Ini tentang kisah 3 lelaki, yang berbeda usia. Duduk melingkar di saung. Di depan sebuah pondok pesantren yang megah. Bakda Ashar. Saat mentari menuju persembunyiannya. Berganti bulan purnama dan bintang-gemintang yang menggantung di langit. Saung kecil itu, hanya berdimensi 2 x 2m. Beratap ijuk, beralaskan bambu. Beberapa bulan yang lalu. Tetapi masih terekam indah, dalam memory ini. Pertemuan Berkelas. Membekas.
Tiga pria, duduk bersila, saling berhadapan. Ini, bukan tentang kenduri. Atau santri yang talaqi, setoran, berhadapan dengan Ustadz atau Kyai nya. Bukan pula, guru yang sedang mengajar dan berhadapan dengan muridnya. Bukan konsultan yang memberikan advise dan berhadapan dengan klien-nya. Tetapi tentang keakraban, makhluk Allah. Tentang hubungan ayah dan anak. Tentang hubungan antar saudara. Tentang Empati. Tentang masa depan. Tentang peradaban. Mereka saling hormat, namun tetap akrab, seolah tiada sekat. Sesekali terdiam, syahdu dalam suasana serius, sesekali gelak tawa terdengar renyah.
Ini bukan membahas hal yang remeh-temeh, dan ecek-ecek. Continue reading “Mendesain Masa Depan”