entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship, IT

31 Fakta Start Up


hightechAdalah John L. Nesheim, dalam bukunya High Tech Start Up The Complete Handbook for Creating Successful New High Tech Company, dalam sebuah risetnya di Amerika, menemukan fakta tentang tipikal start up dalam teknologi tinggi. Saya mendapatkan buku ini, di Kinokuniya Book Store di KLCC – Malaysia,sekitar 4 tahun yang lalu. Ketertarikan saya atas buku ini, karena buku ini berisi informasi yang komplit berkenaan dengan hight-tech start up. Disamping itu,  di sampul depannya tertulis revised and updated, artinya buku ini telah mengalami revisi dan perbaikan atas kritikan dan komentar banyak orang dan bisa jadi mendapat masukan dari berbagai pihak. Terlebih lagi, buku ini juga merupakan International Bestseller. Tentu, buku ini memiliki kelas tersendiri. Bukan asal-asalan. Dalam buku ini, penelitian yang dilakukan oleh Nesheim meliputi start up di bidang teknologi dari perusahaan semi konduktor sampai dengan perusahaan berbasis internet.

Fokus dari riset Nesheim ini, mengkaitkan antara start up dan bagaimana pengaruh pembiayaan yang diperolehnya. Nesheim merupakan veteran dari Silicon Valley, dimana dia pernah bekerja di beberapa perusahaan disitu. Sejak tahun 1976, dia fokus melakukan riset pada high-tech start up. Selain itu Nesheim juga mengajar entrepreneurship di Cornell University dan beberapa Universitas lainnya di Asia dan Eropa. Tulisan ini bukan merupakan resensi dari Buku Nesheim, akan tetapi Continue reading “31 Fakta Start Up”

Entrepreneurship, IT

Kemana Arah R & D Kita ?


researchPagi ini, 11/04/2013, Koran Kontan, di halaman 2 memuat berita dengan judul : “Biaya R & D Bisa Menjadi Pengurang Pajak”. Ini meriupakan berita gembira dan sebuah kemajuan dari pemerintah, terutama bagi perusahaan yang memang bekerja di Bidang Inovasi dan Teknologi. Kepala BKPM, Chatib Basri, mengusulkan kepada pemerintah agar memberikan insentif dengan menjadikan biaya riset dan pengembangan menjadi biaya yang mengurangi laba, dalam sebuah perusahaan. Sehingga, dengan demikian beban pajak akan berkurang. Dijelaskan lagi bahwa, saat ini perusahaan di Indonesia, rata-rata enggan menyelenggarakan pelatihan atau training, karena butuh biaya yang besar. Padahal kegiatan ini penting agar perusahaan tetap mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang panjang karena mampu terus melakukan inovasi. Apalagi, jika terkait dengan R & D, maka masih jauh panggang dari api.

Dari penjelasan Bung Dede itu, -begitu bisanya Kepala BKPM itu di panggil-, dapat menjadi semacam cermin bagi kita, bahwa selain kegamangan melakukan R & D karena selain masih belum tentu jelas hasilnya, juga tidak ada dukungan yang berarti dari pemerintah. Akibatnya, mentalitas yang terjadi pada pelaku usaha, lebih senang menjadi trader, dengan menjadi reseller ataupun agen dari produk-produk yang di hasilkan oleh negara lain. Karena, mungkin tidak mau terlalu repot-repot mengeluarkan biaya dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi. Dan dengan menjadi trader, maka bisa diperoleh hitungan yang cepat, biaya kulakan di tambah biaya operasionalnya yang kemudian dikalkulasi menjadi HPP (Harga Pokok Produksi), dengan mudah bisa dihitung, dan ditambah margin secukupya, maka akan gampang diperoleh hitungan untung/ruginya. Mindset seperti ini, Continue reading “Kemana Arah R & D Kita ?”