Adalah John L. Nesheim, dalam bukunya High Tech Start Up The Complete Handbook for Creating Successful New High Tech Company, dalam sebuah risetnya di Amerika, menemukan fakta tentang tipikal start up dalam teknologi tinggi. Saya mendapatkan buku ini, di Kinokuniya Book Store di KLCC – Malaysia,sekitar 4 tahun yang lalu. Ketertarikan saya atas buku ini, karena buku ini berisi informasi yang komplit berkenaan dengan hight-tech start up. Disamping itu, di sampul depannya tertulis revised and updated, artinya buku ini telah mengalami revisi dan perbaikan atas kritikan dan komentar banyak orang dan bisa jadi mendapat masukan dari berbagai pihak. Terlebih lagi, buku ini juga merupakan International Bestseller. Tentu, buku ini memiliki kelas tersendiri. Bukan asal-asalan. Dalam buku ini, penelitian yang dilakukan oleh Nesheim meliputi start up di bidang teknologi dari perusahaan semi konduktor sampai dengan perusahaan berbasis internet.
Fokus dari riset Nesheim ini, mengkaitkan antara start up dan bagaimana pengaruh pembiayaan yang diperolehnya. Nesheim merupakan veteran dari Silicon Valley, dimana dia pernah bekerja di beberapa perusahaan disitu. Sejak tahun 1976, dia fokus melakukan riset pada high-tech start up. Selain itu Nesheim juga mengajar entrepreneurship di Cornell University dan beberapa Universitas lainnya di Asia dan Eropa. Tulisan ini bukan merupakan resensi dari Buku Nesheim, akan tetapi saya mengambil hasil riset yang di jadikan semacam pengantar dalam buku tersebut. Nah, meskipun riset ini dilakukan sekitar akhir tahun 1990an dan awal tahun 2000an, namun jika melihat konten-nya masih sangat relevan dengan kondisi sekarang. Apalagi dalam konteks Indonesia. Akhirnya dari riset tersebut ditemukan 31 fakta tentang hight tech start up, sebagai berikut :
- Kemungkinan hanya 6 dari 1 juta ide untuk bisnis teknologi tinggi pada akhirnya berhasil melakukan go public
- Kurang dari 20% dari start up yang mendapatkan pembiayaan (funding) yang bisa go public
- Pendiri start up yang sekaligus CEO hanya memiliki kurang dari 4% saham perusahaan, setelah melakukan IPO (Initial Public Offering). Namun pada saat boom Internet saham mereka dapat mencapai 10%.
- Pendiri dan sekaligus CEO dapat mengharapkan saham mereka sekitar US$ 6,5 juta jika perusahaannya berhasil go public. Sementara pada saat boom internet, telah banyak menghasilkan milyader baru
- Modal Ventura yang sukses, dapat berharap untuk mendapatkan keuntungan sebesar US$ 7 juta sebagai tambahan pendapatan rutin mereka setelah 5 tahun untuk setiap US$ 50 juta modal mereka yang di kelola dan di tanamkan.
- Business Plan pada umumnya sangat sederhana dan tidak dipersiapkan dengan baik, pada saat diterima oleh perusahaan Venture Capitalist.
- Keunggulan khusus (unfair advantage) dan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage) pada umumya tidak tercantum dalam business plan yang di ajukan kepada perusahaan modal ventura., padahal 2 kriteria tersebut sangat menentukan keberhasilan start up. Perusahaan modal ventura yang berpengalaman dan telah berhasil, tidak akan memberikan modalnya kepada start up yang tidak mencantumkan kedua kriteria tersebut.
- Rata-rata perusahaan modal ventura hanya membiayai 6 dari 1.000 business plan yang diterima setiap bulan.
- Investor perusahaan modal ventura, biasanya memiliki rata-rata saham sebesar 70% dari start up pada saat go public. Untuk perusahaan hardware yang dimiliki investor modal ventura mencapai 70%, untuk perusahaan software mencapai 60% dan untuk perusahaan internet mencapai 50%.
- Biaya pribadi untuk mendirikan start up adalah tinggi, biasanya melibatkan keluarga, teman-teman dan pribadi-pribadi yang terkait. Keraguan dan kecemasan biasanya menghinggapi para pendiri, akan tetapi mereka merasa tertantang dengan harapan mendapatkan kepuasan secara professional dan keuntungan yang menjanjikan lebih dari yang mereka dapatkan apabila bekerja di perusahaan besar milik orang lain.
- Kebangkrutan terjadi pada 60% dari start up yang di danai modal ventura.
- Merger dan akuisisi terjadi pada 30% start up.
- Saham para direktur akan berharga sekitar US$ 2,5 juta atau sepertiga dari nilai saham CEO pada saat IPO.
- Nilai saham rata-rata para karyawan, tidak termasuk para direktur dan karyawan kuci sekitar US$ 100.000 pada saat IPO
- Investor yang menanamkan modalnya pada modal ventura mengharapkan keuntungan sebesar 20% dari jumlah investasinya setiap tahun. Berarti 8% lebih tinggi dari keuntungan yang mereka dapatkan apabila menginvestasikan dananya di perurahaan-perusahaan Standard & Poor 500. Namun, pada saat boom, keuntingan ini menjadi 3 kali lipat.
- 10% start up berhasil mengkompensasi 90% start up yang gagal dan bangkrut dalam portofolio pemodal ventura.
- Kompensasi pendapatan manajemen start up, lebih rendah daraipada yang mereka dapatkan apabila bekerja di perusahaan besar.
- Pendapatan rata-rata CEO pendiri start up pada tahun 1990 sekitar US$ 120.000 per tahun. Pada tahun 1998 angka ini naik menjadi US$ 150.000. Bonus sebelum IPO menjadi umum diberikan kepada CEO pada tahun 2000 sehingga meningkatkan pendapatan tahunan mereka sampai US$ 190.000 pada saat perusahaan melakukan go public.
- Direktur pemasaran sering mendapatan penghasilan yang lebih tinggi dari Direktur Utama, hal ini terjadi pada saat perusahaan berhasil meningkatkan penjualan lebih tinggi daripada yang termuat di business plan.
- Start up pada umumnya membutuhkan waktu paling sedikit 3 tahun dan rata-rata 5 tahun untuk mencapai tahapan IPO. Perusahaan internet dan bioteknologi dapat melakukan IPO hanya berdasarkan “cerita” tang mereka jual kepada investor tanpa adanya keuntungan perusahaan pada saat IPO.
- Pendanaan melalui equipment leasing dan leasing of facilities dan leasehold improvement terbukti menjadi handal dan kompetitif sebagai sumber pendanaan bagi start up.
- Pendiri start up yang berpengalaman dan merangkap menjadi CEO meningkatkan peluang start up itu untuk mendapatkan pendanaan. Disamping itu tim manajemen yang komplit dengan tim kerja dan pengalaman yang medukung di bidangnya, serta kesiapan CEO untuk mengundurkan diri untuk diganti dengan CEO yang lebih sesuai dengan bisnis perusahaan yang berkembang dengan cepat.
- Sekitar US$ 100 milyar telah dialokasikan untuk modal ventura, dikelola oleh 2.000 personal yang berbisnis ventura di 500 perusahaan modal ventura, sebagian di Amerika Serikat, terutama di Silicon Valley dan sebagian kecil di Eropa dan Asia.
- Intensitas persaingan di antara oemodal ventura berfluktuasi, para entrepreneur mendapat angina pada saat boom PC, bioteknologi dan internet. Pemodal Ventura pada akhirnya adalah pemegang saham mayoritas pada Start up, pada umumnya melebihi 2/3 dari total saham perusahaan.
- Merger dan akuisisi di antara start up meningkat pada saaat pasar untuk IPO tidak terlalu bergairah dan pada saat penilaian untuk IPO terlalu tinggi.
- Niat investor pada bisnis baru tergantung pada institusi yang berbinsnis di perusahaan-perusahaan public yang diperdagangkan di OTC (over the counter) dan saham-saham blue chips yang diperdagangkan di New York Stock Exchange.
- Penentuan harga dari saham bisnis ventura yang ditawarkan pemodal ventura kepada investor mengikuti perhitungan keuangan yang layaknya berlaku untuk menentukan harga surat-surat berharga dan saham di perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Investor mengukur resiko dan penghasilan menjadi satu tingkat pengembalian investasi (return on investment) yang pantas diterima ukuran ini menjadi basis untuk pengurangan saham (delution) pendiri.
- Kompetisi diantara saham-saham start up akan menaikkan nilai saham dan mengurangi delusi dari pendiri. Kompetisi akan semakin meningkat dengan penerapan strategi yang terencana dalam kampanye menaikkan modal. Sayangnya strategi tersebut jarang diterapkan oleh pendiri start up, khusunya apabila pendiri lulusan fakultas teknik alias insinyur.
- Siklus naik turunnya (boom-to-bust cycle) bisnis ventura menjadi satu jalan hidup. Boom dari PC berakhir pada tahun 19080-an, boom internet terjadi pada tahun 1990-am. Siklus ini menyebabkan ayunan yang besar bagi pengembalian investasi pada portofolio pemodal ventura. Banyak perusahaan yang gagal dan ditutup tanpa meninggalkan apapun bagi investor mereka, akan tetapi banyak juga perusahaan yang berhasil. Pengembalian portofolio bisa jatuh mencapai 1 digit ROI (return on investment), beberapa perusahaan dapat meningkat mencapai 60%.
- Kombinasi sumber pendanaan ventura sudah menjadi suatu jalan hidup. Pada saat sejumlah pemodal ventura gulung tikar, harus dicari peluang mendapatan modal ventura yang baru dari perusahaan lainnya. Salah satu sumber modal ventura baru aalah perusahaan public besar yang mempunyai pemimpin pengembangan bisnis menjadi sangat aktif di era boom internet. Sumber pendanaan dari wilayah luar Amerika juga terus tumbuh.
- Perusahaan pemula internak yang tumbuh dari kalangan perusahaan-perusahaan besar menjadi fenomena baru. Mereka mengizinkan tumbuhnya start up dikalangan perusahaannya untuk membangun semangat inovasi sambil mempertahankan bisnis lamanya.
Dari 31 fakta ini, meski contoh ini diambil dan terjadi di Amerika, dan secara kultur bisnis memang berbeda dengan Indonesia, namun saya rasa beberapa point disitu bisa dipake oleh kita sebagai rujukan. Kita tidak perlu malu. Lakukan saja ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Sehingga saya berharap geliat start up di negeri ini terus bermunculan, dan pada akhirnya kita akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.