
Sejak menjelang lebaran bulan April lalu, harga tiket pesawat terus merangkak naik. Saya kira karena sedang musim mudik, sehingga terjadi demand tinggi, sedangkan supply sedikit, akibatnya harga naik. Sebagaimana layaknya hukum ekonomi standar terkait permintaan dan penawaran. Apalagi kala itu, mudik relatif diberikan kemudahan dan kelonggaran, setelah dua tahun banyak yang menahan diri untuk tidak mudik, karena pandemi yang merajalela kala itu, sehingga permintaan benar-benar tinggi.
Ternyata dugaan saya salah. Sebab hingga saat ini, harga masih melambung tinggi. Bahkan untuk pesan beberapa bulan ke depan, berlaku hal yang sama, harga tetap tinggi. Saat saya pesan tiket untuk anak yang sedang sekolah di Ma’had Al Azhar-Kairo, untuk balik ke Indonesia, ternyata dari semua aplikasi travel online, menunjukkan harga yang seragam. Tiket penerbangan internasional, naik tiga kali lipat, bahkan lebih. Padahal sudah pilih paket promo. Demikian pula ternyata tarif penerbangan domestik, meski harganya tidak “segila” penerbangan internasional, tetapi tetap ganti harga.
Karena penasaran, searcing cari informasi. Itulah kemudahan di era digital saat ini. Selain itu, kebetulan punya grup WA, yang salah satu anggotanya adalah kawan yang bekerja di salah satu maskapai penerbangan. Saya tanya, mengapa harga tiket pesawat naiknya tinggi sekali? Dia menjawab, saat ini harga avtur menggila, perang Rusia – Ukraina jadi penyebab utamanya. Sekarang setiap airline lagi mencoba program fuel efficiency. Menghitung ulang pemakaian fuel disetiap penerbangan dan membuat perhitungan yang tepat untuk setiap route penerbangan. Intinya supaya tidak jadi pemborosan fuel. Jika datanya lengkap, maka akan menggunakan system berbasis Artificial Intelligence, agar lebih presisi.
Teman lain menimpali harga minyak memang lagi gila sekarang, kemudian dibumbui, banyak permintaan crude oil, batu bara dari luar, yang jualin malah orang Malaysia, resourcenya dari Indonesia. Ini ironis, tetapi faktanya demikian. Kondisi seperti ini akan terjadi hingga kebijakan green energy di sudahi. Meskipun berdasarkan pendapat berbagai pengamat dan pelaku bisnis wisata, sulit diprediksi kapan berakhirnya.
Penyebab Naiknya Harga Tiket Pesawat
Realitas di atas terkonfirmasi, dari laporang tempo. Menurut Tempo tersebut, setidaknya ada lima faktor yang membuat harga tiket pesawat melonjak:

Pertama, Kenaikan harga bahan bakar pesawat
Kenaikan harga bahan bakar avtur tentu masuk dalam penghitungan harga tiket di setiap jasa penerbangan. Belum lagi biaya ground handling, navigasi, dan lalu lintas udara.
Kedua, Kalkulasi bisnis maskapai
Sejumlah maskapai memiliki kalkulasi bisnis untuk tetap bertahan di masa panemi Covid-19. Salah satunya dengan menurunkan kapasitas, baik dari jumlah pesawat yang beroperasi dan membatasi jumlah kursi yang tersedia. Di sisi lain, terjadi peningkatan kebutuhan jasa penerbangan yang kemudian menjadi tidak seimbang dengan penawaran. Hal ini karena situasi di mana jumlah permintaan lebih besar daripada penawaran, akibatnya terjadi kenaikan harga produk/jasa tersebut.
Ketiga, Penyesuaian kondisi
Sejumlah maskapai membutuhkan waktu untuk bangkit kembali, terutama setelah sempat menganggur karena tidak beroperasi selama pandemi Covid-19. Maskapai harus menghitung masa menganggur ini dengan ongkos perbaikan armada dan penyesuaian lainnya. Ditambah selama pandemi Covid-19, banyak pilot, pramugari, ground handler, dan staf penerbangan kehilangan pekerjaan. Kondisi tersebut belum memungkinkan bagi maskapai untuk memaksimalkan kegiatan operasional sesuai permintaan pasar.
Keempat, Pertimbangan jumlah armada dan kursi yang tersedia
Dengan berkurangnya jumlah pesawat yang beroperasi mengakibatkan pemesanan kursi penumpang yang lebih sedikit. Jika maskapai tetap menjual tiket dengan harga normal, maka belum tentu cukup untuk memenuhi biaya pemulihan.
Kelima, Kebijakan pemerintah
Khusus penerbangan domestik, Kementerian Perhubungan mengizinkan maskapai menetapkan fuel surcharge atau biaya tambahan bahan bakar kepada konsumen mulai 18 April 2022.
Sehingga hal ini juga akan berpengaruh pula terhadap biaya umrah, haji serta wisata halalpun sudah bisa dipredikasi bakal melonjak naik pula. Dan bisa pula akan diikuti dengan naiknya harga komoditas lain, jika kenaikan harga minyak internasional tidak turun juga.
Melihat fakta di atas, nampaknya kita perlu menahan diri untuk tidak bepergian (terutama menggunakan pesawat) di saat harga melangit seperti saat ini, jika memang tidak penting sekali. Menunda hingga harga turun serta normal kembali merupakan tindakan yang bijaksana. Selanjutnya sabar menanti menunggu harga, sebagaimana sebelum adanya lonjakan itu. Kapan itu? Ya sulit di prediksi?.