Islam, Leadership

Lead By Heart, Manage by Head


Dalam Surat Shad (38) : 26, Alah SWT berfirman,“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”

Dalam tafsir Al-Muyasar dijelaskan bahwa dalam ayat ini terkandung pesan kepada ulil amri (pemerintah, dan siapapun yang memimpin-red) agar mereka menetapkan hukum dengan berpijak kepada kebenaran yang diturunkan dari Allah swt dan tidak menyimpang darinya karena hal itu akan menyesatkan mereka dari jalann-Nya

Demikian halnya dengan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar r.a : “Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya, seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tangggung jawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memlihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin akan ditanya (diminta pertangggung jawab) dari hal yang dipimpinnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hal yang paling mendasar yang dapat diambil dari hadis di atas adalah bahwa dalam level apapun, manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan  memiliki resiko yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap orang adalah pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang juga Continue reading “Lead By Heart, Manage by Head”

Islam, Peradaban

Menjadikan Akhir Lebih Baik


James C. Collins, seorang konsultan bisnis di USA pada tahun 1994, menulis sebuah buku yang berjudul Built to Last, merupakan riset klasik yang terkenal mengenai perusahaan visioner, yaitu perusahaan yang unggul di industrinya, disegani kompetitor dan terbukti memiliki dampak positif pada dunia. Dari buku ini, Anda dapat memahami rahasia dari perusahaan-perusahaan visioner tersebut. Dia menulis bersama dengan Jerry I. Porras seoranh seorang Professor Emeritus di bidang perilaku organisasi dan perubahan di Stanford University Graduate School of Business.

Secara ringkas, ada sebuah pertanyaan dari penulisnya, berkenaan apa yang terjadi dalam sepanjang sejarah,: “Apa yang membuat perusahaan yang benar-benar luar biasa berbeda dari perusahaan pembanding dan apa praktik umum yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan hebat yang bertahan lama ini sepanjang sejarah mereka?”

Dari pertanyaan itu,maka buku ini dipenuhi dengan ratusan contoh spesifik dan diatur ke dalam kerangka konsep praktis yang koheren yang dapat diterapkan oleh manajer dan wirausahawan di semua tingkatan. Built to Last memberikan master blue print untuk membangun organisasi yang akan makmur hingga abad ke-21 dan seterusnya. Intinya Collins mengajarkan kita unytuk melawan mitos-mitos bisnis, yang seringkali berjalan secara skuensial, akan tetapi justru membangun dan memulai dari ujung (goal) dari visi organisasi, kemudian di tarik kedepan.

Sehingga, buku pertama Collins ini, merupakan salah satu buku bisnis paling berpengaruh di era kita bahkan setelah hampir 20 tahun sejak pertama kali diterbitkan.

Hal yang sama sebenarnya juga telah menjadi pondasi dasar saat pak Habibie ketika memulai dan membangun BPPT beserta Industri Strategis yang berada di bawahnya. Salah satunya adalah tentang prinsip ‘Berawal di Akhir, Berakhir di Awal’ yang dipopulerkan Habibie untuk membuat lompatan-lompatan mutakhir dalam kemajuan teknologi di Indonesia. Secara sederhana bisa dijelaskan dengan membangun produk jadinya dulu, kemudian melakukan reverse engineering. Dari sini kemudian dapat ketemu model dan design-nya. Dengan demikian maka, akan ketemu proses yang utuh, dari design, model dan produknya yang dapat diimplementasikan dengan sendirinya. Itulah yang melatari IPTN (PT DI), PT PAL, PINDAD dlsb. Sayang beberapa tidak bisa berjanjut karena visi pengambil kebijakan yang berbeda. Meski masih ada yang terus berlanjut.

Dalam sebuah hadits dijelaskan اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالْخَوَاتِم (“Setiap amal tergantung dengan penutupnya” HR Ahmad :22835, HR. Bukhari : 6607). Artinya setiap karya manusia itu, sebenarnya akan dapat dinilai dengan bagaimana finishingnya. Kadang pada permulaannya tidak kelihatan bagus, tidak teratur, sebagaimana dalam membangun rumah misalnya. Pada pekerjaan 60-70%, maka temboknya masih belum di plester, masih belum ada pintu dan jendela, belum ada keramik dlsb. Akan tetapi di 30% terakhir saat dilakukan finishing, pelan-pelan akan kelihatan bagus. Dan ketika sudah 100% juga akan sempurna.

Di dalam surat Adh-Dhuha ayat : 4, Allah SWT berfirman :وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ (Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan bahwa : Kemudian Allah ﷻ mengabarkan kepada Nabi-Nya bahwasanya apa yang Allah ﷻ siapkan untuknya di akhirat adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya.

Allah ﷻ tidak akan meninggalkanmu didunia wahai Muhammad, akan tetapi apa yang Tuhanmu siapkan di akhirat adalah kenikmatan yang jauh lebih baik dan tidak akan musnah. { وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ } Surga yang Allah ﷻ siapkan untuk NAbi-Nya adalah lebih baik daripada apa yang telah Dia ﷻ berikan kepadanya didunia, oleh karena itu harta dan kekuasaan dunia tidak pernah manguasai Nabi Muhammad ﷺ , sebagaimana para Raja-raja dan penguasa lainnya tunduk dan menjadi hamba harta dunia, karena sesungguhnya dunia akan musnah dan hancur, dan tidak akan ada lagi kehidupan didalamya, maka Allah ﷻ memberikan kekayaan dunia ini kepada Nabi-Nya secukupnya.

Lalu apa korelasinya semua itu. Setidaknya kita bisa mengambil kesimpulan untuk urusan dunia saja, kita juga mesti ber-orientasi apa yang akan terjadi nanti. Karena, jika tidak kita tidak akan mampu memenangkan apa yang terjadi di masa depan. Dari situ, maka kita akan dapat menarik ke masa kini. Apa saja yang harus dikerjakan, sehingga mampu memenangkan masa depan itu. Jika urusan dunia sudah jelas juga ukurannya. Demikian juga urusan akhirat yang dijanjikan lebih baik itu, juga lebih jelas dan terang benderang parameternya.

Kini, pilihan ada di tangan kita. Agar fidunya hasanah da fil akhirati hasanah, langkah apa saja yang harus kita lakukan. Tiap-tiap orang jelas punya prioritas, namun setidaknya tulisan sederhana ini, dapat dijadikan guideline. Wallahu A’lam.