entrepreneur, technopreneur

Ciptakan peluang atau Mati….


Peluang itu tidak datang dua kali, maka ambillah peluang itu selagi ada”. Seringkali saya mendengar kalimat itu, atau senada dengan itu. Atau mungkin kalimat seperti ini : “Tolong dong saya dikasih peluang, biar saya bisa dapat memperbaiki nasib.” Ungkapan-ungkapan seperti itu sah-sah saja. Tetapi bagi orang yang pengin mengabdikan dirinya sebagai entrepreneur, maka itu menunjukkan kelemahan. Artinya dia bukan tipe fighter, yang siap bertarung untuk memperjuangkan cita-citanya. Jika dia bersifat pasif dan tidak proaktif, maka sangat sulit untuk mencapai kesuksesan.

Terkait dengan peluang, paling tidak ada 5 (lima) model bagi kita dalam menyikapi sebuah kata yang namanya peluang itu.

  1. Menunggu

    Kebanyakan entrepreneur pemula, memilih langkah ini. Padahal sering kita mendengar istilah menunggu adalah pekerjaan yang menjemukan. Memilih cara menunggu peluang ini, mungkin langkah keterpaksaan, setelah semua daya upaya menenemui jalan buntu. Jadi terpaksa pasrah. Disisi lain menunggu peluang, sejatinya kita sedang menggali kubur sendiri. Karena penuh ketidakpastian. Saran saya, hindari menunggu peluang. Karena jika memilih cara ini sesungguhnya anda telah selemah-lemah entrepreneur.

  2. Di Beri (menerima)

    Kadang-kadang tanpa dinyana-nyana, kita diberi peluang. Pemberi peluang ini datang bisa dari mana saja. Bisa saudara, teman, kenalan, kolega dan lain-lainnya. Pemberi peluang bisa jadi meminta imbalan, baik itu dalam bentuk uang tunai, maupun dalam bentuk lainnya. Kendati demikian, menerima peluang ini juga masih belum jelas. Jika peluang ini baik dan menguntungkan, mengapa diberikan kepada kita. Mengapa tidak di eksekusi sendiri saja. Artinya diberi peluangpun masih diperlukan effort yang besar untuk mendapatkannya. Dia tidak datang gratis. Juga tidak datang sebagaimana semudah kita memakan makanan yang sudah terhidang di piring. Entrepeneur jenis ini masih lumayan. Sebab pemberi peluang tentunya melihat kita memiliki kompetensi atas peluang yang diberikan. Dan ada upaya untuk meng-eksekusinya.

  3. Mengejar

    Peluang sesungguhnya ada dimana-mana. Yang diperlukan oleh kita sesungguhnya adalah bagaimana melihat peluang itu. Kebanyakan entrepreneur pemula sudah melihat peluang itu. Kemampuan melihat peluang ini, yang kemudian akan men-drive kita untuk bagaimana mendapatkan peluang itu dan kemudian merealisasikannya. Disinilah kemudian kita dituntut untuk memiliki strategi dalam mengejar peluang ini. Dalam mengejar peluang ini tentu saja kita mengukur kemampuan kita, dengan melihat seberapa besar peluang itu kita dapat. Jangan sampai salah kita melihat. Sebuah informasi yang masih belum mateng, sudah kita anggap sebagai peluang. Sudah banyak resources yang kita keluarkan, hasilnya tidak ada.

  4. Menjemput

    Setingkat di atas mengejar, adalah menjemput. Ketika kita berbicara tentang menjemput peluang, tentu saja tingkat kepastiannya sudah sangat tinggi. Menjemput berarti ada yang di jemput. Obyek atau tujuannya sudah pasti. Kendatipun demikian, meski tetap diperlukan effort untuk merealisasikannya, akan tetapi di banding dengan probabilitas keberhasilannya, maka tidak terlalu significant. Menjemput peluang dapat diartikan juga, bukan upaya sesaat, tentu saja ini sudah melalui proses yang panjang. Bahkan mungkin telah berdarah darah. Dan kini saatnya menuai hasilnya. Dan ini sebenarnya bagian panjang dari perjuangan seorang entrepreneur, dia tidak pasif tetapi pro aktif. Dia tidak diam tetapi bergerak. Dia tidak menunggu, tetapi menjemput.

  1. Menciptakan

    Dan hal yang terakhir, dan ini menunjukkan kelas sebagai seorang entrepreneur sejati, adalah dengan menciptakan peluang. Menciptakan itu sederhananya adalah membuat sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Atau boleh jadi menyempurnakan yang sudah ada menjadi lebih baik. Pendeknya menciptakan itu, akan memberikan nilai lebih. Seorang yang mampu menciptakan sesuatu, tentu saja menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya, atau jadi memanfaatkan potensi yang ada disekitarnya untuk dimobolisir sehingga bisa melahirkan sesuatu yang baru itu. Jika seseorang pada posisi ini, dia tidak akan pernah risau ataupun tergoda dengan adanya informasi -yang belum jelas akurasinya- yang bersileweran dan dibumbuhi penawaran sebagai sebuah peluang. Dia tidak akan pernah silau atas semua itu. Sebab dia punya jalannya sendiri, dan jalan yang ditempuh itu adalah menciptakan peluang.

     

    Sekarang mari kita evaluasi diri kita masing-masing, berada pada model yang mana. Dan kemudian model mana yang akan dipilih. Saya mengajak untuk memilih menjadi pribadi atau kelompok yang memilih nomer 5, sehingga mampu menciptakan peluang. Kemudian dari pilihan kita itu,  kita akan memberikan banyak manfaat buat orang lain. Dan disinilah harga diri kita sebagai entrepreneur akan bernilai.

Entrepreneurship

Entrepreneur berjiwa PSSI


 

Apa kaitannya Entrepreneur dengan PSSI. Tulisan ini sama sekali tidak berhubungan dengan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), yang lagi di tunggu prestasinya di ajang piala AFF itu. Ini juga tidak ada sangkut pautnya, dengan teriakan dipinggir lapangan dan di dalam Gelora Bung Karno, sampai dengan trending topic di twitter dengan hash tag #nurdinturun. Sama sekali bukan itu. Ini adalah prasyarat yang harus dimiliki oleh sesorang yang ingin menjadi entrepreneur. Ini merupakan kompas yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan berpindah kwadran, dari employee yang berada pada comfort zone, menjadi business owner, yang sarat akan hambatan dan rintangan. Ini juga modal bagi siapapun yang ingin mewarisi semangat Thoriq bin Ziyad untuk membakar kapalnya, dan pantang surut ke belakang, apalagi kembali ke masa lalunya. Continue reading “Entrepreneur berjiwa PSSI”

Entrepreneurship

Ujian Entrepreneur


Seorang kawan baru saja di rumahkan (baca = PHK) dari kantornya. Kemudian memberitahu saya, lewat SMS, “Mas Alhamdulillah saya pensiun dini, dan akan segera bakar kapal,”. Bakar Kapal adalah istilah yang di populerkan oleh salah satu komunitas bisnis. Istilah ini dinisbahkan kepada kisah kepahlawanan Thareq bin Ziyad, salah seorang panglima Islam yang terkenal. Ketika itu beliau menggelorakan semangat Jihad pasukannya, tatkala berhadahan dengan tentara salib, sesaat  setelah mendarat di Eropa dari perjalanannya menyeberang lautan dari Benua Afrika. Agar tidak ada pilihan bagi pasukannya untuk surut kebelakang, makah kapal yang telah menyeberangkannya, diperintahkan untuk di bakar. Sehingga tidak ada pilihan lain kecuali maju dan bertempur habis-habisan. Kemudian atas izin Allah, kaum muslimin ketika itu berhasil menaklukkan Benua Eropa. Continue reading “Ujian Entrepreneur”

Entrepreneurship

Mengapa Start Up Company Seringkali Bubar


Minggu lalu saya kedatangan tamu 2 (dua) orang teman sesama entrepreneur, di sore hari. Mereka berdua datang ke kantor, seperti biasa berbagi informasi, terkait opportunity dan kemungkinan untuk melakukan kolaborasi dan kerjasama. Pembicaraan pada awalnya lancar, membahas seputar sepinya order/proyek tahun ini dan optimisme untuk menghadapi tahun depan. Tentu dengan bumbu gurauan yang menyegarkan. Ditengah pembicaraan kemudian mereka bercerita bahwa malam ini, mereka akan melakukan rapat dan mengambil keputusan untuk melanjutkan bisnisnya atau membubarkan. Ada seorang partnernya yang melakukan fraud sehingga menyebabkan kerugian dan kekacauan didalam manajemen. Padahal dia salah satu share holder dan juga duduk di jajaran manajemen.

Hal seperti di atas, dengan berbagai macam varian permasalahannya, dan tingkat keruwetan yang berbeda, seringkali saya temukan, dan menjadi persoalan bagi entrepreneur kita . Seringkali ada yang sukses, dan menjadikan itu sebagai momentum untuk menjadikan team work yang solid. Tetapi tidak jarang, justru menyebabkan perpecahan, bahkan bubarnya perusahaan itu. Hal yang samapun, dua tahun yang lalu saya juga mengalami, memang tidak sampai bubar, akan tetapi perpecahan itu akibatnya terasakan sampai sekarang. Kendati kondisi perusahaan sekarang jauh lebih baik sebelum terjadi perpecahan itu.

Herannya lagi ini juga terjadi bagi mereka yang berasal dari sekolah, atau  bahkan kelas, jurusan, fakultas, angkatan dan perguruan tinggi yang sama. Ternyata tidak menjamin terjadi kelanggengan dalam berbisnis, meskipun tetap ada juga yang awet. Demikian halnya mereka yang ketemu ketika mau mulai usaha ternyata akhirnya bisa langgeng, kendati adapula yang kemudian pecah di tengah jalan. Sedangkan waktu terjadinya “perpecahan” itu juga bermacam-macam, bisa terjadi di awal-awal pendiriannya, di beberapa tahun kemudian, bahkan ada yang sudah puluhan tahun baru terjadi disharmonis itu.

Disaat yang sama kita bisa menemukan beberapa perusahaan yang telah berumur puluhan tahun, untuk kasus Indonesian misalnya : Jamu Jago, Group Bakrie, Sampoerna, dan masih banyak lagi. Untuk kasus negara lain misalnya : Stora (Swedia, 800 tahun), Sumitomo (Jepang, 400 tahun), Du Pont (AS, 195 tahun), Pilkington (Inggris 171 tahun) dan juga IBM, Toyota, P&G, Mercedez Benz dll. Artinya, perusahaan itu bisa berumur panjang dan diwariskan, jika dikelola dengan baik. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi pelaku bisnis di Indonesia, bagaimana bisa mengelola perusahaan sehingga berumur panjang.

Dari pengalaman saya, dan beberapa pengalaman teman dan juga orang lain, saya mengelompokkan hal-hal yang menyebabkan perpecahan tersebut, di antaranya adalah :

  1. Kurangnya Modal
  2. Tidak Fokusnya Bisnis
  3. Team Work (Manajemen) yang Tidak Solid
  4. Perbedaan Visi
  5. Terjadinya Fraud

Kedepan hal-hal tersebut akan saya kupas satu persatu.

Entrepreneurship

Penulis, All England dan Entrepreneur


Setelah membaca bukunya mas Hernowo, yang berjudul : “Mengikat Makna Update”, pesan yang saya peroleh dari buku itu, kira-kira begini, “Menjadi penulis itu bukan hanya milik orang-orang yang berbakat menulis. Akan tetapi dia akan melekat kepada siapapun yang berani (belajar) untuk menulis. Meskipun pada awalnya tulisannya itu tidak teratur, tidak menerapkan EYD, tidak runut dan sebagainya. Tulislah apa saja yang anda pikirkan, maka lambat –laun anda akan menjadi penulis,”. Mas Hernowo, lebih menguatkan tesisnya itu, kemudian dengan menunjukkan bahwa keberhasilan beliau menulis adalah justru ketika berumur 44 tahun. Dan dalam waktu 8 tahun (saat ini umur beliau 52 tahun), telah berhasil menulis 34 buku, dan hebatnya lagi sebagian menjadi best seller.

Saya tidak hendak mengajak kita untuk lebih jauh mengenal mas Hernowo, anda bisa googling jika menginginkan. Sebagai pelaku bisnis, Saya hanya ingin menggunakan analogi mas Hernowo tentang menulis itu, dengan bagaimana seseorang menjadi entrepreneur. Dalam sebuah kesempatan, saya pernah mendengar pak Aksa Mahmud (pemilik BOSOWA groups), memberikan analogi yang ringan pula tentang bagaimana menjadi pebisnis. “Tidak mungkin sesorang yang ingin menjadi juara dunia renang, dan merebut medali emas olimpiade, hanya membaca buku teori tentang renang dan kisah sukses peraih medali emas olimpiade, tanpa sekalipun dia pernah menceburkan diri ke kolam renang dan memulai berenang. Mungkin di awal dia tidak bisa menahan tubuhnya dan minum air atau bahkan tenggelam. Akan tetapi dengan semangat, latihan dan usahanya itulah dia akan dapat menggapai cita-citanya itu.”. Jadi menjadi pebisnis itu bukan mimpi yang ada diangan-angan belaka. Tetapi harus di upayakan dengan sungguh-sunguh, dengan berbagai resiko yang mengikutinya.

Atau di kisah lain, bagaimana seorang Liem Swie King, yang juara All England itu. Keberhasilannya tidak di peroleh secara mudah dan cuma-cuma, akan tetapi terletak dari cara berlatihnya, yang luar biasa.”Bagaimana saya bisa mengalahkan juara All England (ketika itu Rudi Hartono), jika saya berlatihnya saja sama dengan dia. Saya harus berlatih dua kali lipat (lebih berat) agar bisa dapat mengalahkannya,”. Dan terbukti dengan semangat, upaya dan kerja kerasnya seperti itu, kemudian Liem Swie King bisa mengalahkan Rudi Hartono dan kemudian menjadi juara All England sampai beberapa kali.

Lalu, apa kaitannya dengan bisnis. Seringkali “calon” entrepreneur gagal berbisnis bukan karena tidak  paham atau tidak punya pengetahuan tentang bisnis. Bahkan banyak diantara mereka yang sangat paham bagaimana menyusun business plan, dan kemuadian melakukan SWOT analisys, termasuk juga menyajikan rasio keuangan yang sangat susah bin njlimet dan akademik itu. Bahkan bacaanya tentang kewirausahaan bisa jadi lebih banyak dari pelaku bisnis yang sukses itu sendiri. Ibaratnya secara teori sudah hafal diluar kepala. Seseorang seringkali ingin menjadi pebisnis dengan membayangkan enaknya  sosok pebisnis yang sukses saat ini. Sangat sedikit yang menyelami bagaimana  proses seseorang itu menjadi sukses. Penginya semuanya serba instan. Sehingga yang ada dipikirannya adalah ingin perusahaannya langsung besar.  Mereka lebih lihai berhitung di atas kertas. Satu hal yang tidak dilakukan adalah mencoba, dan memulai untuk berbisnis.

Mari kita bayangkan korporasi model apa yang ingin anda bangun. Katakanlah Anda  ingin bikin perusahaan seperti Micosoft. Bukankah Microsoft yang ada sekarang ini, dulunya berasal dari perusahaan yang kecil, yang dimulai oleh Bill Gates dari garasi rumah orang tuanya. Bahkan sebelum adanya itu bukankah, dulunya Microsoft juga tidak ada. Yang menyebabkan adanya Microsoft adalah keberanian Bill Gates, keluar dari kuliahnya dan kemudian terjun langsung untuk memulai bisnis itu. Tentu saja dinamika Microsoft juga melalui fase mencoba, berusaha, jatuh-bangun dan kemudian sukses.

Jadi…, untuk menjadi penulis, juara All England dan juga entrepreneur, ternyata resepnya sama. Terjun langsung, terus belajar (berlatih/mencoba) dan jangan takut gagal… (AS)