Kronik

Ilalliqa’ Murrabiku


Sulit bagi saya untuk mengungkapkan perasaan dalam sebuah tulisan tentang beliau. Seolah sejak semalam, tangan ini berat untuk menekan tombol keyboard laptop. Padahal ingin sekali menceritakan banyak hal tentang interaksi saya dengan beliau. Sebuah hubungan yang kemudian mengubah banyak hal, itu telah menggores kuat dalam hidup ini. Yang saya yakin, hal yang sama juga dialami oleh siapapun yang pernah berinteraksi dengan beliau.

Semalam, menjelang jam 10 malam, ketika mobil ambulan membawa jezazah beliau, berhenti di jalan depan Masjid, dimana kami sudah beberapa saat menunggunya. Saya berada di shof depan. Di lapangan depan masjid itu. Ratusan jama’ah berkumpul, dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Pada saat yang sama, air mata tertumpah ruah. Betambah deras air mata ini mengalir, saat Ust. Dr. Nashirul Haq, sebagai imam sholat jenazah mulai takbir, demi takbir. Dan di sela-sela takbir itulah, tangisku tambah meledak. Bahuku tergoncang hebat. Nampaknya hal yang sama juga dialami oleh jama’ah sekelilingku. Hingga salam dan dilanjutkan dengan do’a, belum bisa berhenti air mata mengalir.

Teringat sosok multi talenta. Seorang murabbi, pembelajar,  guru, motivator, mubaligh, mujahid, teman diskusi dlsb. Pendeknya semua predikat bisa melekat pada beliau. Sejak berinteraksi pertama sekitar tahun `1995, ketika mengantar beliau ke Airport Adisucipto-Yogya, dimana saat itu beliau sedang menjemput putrinya yang lagi nyantri di Solo yang diantar ustadnya dari solo, ke airport Adisucipto, lalu balik ke Jakarta. Interaksi tersebut, hingga menjelang wafat beliau, semua memberi pelajaran dan kesan yang luar biasa.

Sekitar sebulan sebelum Ramadhan, sehabis sholat shubuh, saya dipanggil beliau. Seperti biasa di-shoft depan, di belakang imam, sebelah kiri. Tempat favorit beliau, dimana beliau selalu hadir setelah adzan selesai, dan bertilawah setelah melakukan sholat qobliyah sambil menunggu takbiratul ikram, di Masjid Umul Qura’ Pesantren Hidayatullah Depok. Tempat dimana ketika 10 menit sebelum qiyamul lail, yang dimulai jam 01.30 dinihari, beliau selalu hadir mendahului jama’ah yang lain. Tempat dimana, beliau memimpin halaqah diniyah setiap ba’da shubuh. Hal itu terus berjalan, bertahun-tahun lamanya. Kecuali jika beliau keluar kota atau sakit yang memang  tidak memungkinkan untuk melakukannya. Sebuah keteladanan dan kedisiplinan dalam beribadah yang sangat luar biasa.

Seperti biasa beliau menanyakan kabar, dan kemudian bercerita tentang banyak hal, terkait dengan visi dan mimpi yang sudah terlaksana, dan semestinya harus dicapai.  Pada saat yang sama, biasanya sekaligus beliau memberi tugas dan harapan. Beliau selalu bisa membikin lawan bicaranya akan larut irama pembicaraannya, yang memang berisi dan bernas itu. Dan ini, seringkali mempengaruhi emosi,lawan bicaranya. Kadang bisa mengeluarkan joke segar diluar dugaan. Satu pesan yang beliau sampaikan saat itu kurang lebih redaksinya adalah,”Saya sudah menyampaikan banyak Hal tentang Hidayatullah, tidak ada yang saya tutup-tutupi. Saya Ikhlas jika Allah memanggil saya. Dan jika boleh meminta, maka saya minta meninggal di bulan Ramadhan, malam jum’at, waktu qiyamul lail dan pada saat sujud,”.

Kadang-kadang beliau di tengah malam menelpon, hanya untuk memastikan tugas dan amanah yang kami emban berjalan atau tidak. Hal ini, saya rasakan semenjak menjadi tim beliau di DPP Hidayatullah mulai tahun 2005. Kadang saya yang muda, juga berbeda pendapat, tetapi pada akhirnya selalu ada jalan keluar yang luar biasa. Beliau memang cukup keras dan tegas dalam prinsip. Hal ini memang menurut Ust. Abdurrahman (adik beliau) sudah terbangun sejak kecil. Selalu ingin membela kebenaran, dan tidak nyaman dengan ketidakaturan. Sebenarnya sikap keras dan tegas beliau itu adalah media tarbiyah, untuk mendidik kami.

Koleksi buku dan bacaan beliau cukup banyak. Buku itu semua di baca . Bahkan agar mata tetap terbuka untuk bisa membaca beliau menyampaikan triknya, kaki direndam di air hangat yang diberi garam. Bahkan di usianya yang tidak muda lagi, beliau masih membeli koleksi buku langsung dari amazon. Beliau diberbagai kesempatan juga selalu menyampaikan, judul buku yang di baca, siapa pengarangnya, membahas apa dan berapa jumlah halamannya. Hal ini sebenarnya untuk memotivasi kami agar selalu membaca. Jangan sampai seperti tokek dalam tempurung. Kader harus memiliki wawasan yang luas, sehingga mampu bertarung dan berkompetisi dengan siapapun juga. Dan hasil bacaan beliau itu melahirkan beberapa tulisan, baik dalam bentuk buku, artikel maupun dalam bentuk presentasi dlsb. Salah buku beliau yang cukup menarik adalah Era Peradaban Baru. Dan banyak sekali legacy beliau yang tidak mungkin ditulis satu persatu.

Kemarin, Selasa, 20 April 2021 bertepatan dengan 9 Ramadhan 1442 Hijriyah, jam 17.00 sore mas Muhammad Sulthon, putra beliau mengirim pesan bahwa ayahnya sudah dipanggil menghadap Allah. Saat itu, kami sedang halaqah, di sore hari, sambil menunggu berbuka. Ternyata Allah lebih sayang kepada beliau. Selamat jalan murabbiku, Al Ustadz KH. Dr. Abdul Mannan, MM. Semoga Allah menerima semua Amal solehmu, mengampuni segala dosamu, dan mendapatkan termpat terbaik disisi-Nya. Semoga kita dipertemukan di jannah-Nya, kelak, Amiin ya rabb

اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًاخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.