Alhamdulillah, tanggal 21 Juli 2014 kemarin, bertepatan dengan tanggal 23 Ramadhan 1435 H, hutang terbesar perusahaan saya di salah satu Bank Nasional sudah terbayar lunas. Setelah melakukan negosiasi panjang, akhirnya terjadi kesepakatan. Dengan lama pinjaman hampir 8 tahun, maka secara akumulatif jumlah pokok, ditambah bunga, di tambah hutang sudah mendekati 3 kali lipat dari pokok hutang. Dan saya hampir tidak percaya, bahwa ternyata saya mempunya hutang dengan total mendekati 15 M Rupiah di bank itu. Sebuah angka yang tidak sedikit. Meskipun sebagai entrepreneur saya juga masih memiliki hutang di tempat lain, namun jumlahnya tidak sebesar ini. Dan apapun alasannya, hutang bank ini merupakan salah satu beban terberat selama saya menjalankan bisnis.
Sejak kredit saya macet, hampir 7 (tujuh) tahun lalu, maka saya bolak-balik dipanggil dan melakukan negosiasi dengan bank. Sejak Col 1, berlanjut sampai col 3, dimana petugas bank menjaga agar tidak masuk katagori kredit macet, maka upaya-upaya it uterus dilakukan. Sampai kemudian, benar-benar tidak mampu dan dinyatakan sebagai kredit macet atau di col 5. Meski bisnis terus berjalan, namun dengan agunan (collateral) yang lebih dari cukup, akhirnya saya lebih utamakan untuk karyawan, dibanding membayar pinjaman di bank. Mungkin satu hal ini konyol, tapi hal lain saya juga harus menjaga keberlangsungan perusahaan dengan tetap memperhatikan karyawan. Langkah yang salah mungkin. Tetapi pilihan inilah yang saya lakukan, dengan saya sebagai pemegang saham mayoritas mengambil alih semua beban itu Continue reading “Sewindu dalam Jebakan Riba”