Islam, Peradaban

Berubahlah


Yang kekal dalam kehidupan ialah perubahan itu sendiri. Ini merupakan terjemahan  langsung dari pernyataan Heraclitus, seorang Filsuf Yunani, yang hidup sekitar 2500 tahun lalu.  “There is nothing permanent except change”. Hal ini dimaksudkan bahwa mau ataupun tidak mau, manusia tidak dapat lari dari mengalami pelbagai perubahan dalam perjalanan kehidupannya di muka bumi. Baik dalam sekala kecil maupun perubahan yang besar. Pakar Manajemen terkemuka dunia Jack Welch yang sangat fenomenal dan berhasil membesarkan GE, juga menegaskan,  “ Heraclitus ”, artinya berubahlah sebelum Anda dipaksa untuk berubah. Sehingga melahirkan adagium berubah atau mati, yang seringkali dikaitkan dalam bisnis.

Dalam  konteks perubahan ini, sesungguhnya umat Islam memeiliki panduan yang cukup sempurna, yaitu yang terdapat dalam Surat Ar-Ra’d : 11, Allah SWT berfirman,” لَ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ (Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia).

Dalam Tafsir Muyassar ditegaskan bahwa sesungguhnya Allah tidak merubah kenikmatan yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum kecuali jika mereka merubah apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka lalu mereka mendurhakai-Nya. Apabila Allah menghendaki petaka kepada suatu kelompok manusia, maka tidak ada tempat berlari darinya. Mereka tidak mendapatkan selain dari Allah seorang pelindung pun yang mengurusi urusan mereka, lalu suatu yang disenangi didatangkan kepada mereka dan suatu yang tidak disenangi dihindarkan dari mereka.

Dalam konteks tersebut, maka perubahan yang dimaksud adalah perubahan menuju jalan Allah SWT. Atau bisa dikatakan hijrah, dalam artian meninggalkan tatanan kehidupan yang lama (yang tidak/kurang baik), menuju tatanan kekehidupan yang sesuai dengan syariat dan ketentuan Allah SWT, di seluruh aspek kehidupannya. Baik hal itu dilakukan oleh komunitas/kelompok/kaum maupun yang dilakukan oleh individu.

Disis lain, hal tersebut juga menegaskan bahwa perubahan yang dilakukan oleh kelompok, ternyata lebih efektif dilakukan dibandingkan dengan individu.  Dan lebih efektif lagi jika dilakukan oleh pemimpin terlebih dahulu. Sebagaimana perkataan Ibn Khaldun dalam Muqadimmahnya : “Agama raja adalah agama rakyat.”. Artinya rakyat/pengikut/followers akan mudah berubah jika pemimpinnya juga berubah. Kendatipun demikian perubahan secara bottom-up yang di mulai dari individu ternyata juga dapat mempengaruhi perubahan kelompok yang ada. Tergantung dari sudut pandang mana kita memulai dan melihatnya. Dan jika terjadi kombinasi atau sinergitas dalam perubahan tersbut, maka akan melahirkan ekuatan yang dahsyat.

Ramadhan momentum perubahan

Lalu kapan sebaiknya melakukan perubahan itu? Setiap saat kita dituntut untuk melakukan perubahan. Agar kita terus dapat beramal sholeh dan berprestasi sepanjang masa. Sehingga kehidupan dan hari demi hari kita terus diisi oleh kebaikan-kebaikan. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Dan esok lebih baik dari hari ini. Meskipun ini hadits dhaif setidaknya, dapat dijadikan motivasi bagi kita untuk selalu berbuat kebaikan itu.

Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk melakukan perubahan, sebagaimana merujuk tafsir di atas. Baik secara individu maupun secara kolektif/kelompok/jama’i. Semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk melakukan perubahan. Keutamaan dan fasilitas yang disediakan oleh Ramadhan, sangat mendukung untuk melakukan perubahan. Ramadhan adalah proses perubahan. Dengan inputnya iman dan outputnya taqwa. Sehingga perubahan yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan sangat efektif dan efisien.

Artinya jika kita ingin memenangkan kehidupan di dunia dan akhirat, maka perubahan harus kita lakukan semenjak diri. Perubahan yang terukur untuk  li i’lai kalimatillah hiyal ulya.  Perubahan bil haq ilal haq. Prubahan yang dimulai dari diri kita. Ibda binafsik. Demi tegaknya peradaban Islam di muka bumi. Maka tidak ada pilihan lain bagi kita.

Berubahlah !

Entrepreneurship, Islam

Tentang Waktu


timeTanpa terasa, dengan seluruh aktifitas di dalamnya, kini kita berada di penghujung tahun 2013, dan sebentar lagi memasuki tahun 2014. Waktu seakan datang dan pergi begitu saja. Ada kalanya waktu yang telah lewat kita pergunakan dengan seoptimal mungkin dan membekas menjadi sebuah karya, tetapi, jika renungkan, maka tidak sedikit waktu yang terbuang dengan sia-sia. Padahal Allah, tentang waktu ini telah memberikan warning kepada kita,”Tiap-tiap ummat mempunya batas waktu, apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS 7:34). Dari sini Nampak jelas bahwa, waktu itu sesungguhnya netral, tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkan waktu itu. Dan hanya yang bisa memanfaatkan waktu secara efektif dan bijaklah, mereka tergolong orang-orang yang beruntung, dan menjadi pemenang.

Allah SWT, telah begitu adil dalam memberikan waktu kepada ummatnya. Tidak dibeda-bedakan, semuanya mendapat porsi yang sama. Tidak peduli kaya-miskin, tua-muda, pintar-bodoh, muslim-kafir dst, semua mendapatkan jatah waktu yang sama, yaitu 24 jam, 1.440 menit atau 86.400 detik setiap hari. Atau 8.760 jam, 381.600 menit atau 22.896.000 detik dalam 1 tahun. Tetapi pertanyaannya kemudian adalah, mengapa dengan jatah waktu yang diberikan sama itu, hasilya bisa berbeda? Ada orang yang berhasil dan ada yang gagal?. Lagi-lagi jawaban sederhananya (dan sebenarnya ini apologis semata)  adalah, siapa  saja yang pandai dan bijak dalam memanfaatkan waktu, dialah yang akan mendapatkan hasil terbaik. Oleh karenanya, mari kita merenung sejauhmana hari-hari yang telah  kita lalui itu, kita memanfaatkan waktu yang Allah berikan kepada kita dengan sebaik mungkin, dan seberapa produktifkah waktu yang telah ada kita pergunakan ? Saya yakin banyak deretan pertanyaan Continue reading “Tentang Waktu”