Dakwah, Islam, Peradaban, Ramadhan

Menangis Untuk Kemenangan


yellow watercolor islamic banner with mosque design

Hari ini, In Syaa Allah merupakan penghujung Ramadhan 1443H. Memang kepastiannya masih menunggu hasil isbat kementrian agama. Namun dari hasil metode hisab, maka sangat mungkin untuk dilakukan rukyah. Sehingga tanggal 2 Mei 2022, hampir dipastikan 1 Syawal 1443H. Setelah satu bulan berpuasa, beserta seluruh amalan didalamnya, maka Ramadhan pasti akan meninggalkan Kita. Padahal masih terasa niktatnya beribadah di bulan Ramadhan. Demikian juga jika direnungkan masih banyaknya amalan yang belum kita optimalkan di bulan Ramadhan ini. Namun kepergiannya tidak mungkin ditunda lagi.

Mungkin diantara kita ada yang tetap ingin mendapati suasana ramadhan. Akan tetapi tidak sedikit yang menyambut dengan kegembiaraan, bersuka cita karena meninggalkan ramadhan dan segera mendapati Idul Fitri. Setidaknya hal ini dibuktikan dengan semua jalur transportasi sudah mulai ramai sejak beberapa hari lalu. Toko-toko pakaian dan pasar sesak dikunjungi pembeli. Ramainya paket dari marketplace atau toko online. Bahkan, orang bersedia bermacet-macet ria, berjam-jam, untuk kemudian akan merayakan hari raya di kampung halamanya. Dengan dalih merayakan kemenangan itu. Kebanyakan dari kita memang bersuka cita, tapi sungguh semesta alam  sebnarnyua sedang berduka cita karena kepergiannya. Pertanyaannya adalah, apakah tahun depan kita masih bisa menjumpai Ramadhan lagi? Continue reading “Menangis Untuk Kemenangan”

Dakwah, iptek, Islam, Ramadhan, Tarbiyah

Lailatul Qodar dan Quantum Leap


source : tpx.com

Pada awalnya merupakan istilah Fisika, akan tetapi pada perkembangannya istilah kuantum termasuk juga quantum leap (lompatan quantum) mengalami perluasan makna. Sehingga dewasa ini, banyak digunakan dan diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan lainnya.

Dalam Ensiklopedia Brittanica terkait teori kuantum ini dijelaskan sebagai berikut : “Dari mana teori kuantum berasal? Ini dimulai bukan sebagai ide gila, tetapi dengan bola lampu. Pada awal 1890-an, Biro Standar Jerman bertanya kepada Max Planck bagaimana membuat bola lampu lebih efisien, sehingga mereka akan memberikan cahaya maksimum untuk daya listrik paling sedikit. Tugas pertama yang dihadapi Planck adalah memprediksi berapa banyak cahaya yang dikeluarkan filamen panas”.

Dari hasil risetnya, menurut Planck, radiasi elektromagnetik yang dipancarkan suatu benda terbagi-bagi, atau diskret ke dalam paket-paket energi yang disebut Kuantum. Besarnya energi ini bergantung pada besarnya frekuensi gelombang elektromagnetik. Teori Planck ini mampu menjelaskan bencana ultraviolet. Hasil perhitungan dengan persamaan Planck ini ternyata sama dengan hasil eksperimen sebelumnya. Mereka menunjukkan grafik pengamatan benda hitam dengan pola yang sama. Teori Planck kemudian lebih dikenal sebagai Teori Kuantum dan mengawali peralihan fisika klasik menuju fisika modern. Teori Planck juga menginspirasi banyak ilmuwan terhadap berbagai pandangan baru.

Selanjutnya, penjelasan sederhana tentang Quantum leap ini, Continue reading “Lailatul Qodar dan Quantum Leap”