Covid, Kronik, Peradaban

Mau Vaksin ?


Ini pertanyaan yang ramai dipublik. Setelah mendapati kenyataan bahwa, oramg sudah di vaksin kok masih positof COVID. Beberapa publik figur pun sempat menghiasi berita, karena kasus seperti ini. Hal ini menyebabkan polarisasi public, ada yang siap untuk di vaksin, dan ada juga yang tidak siap di vaksin. Masing-masing punya alasan yang logis. Dan wacana seperti ini ternyata tidak hanya dikalangan rakyat awan. Namun juga menjadi diskursus para cerdik cendekia.

Semalam seorang kerabat meninggal dunia. Setelah dinyatakan positif Covid-19, dan di rawat di Rumah Sakit lebih dari 2 (dua) pekan. Padahal sebulan sebelumnya sudah dilakukan vaksin Sinovac, sebanyak 2 (dua) kali, sesuai standar vaksiniasi Covid.  Halini dijelaskan bahwa suntikan pertama untuk memicu respons kekebalan awal terhadap vaksin yang diberikan, sedangkan suntikan kedua dapat meningkatkan kekuatan respons imun yang sebelumnya sudah terbentuk.

Sudah banyak cerita, tetapi kita mungkin perlu penjelasan tentang vaksin. Makhluk apakah itu? Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin terdiri dari banyak jenis dan kandungan, masing-masing vaksin tersebut dapat memberikan Anda perlindungan terhadap berbagai penyakit yang berbahaya.

Vaksin mengandung bakteri, racun, atau virus penyebab penyakit yang telah dilemahkan atau sudah dimatikan. Saat dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, vaksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi. Proses pembentukan antibodi inilah yang disebut imunisasi.

Sedangkan, terkait vaksin covid di Indonesia, akan memakai banyak produk dan merk. Salah satunya adalah vaksin sinovac produksi China. Setelah dilakukan uji klinis, menurut BPOM, efficacy rate-nya adalah 65,3 persen. Efficacy rate ( rerata efikasi) adalah sebuah perhitungan yang digunakan untuk menunjukkan efektivitas, dari sebuah vaksin. Artinya dengan telah di lakukan vaksinasi, kemungkinan tidak tertular  (kebal) adalah 65,3%, selebihnya 34,7% masih kemungkinan tertular. Nah ternyata masih ada angka 34,7%, yang menjelaskan mengapa sudah di vaksin kok masih tetap bisa positif COVID.

Dr. Siti Fadilah Sapari, M.Sc mantan Menteri Kesehatan, dalam sebuah podcast di Channel Karni Ilyas yang di unggah di Youtube beberapa hari lalu, menyampaikan beberapa pernyataan penting terkaiot dengan Pandemi. “Jadi kalau pandemi, itu ya biasanya belum ada obatnya. Nah, seharusnya obat itulah yang dikejar, bukan vaksin,”. Selanjutnya, juga dinyatakan “Kita perlu enggak sih vaksin? Sebetulnya dalam sejarah tidak ada yang mengatakan bahwa pandemi itu bisa dihentikan dengan vaksin,” jelas pakar virus ini, yang sempat membubarkan proyek NAMRU-2 itu, yang berujung beliau masuk bui.

Selanjutnya terkait dengan terjadinya mutasi virus beliau menyatakan “Karena vaksin itu bisa dibuat kalau virusnya sudah stabil, kalau masih mutasi, mutasi, mutasi, mestinya vaksin jangan dibuat dulu, karena vaksin itu berasal dari virus, sumber utama itu dari virus,” tuturnya.

Karena kenyataannya saat ini mutase virus terus terjadi. Mutasi virus adalah perubahan struktur dan sifat genetik virus. Proses ini dapat terjadi ketika virus sedang memperbanyak diri di dalam sel tubuh inangnya, baik manusia maupun hewan. Saat ini banyak varian virus hasil dari mutasi dan mutase ganda. Seperti yang B.1.17 terkenal dari Inggris. B1351 dari Afrika Selatan. B1525 dari Malaysia. E484K, P1, P2 dan seterusnya. Artinya, virus Corona ini, terus dan terus mutasi.

Pertanyaannya, apakah efektif dilakukan vaksin, sementara mutase terus berlangsung? Menjawab ini Dr. Nadia Tarmidzi, M.Epid, juru bicara Vaksinasi COVID Kemenkes menyampaikan bahwa,”Sampai saat ini belum ada penelitian ataupun bukti ilmiah yang menunjukkan vaksin yang telah diproduksi dan telah digunakan di berbagai belahan dunia tidak bisa melindungi kita dari virus varian baru ini. Vaksin yang digunakan dalam upaya kita melakukan penanggulangan pandemi covid 19 masih sangat efektif”

Berdasarkan data dari Ourworldin data, saat ini Indonesia sudah melakukan vaksinasi terhadap 17,92 juta jiwa penduduk. Masih tergolong rendah jika disbanding dengan negara lain, sebagaimana ada di grafik berikut :

https://ourworldindata.org/covid-vaccinations

Kita akan bisa melihat efektifitas dari pada vaksinasi ini, terhadap penyebaran COVID di masing-masing negara tersebut. Yaitu dengan membandingkan pertumbuhan harian yang juga masih terus ada di masing-masing negara yang sudah dilakukan vaksin secara masif itu, sebagaimana gambar di bawah ini.

https://ourworldindata.org/covid-vaccinations

Sekarang berpulang kepada Anda, apakah setelah ini akan memberikan motivasi Anda untuk di vaksin, atau malah nggak mau di vaksin. Saya tidak punya hak untuk memperngaruhi Anda.

Yang jelas, sesuai dengan keyakinan saya sebagai muslim, namanya COVID-19 dan juga variannya hasil mutase itu adalah makhluk Allah SWT. Dia pasti tunduk pada sunnatullah, berupa ketatapan dan aturan Allah. Sedangkan tugas manusia adalah berusaha, selebihnya Allah yang akan menentukan hasilnya.

Wallahu a’lam.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.