
Adalah sebuah kebodohan bahwa terjadinya resesi dan depresi ekonomi itu merupakan sesuatu yang natural dan bagian dari siklus ekonomi biasa. Para ekonom sebenarnya sedang membohongi kita, melalui data dan analisis ekonomi, yang seolah tak terbantahkan. Sebab realitasnya adalah semua by design. Kenaikan suku bunga The Fed misalnya, buka hanya sebuah respon terhadap kenaikan inflasi di Amerika. Akan tetapi itu menjadi alasan untuk memanipulasi uang yang beredar, dimana muaranya adalah memastikan semakin banyak kekayaan yang ditransfer dari rakyat ke tangan mereka. Sehingga, peran The Fed dan kehadirannya merupakan metamorfosis dari perdagangan uang di zaman dulu.
Sehingga tidak banyak yang tahu bahwa gonjang-ganjing bahkan keruntuhan ekonomi suatu negara itu, tak terkecuali Indonesia, selain lemahnya ekonomi sebuah negara itu sendiri, yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengelola negara, namun lebih dari itu maka sebenarnya semua sudah di atur dan ada yang mengatur oleh para bandit ekonomi. Setidaknya itu yang dikatakan oleh John Perkins dalam bukunya Confessions of an Economic Hit Man.
Menurut bukunya tersebut, tugas Perkins adalah meyakinkan pemimpin politik dan finansial negara berkembang untuk berutang besar dengan institusi seperti Bank Dunia (World Bank), IMF dan USAID. Setelah tidak bisa membayar, negara tersebut dipaksa tunduk terhadap tekanan politik dari Amerika Serikat mengenai berbagai masalah. Perkins menyatakan bahwa negara-negara berkembang dinetralkan secara politik, lalu jurang antara orang kaya dengan miskin diperlebar, dan ekonomi negara-negara tersebut dirusak untuk jangka panjang.
Dan hal yang sama saat ini juga dilakukan oleh China. Di mana china menjebak negara-negara yang lebih kecil dengan meminjamkan sejumlah besar uang yang tidak akan sanggup mereka bayar. Dengan caranya itu, China memanfaatkan pinjaman besar-besaran agar dapat merebut aset dan membangun pangkalan militer di negara-negara kecil dunia ketiga. Tidak menutup kemungkinan bisa terjadi dengan Indonesia. Ini bukan isapan jempol. Setidaknya sudah ada 5 negara yang jadi korban : Srilanka, Uganda, Zimbabwe, Maladewa dan Kenya. Dan ini merupakan bagian dari ‘One Belt, One Road’ (Sabuk Ekonomi Jalur Sultra Baru), yang digagas oleh Xi Jinping sejak tahun 2013. Format ide OBOR ini cukup sederhana, pemerintah setempat menyiapkan proyek khususnya di sektor transportasi dan energi. Selanjutnya China akan memberikan pinjaman jangka panjang dengan bunga yang sangat kompetitif.
Strategi Empat Langkah

Dalam buku History of Money (Hithchock : 2006) menyatakan bawa Profesor Joseph Stiglitz, mantan Kepala Ekonom Bank Dunia, sekaligus mantan Ketua Dewan Penasehat Ekonomi Presiden Clinton, mengeluarkan apa yang dikenal dengan “Strategi Empat Langkah” (four steps strategy to damnation). Hal ini kemudian dijadikan oleh IMF untuk memperbudak bangsa terutama dunia ke-tiga melalui para bankir. Empat langkah tersebut adalah :
Pertama Privatisasi, langkah ini dilakukan dengan memberikan tawaran kepada para pemimpin nasional yang nantinya akan diberi komisi sebesar 10% yang ada direkening rahasia bank Swiss, sebagai bentuk pertukaran untuk pemangkasan beberapa miliar dolar dariharga penjualan aset nasional. Suap dan korupsi, murni dan sederhana. Privatisasi BUMN di Indonesia menjadi salah satu contohnya.
Kedua Liberalisasi Pasar Modal, langkah ini dilakukan untuk membatalkan hukum pajak uang yang melebihi perbatasannya. Stiglitz menyebutkan sebagai siklus “uang panas”. Awalnya kas masuk dari luar negeri untuk bersepekulasi di real estate dan mata uang. Maka ketika perekonomian di negara itu mulai menjanjikan, uang dari luar negeri ini akan langsung ditarik ke luar negeri lagi, sehingga menyebabkan ekonomi runtuh.
Konsekwensinya, bangsa dalam keadaan tersebut akan membutuhkan bantuan IMF. Lalu IMF akan menyediakan dana tersebut dengan prasyarat bahwa mereka diperbolehkan menaikkan suku bunga di mana saja dari 30% mejadi 80%. Hal ini terjadi di Indonesia dan Brasil. Suku bunga yang lebih tinggi berakibat negara menjadi miskin, menghancurkan nilai properti, membantai industri produksi, dan mengeringkan keuangan nasional.
Ketiga Penentuan Harga Pasar. Dari sini maka harga makanan, BBM, air dan gas dalam negeri dinaikkan yang diduga menyebabkan kerusuhan sosial di negara masing-masing, atau yang lebih dikenal sebagai “Kerusuhan IMF”. Kerusuhan ini menyebabkan pemodal menarik modal mereka dan pemerintah menjadi bangkrut. Hal ini menguntungkan perusahaan-perusahaan asing karena aset yang tersisa dapat dibeli dengan harga terendah.
Keempat Perdagangan Bebas, langkah ini menyebabkan perusahaan-perusahaan multinasional meledak di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, sementara pada saat yang sama Eropa dan Amerika membarikade pasar mereka sendiri terhadap produk pertanian dunia ketiga. Mereka juga mengenakan tarif yang melambung tinggi bagi negara-negara tersebut sehingga mereka harus membayar mahal untuk obat-obat bermerk, menyebabkan lonjakan angka kematian, dan penyebaran penyakit.
Realitas di atas telah terjadi, dan menjadi pemicu krisis ekonomi tahun 1998 dan sesudahnya. Dengan kekuatan manipulasi uang tersebut, mereka mendalangi berbagai krisis ekonomi di banyak negara. Mereka bisa melakukan apa saja : menjatuhkan nilai uang sebuah negara, membuat negara menjadi miskin, menghancurkan nilai properti, menaikkan harga komoditi, membantai industri produksi, dan mengeringkan keuangan nasional sebuah negara.
Dengan demikian maka hal yang sama sesungguhnya tetap berulang hingga saat ini. Yang membedakan adalah aktornya saja. Banditnya tetap sama. Baik pada level bank dunia, maupun level negara. Jadi jika kemudian negara-negara itu masih terus semangat berhutang termasuk Indonesia, dengan pisau analisis strategi empat langkah tersebut di atas, maka sesungguhnya secara terang benderang siapa yang mengambil untung besar disini. Jadi paham kan, betapa kuasanya uang di dunia. Wallahu a’lam.