seolah ada signal bahwa, pandemi segera berakhir di India.

Semua bersuka cita, bahwa kebijakan di India untuk menekan COVID-19 berhasil. Tetapi kini menunjukkan terjadinya sebuah anomali, sebab sebagaimana dalam grafik di atas, COVID-19 di India sempat mereda, namun lonjakan kembali terjadi, pada saat para ilmuwan memperkirakan herd immunity sudah hampir tercapai.

Barangkali ini yang memicu lonjakan itu. Dengan melihat penurunan kasus itu, serta tanda-tanda akan berakhirnya COVID-19, masyarakat menjadi lengah. Kerumunan masa terjadi di mana-mana. Tanpa adanya protocol Kesehatan. Sebagaimana ketat dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya. Petugaspun nampaknya juga sudah mulai melonggarkan aturan.  

Kegiatan keagamaan rakyat India yang  berdasarkan sensus 2020  berpenduduk 1,380,004,385 orang dengan komposisi 79,8% Hindu, 14,2%  Islam, 2,3 Kristen dan sisanya agama lain itu menjadi bebas. Bahkan ritual penganut Hindu yang mandi di sungai Gangga dalam beberapa hari dilakukan dengan tanpa menghiraukan protokol Kesehatan. Mereka percaya bahwa Maa (ibu) Gangga akan menyelamatkan mereka dari pandemi ini. Faktanya, justru setelah ritual itu, muncul klaster baru terjadi di sini. Ratusan ribu bahkan mungkin jutaan orang tumpah ruah disini. Dari dari 50.000 sampel yang di tes, 1.000 diantaranya adalah positif COVID-19. Dan ini diikuti di seluruh India. Kasus harian meningkat tajam. Bahkan memecahkan rekor.

Demikian juga kampanye politik juga terjadi secara offline di negara multipartai ini. Yang namanya kampaye pasti mengundang kerumunan masa. Hal lain juga terjadi di restoran, rumah makan, mall, pasar, tempat perbelanjaan dll yang juga sudah dibuka dan semuanya sama, tanpa protokol kesehatan yang ketat dan memadai. Padahal India sejauh ini, India telah memberikan lebih dari 127 juta dosis vaksin virus corona dalam upaya inokulasi terbesar di dunia. Dan ada 272,705,103 penduduk yang sudah ditest. Hanya kalah dari USA yang sudah mengetest sebanyak 435,438,612 jiwa.

Tetapi realitas di atas justru mendapatkan data yang mengerikan. Kemarin 22/04/2021, menurut worldometer, tercatat ada 332.503 kasus baru. Dengan kematian sejumlah 2.256 orang. Hal ini menjadikan kasus dan kematian tertinggi di India hingga hari ini, sepanjang pandemi menyerang setahun lalu. Sehingga secara total, ada 16,257,309 kasus di India. Dengan 13,641,606 yang sembuh dan 186,928 yang mati. Sehingga  menempatkan India menempati peringkat ke-2, menyalip Brazil dengan jumlah kasus 14,1 juta, tetapi kalah dari USA dengan 32,6 juta.

Hal lain, juga memcicu pertumbuhan yang cepat itu disinyalir telah terjadinya dan ditemukannya mutasi COVID-19.  Varian virus baru itu dinamakan varian B.1.617, yang membawa beberapa mutasi. Virus ini telah dijuluki “mutan ganda” karena dua mutasi kunci pada protein lonjakan virus corona, yang digunakannya untuk mengikat lebih efektif dengan sel sehingga menyebabkan infeksi. Sementara, mutasi L452R diketahui meningkatkan transmisi virus dan mengurangi kemanjuran antibodi, mutasi E484Q dikatakan memberi virus peningkatan sifat pengikatan sel dan penghindaran kekebalan.

Dengan tingginya kasus positif di atas, diistilahkan telah terjadi tsunami COVID-19 di India. Hal ini menyebabkan setidaknya ada 4 (empat) masalah baru di India.  1) kurangnya jumlah bed dan obat-obatan di RS, 2) keterbatasan pasokan oksigen yang dibutuhkan oleh pasien saat saturasi menurun, 3) mayat bertumpuk di luar RS, 4) tempat kremasi jenazah penuh.

Pelajaran apa yang bisa di ambil?

Dari apa yang terjadi di India, setidaknya beberapa pelajaran yang bisa kita ambil agar negeri ini terhindar dari tsunami COVID-19, beberapa hal itu meliputi :

Pertama, ketika grafik melandai, meskipun bisa dijadikan ukuran, bahwa jumlah yang terinfeksi COVID-19 turun, akan tetapi tidak bisa dijadikan alasan bahwa pandemi akan berakhir.

Kedua, grafik melandai juga bukan sebagai ukuran bahwa telah terhadi herd immunity, sehingga virus tidak menyebar/menular  lagi. Sebab masih ada indikasi yang lain yang jadi parameter.

Ketiga, Vaksinasi yang massif, juga bukan jaminan bahwa kita tidak akan terinfeksi virus corona. Faktanya, ada yang sudah di vaksinasi 2 (dua) kali ternyata masih terinveksi juga, hal ini juga kita jumpai di Indonesia.

Keempat, waspada terhadap mutasi dan hadirnya varian baru dari COVID-19.

Karena ada kesamaan dalam hal ndablegnya, terutama terkait untuk mematuhi protokol kesehatan, maka apa yang terjadi di India, sangat berpotensi juga terjadi di Indonesia. Apalagi jika mudik tetap dipaksakan. Maka, lonjakan itu bisa dipastikan bakal terjadi. Olehnya menjaga protokol kesehatan adalah kunci. Selain itu, intinya jangan paranoid sehingga menciptakan ketakutan yang luar biasa, akibatnya tidak berbuat apa-apa. Juga jangan jumawa sehingga sembrono, merasa tidak takut apapun yang terjadi, malah nantangin, nanti begitu kena baru bilang kalo COVID itu ada. Sebaiknya, kita bersikap wasathiyyah, moderat, pertengahan sehingga waspada dan proporsional menyikapi hal ini.

Selain itu bagi kita umat muslim, tentu saja dengan tetap menjaga wudhu, dan senantiasa lebih mengintefsifkan do’a dan beribadah. Apalagi ini sedang bulan Ramadhan. Setelah semua upaya itu dilakukan, selebihnya, kita tawakal kepada Allah. Semoga Allah SWT segera mengenyahkan COVID-19 dari muka bumi. Wallahu a’lam.

Kronik, Peradaban

Masih Mau Mudik ?


Mudik (oleh KBBI disinonimkan dengan istilah pulang kampung) adalah kegiatan perantau/pekerja migran untuk pulang ke kampung halamannya (udik). Selain itu, mudik juga diartikan mereka yang yang sudah menetap di sutau tempat/perkotaan menuju ke kampung halaman/udik asalnya.  Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Waktunya biasanya di akhir Ramadhan, setelag hari raya Idul Fitri.

Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Dan kemudian juga berkembang dengan adanya reuni, untuk bersua dengan teman, kerabat dan lain sebagainya. Sehingga, akan mencari cara untuk bisa mudik, apapun risikonya. Dan ini dibuktikan dengan jauh-jauh hari telah mempersiapkan diri dengan membeli tiket berbagai moda tranportasi, meski sudah dibatasi waktunya oleh pemerintah.

Namun, nampaknya para pemudik kali ini harus menunda tradisi tahunan itu. Setelah tahun lalu juga ada pembatasan mudik. Praktis 2 (dua) tahun ini, hasrat untuk mudik harus di tahan, karena akan berisiko. Hal ini dipertegas dengan hari ini 22/04/2021,  Pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 memutuskan untuk memperpanjang masa larangan mudik Lebaran. Perpanjangan larangan tersebut berlaku mulai hari ini, Kamis 22 April 2021, hingga 24 Mei 2021. Aturan itu tertuang dalam Addendum Surat Edaran perihal pengetatan persyaratan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN).

Mengapa diperpanjang? Ternyata ini merupakan hasil survei dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan RI yang menyatakan bahwa dalam survei tersebut ditemukan bahwa masih adanya sekelompok masyarakat yang hendak mudik pada rentang waktu  H-7 dan H+7 Pemberlakuan Peraturan Peniadaan Mudik.

Tujuan addendum dalam surat edaran ini adalah untuk mengantisipasi peningkatan arus pergerakan penduduk yang berpotensi meningkatkan penularan kasus antar daerah pada masa sebelum dan sesudah periode peniadaan mudik diberlakukan. Artinya  bertujuan untuk mencegah ganasnya penyebaran COVID-19. Dan menurut pernyataan presiden, berdasarkan kajian tim Kesehatan, jika tidak ada larangan mudik, maka kemungkinan akan bertambah 120 ribu hingga 140 ribu penambahan kasus baru COVID-19 per-hari.

Jika dirangkum, maka larangan mudik berlaku selama 1 bulan, terhitung sejak hari ini hingga 24 Mei mendatang. Dan dalam surat edaran tersebut juga ditambahkan beberapa aturan terkait perjalanan darat, udara, maupun laut. Satu aturan tambahan diantaranya adalah mengenai pelaku perjalanan darat, udara, maupun laut diwajibkan menunjukkan minimal surat keterangan hasil negatif GeNose.

Artinya untuk tanggal 22 April hingga 5 Mei dan tanggal 17- 24 Mei, terjadi pengetatan protokol kesehatan, dengan membatasi masa berlaku surat keterangan hasil tes PCR/swab antigen, yang sebelumnya punya masa berlaku 2 (dua) hari, mulai hari ini surat keterangan hanya berlaku 1 x 24 jam.Selain itu, akan dilakukan tes rapid antigen acak kepada para penumpang angkutan darat.

Aturan ini sangat ketat. Dan secara ringkas, jelas membatasi pergerakan rakyat untuk mudik. Akan tetapi bukan rakyat Indonesia kalo tidak bisa mencari jalan keluar. Jika tidak bisa mengakali. Selalu ada saja celah yang bisa ditemukan. Dan biasanya petugas dan semua pihak akan terkaget-kaget, ternyata ada saja yang luput dari aturan, ketika sudah terjadi.

Namun, ini bukan soal bisa mengakali dengan berbagai akal-akalan itu. Melainkan ini menyangkut keselamatan jiwa. Yang menjadi salah satu dari maqashidul syari’ah. Hal ini, bukan hanya untuk Anda saja. Tetapi untuk orang yang disekitar Anda, terhadap orang yang akan Anda temui dlsb. Bisa jadi Kita nampak sehat, akan tetapi sesungguhnya kita adalah carrier, alias pembawa dan penyebar virus itu. Atau justru Kita yang akan tertular oleh orang lain. Jadi kita tahan dulu keinginan untuk mudik tahun ini. Sehingga sejarah mencatat kita sebagai bagian yang ikut mencegah penyebaran COVID dengan tidak mudik. Bukan malah menjadi bagian dari penyebar COVID ini.

Jadi, masih ingin mudik?

Kronik

Ilalliqa’ Murrabiku


Sulit bagi saya untuk mengungkapkan perasaan dalam sebuah tulisan tentang beliau. Seolah sejak semalam, tangan ini berat untuk menekan tombol keyboard laptop. Padahal ingin sekali menceritakan banyak hal tentang interaksi saya dengan beliau. Sebuah hubungan yang kemudian mengubah banyak hal, itu telah menggores kuat dalam hidup ini. Yang saya yakin, hal yang sama juga dialami oleh siapapun yang pernah berinteraksi dengan beliau.

Semalam, menjelang jam 10 malam, ketika mobil ambulan membawa jezazah beliau, berhenti di jalan depan Masjid, dimana kami sudah beberapa saat menunggunya. Saya berada di shof depan. Di lapangan depan masjid itu. Ratusan jama’ah berkumpul, dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Pada saat yang sama, air mata tertumpah ruah. Betambah deras air mata ini mengalir, saat Ust. Dr. Nashirul Haq, sebagai imam sholat jenazah mulai takbir, demi takbir. Dan di sela-sela takbir itulah, tangisku tambah meledak. Bahuku tergoncang hebat. Nampaknya hal yang sama juga dialami oleh jama’ah sekelilingku. Hingga salam dan dilanjutkan dengan do’a, belum bisa berhenti air mata mengalir.

Teringat sosok multi talenta. Seorang murabbi, pembelajar,  guru, motivator, mubaligh, mujahid, teman diskusi dlsb. Pendeknya semua predikat bisa melekat pada beliau. Sejak berinteraksi pertama sekitar tahun `1995, ketika mengantar beliau ke Airport Adisucipto-Yogya, dimana saat itu beliau sedang menjemput putrinya yang lagi nyantri di Solo yang diantar ustadnya dari solo, ke airport Adisucipto, lalu balik ke Jakarta. Interaksi tersebut, hingga menjelang wafat beliau, semua memberi pelajaran dan kesan yang luar biasa.

Sekitar sebulan sebelum Ramadhan, sehabis sholat shubuh, saya dipanggil beliau. Seperti biasa di-shoft depan, di belakang imam, sebelah kiri. Tempat favorit beliau, dimana beliau selalu hadir setelah adzan selesai, dan bertilawah setelah melakukan sholat qobliyah sambil menunggu takbiratul ikram, di Masjid Umul Qura’ Pesantren Hidayatullah Depok. Tempat dimana ketika 10 menit sebelum qiyamul lail, yang dimulai jam 01.30 dinihari, beliau selalu hadir mendahului jama’ah yang lain. Tempat dimana, beliau memimpin halaqah diniyah setiap ba’da shubuh. Hal itu terus berjalan, bertahun-tahun lamanya. Kecuali jika beliau keluar kota atau sakit yang memang  tidak memungkinkan untuk melakukannya. Sebuah keteladanan dan kedisiplinan dalam beribadah yang sangat luar biasa.

Seperti biasa beliau menanyakan kabar, dan kemudian bercerita tentang banyak hal, terkait dengan visi dan mimpi yang sudah terlaksana, dan semestinya harus dicapai.  Pada saat yang sama, biasanya sekaligus beliau memberi tugas dan harapan. Beliau selalu bisa membikin lawan bicaranya akan larut irama pembicaraannya, yang memang berisi dan bernas itu. Dan ini, seringkali mempengaruhi emosi,lawan bicaranya. Kadang bisa mengeluarkan joke segar diluar dugaan. Satu pesan yang beliau sampaikan saat itu kurang lebih redaksinya adalah,”Saya sudah menyampaikan banyak Hal tentang Hidayatullah, tidak ada yang saya tutup-tutupi. Saya Ikhlas jika Allah memanggil saya. Dan jika boleh meminta, maka saya minta meninggal di bulan Ramadhan, malam jum’at, waktu qiyamul lail dan pada saat sujud,”.

Kadang-kadang beliau di tengah malam menelpon, hanya untuk memastikan tugas dan amanah yang kami emban berjalan atau tidak. Hal ini, saya rasakan semenjak menjadi tim beliau di DPP Hidayatullah mulai tahun 2005. Kadang saya yang muda, juga berbeda pendapat, tetapi pada akhirnya selalu ada jalan keluar yang luar biasa. Beliau memang cukup keras dan tegas dalam prinsip. Hal ini memang menurut Ust. Abdurrahman (adik beliau) sudah terbangun sejak kecil. Selalu ingin membela kebenaran, dan tidak nyaman dengan ketidakaturan. Sebenarnya sikap keras dan tegas beliau itu adalah media tarbiyah, untuk mendidik kami.

Koleksi buku dan bacaan beliau cukup banyak. Buku itu semua di baca . Bahkan agar mata tetap terbuka untuk bisa membaca beliau menyampaikan triknya, kaki direndam di air hangat yang diberi garam. Bahkan di usianya yang tidak muda lagi, beliau masih membeli koleksi buku langsung dari amazon. Beliau diberbagai kesempatan juga selalu menyampaikan, judul buku yang di baca, siapa pengarangnya, membahas apa dan berapa jumlah halamannya. Hal ini sebenarnya untuk memotivasi kami agar selalu membaca. Jangan sampai seperti tokek dalam tempurung. Kader harus memiliki wawasan yang luas, sehingga mampu bertarung dan berkompetisi dengan siapapun juga. Dan hasil bacaan beliau itu melahirkan beberapa tulisan, baik dalam bentuk buku, artikel maupun dalam bentuk presentasi dlsb. Salah buku beliau yang cukup menarik adalah Era Peradaban Baru. Dan banyak sekali legacy beliau yang tidak mungkin ditulis satu persatu.

Kemarin, Selasa, 20 April 2021 bertepatan dengan 9 Ramadhan 1442 Hijriyah, jam 17.00 sore mas Muhammad Sulthon, putra beliau mengirim pesan bahwa ayahnya sudah dipanggil menghadap Allah. Saat itu, kami sedang halaqah, di sore hari, sambil menunggu berbuka. Ternyata Allah lebih sayang kepada beliau. Selamat jalan murabbiku, Al Ustadz KH. Dr. Abdul Mannan, MM. Semoga Allah menerima semua Amal solehmu, mengampuni segala dosamu, dan mendapatkan termpat terbaik disisi-Nya. Semoga kita dipertemukan di jannah-Nya, kelak, Amiin ya rabb

اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًاخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ