Ada sebuah hasi penelitian yang cukup baik bertajuk Indonesian E-commerce Consumer Behaviour (Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia) yang dikeluarkan oleh Kredivo bekerjasama dengan Katadata Insigt Center. Laporannya masih gress, baru di rilis pada bulan Juni 2022 ini. Membedah dari berbagai aspek berkenaan dengan perilaku konsumen, terutama terkait dengan memberikan wawasan terbaru mengenai perilaku konsumen e-commerce Indonesia melalui pendekatan bottom up yang berdasarkan data primer.
Sebagaimana kita ketahi bahwa industri e-commerce yang merupakan penggerak utama ekonomi digital Indonesia, dari tahun ke tahun terus berkembang pesat. Laporan ini membahas perilaku konsumen secara lebih mendalam, mulai dari profil demografi konsumen yang berbelanja online hingga jenis-jenis produk yang dibeli. Selain itu, juga membahas lebih dalam frekuensi transaksi berdasarkan waktu untuk menganalisis pola perilaku tertentu dari konsumen dalam berbelanja online.
Laporan ini dibagi menjadi dua bagian utama. Bagian pertama meneliti perilaku belanja online dari konsumen menggunakan sampel pengguna Kredivo yang melakukan transaksi e-commerce. Bagian kedua mengukur perilaku pembayaran konsumen dalam berbelanja online dan penggunaan PayLater secara khusus di tengah pandemi yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
Dalam laporan ini, data yang digunakan berasal dari 1,5 juta sampel pengguna Kredivo yang tersebar di 34 provinsi Indonesia yang bertransaksi di lima marketplace terbesar pada periode Januari hingga Desember 2021 sebanyak 16 juta transaksi pembayaran. Marketplace tersebut, berdasarkan urutan abjad, adalah Blibli, Bukalapak, JD.ID, Lazada, dan Tokopedia.
Dalam laporan tersebut, dapat dijumpai fakta-fakta menarik, yang bisa jadi tidak kita banyangkan sebelumnya. Adanya pergeseran menuju digitalisasi yang menyebar ke seluruh penjuru tabah aiar ini, bukan sebuah isapan jempol, tetapi nyata adanya. Sehingga kita tidak bisa begini-begini saja dalam meresponnya. Mesti ada upaya serius untuk kemudian menyusun roadmaps dan strategic planning untuk menyonsong perubahan itu.
Temuan Utama
Secara garis besar, laporan tersebut dapat diringkas dalam temuan utama sebagai berikut :
- Nilai rata-rata transaksi dan proporsi e-commerce di kota-kota tier 2 dan 3 Indonesia meningkat, menunjukkan pangsa e-commerce semakin luas ke seluruh daerah
Nilai rata-rata transaksi e-commerce pada 2021 meningkat dibandingkan tahun 2020, menunjukkan konsumen semakin nyaman untuk berbelanja online di masa pandemi. Meskipun nilai transaksi masih terkonsentrasi di kota-kota tier 1 yang berpenduduk banyak (64%), terdapat peningkatan pada kota-kota di tier yang lebih rendah, dari 33% pada 2020 menjadi 36% pada 2021. Peningkatan ini turut didukung upaya pemerataan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, termasuk infrastruktur digital dan rantai pasok.
Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan akan membuat lebih banyak masyarakat di kota-kota menengah dan kecil berpotensi menjadi konsumen baru pada transaksi e-commerce sebagaimana terlihat dari tren peningkatan proporsi volume dan nilai transaksi e-commerce di kota-kota tier 2 dan 3 tahun ini.
- Transaksi konsumen berumur lebih tua terus meningkat, sementara konsumen lakilaki mengeluarkan uang lebih banyak
Konsumen umur 26-35 tahun terus mendominasi jumlah transaksi berdasarkan kelompok umur, mencatatkan hampir setengah dari total transaksi yaitu 48%. Namun, konsumen kelompok umur 36-55 tahun mengalami peningkatan jumlah transaksi berbelanja online, dengan konsumen umur 36-45 tahun meningkat dari 19% pada 2020 menjadi 23% pada 2021. Sedangkan konsumen umur 46-55 tahun meningkat dari 3% pada 2020 menjadi 5% pada 2021.
Sementara pada transaksi berdasarkan gender, laki-laki lebih dominan dibandingkan perempuan. Saat berbelanja online, konsumen laki-laki lebih banyak melakukan transaksi dan lebih banyak mengeluarkan uang dibandingkan konsumen perempuan. Pada tahun 2021, 62% jumlah transaksi dan 64% nilai transaksi berasal dari konsumen laki-laki. Untuk konsumen yang berbelanja online lebih dari 1 kali dalam sebulan, konsumen yang lebih muda cenderung lebih nyaman berbelanja hanya menggunakan 1 marketplace. Sementara konsumen lebih tua cenderung mengeksplorasi pilihan marketplace. Di sisi lain, berdasarkan gender, konsumen perempuan cenderung nyaman hanya menggunakan 1 marketplace, sedangkan konsumen laki-laki yang menggunakan 1 marketplace atau lebih cenderung berimbang. Ini menunjukkan pentingnya engagement dengan konsumen sedini mungkin karena sejumlah besar konsumen cenderung bertransaksi pada satu marketplace yang membuat mereka nyaman.
- Pandemi telah mendorong permintaan untuk kategori produk pulsa dan voucher untuk kebutuhan harian
Masih konsisten dengan temuan tahun sebelumnya, mayoritas konsumen memiliki kebutuhan tinggi terhadap pulsa dan paket data. Konsumen banyak melakukan aktivitas digital selama pandemi, hal ini menjadikan kategori produk pulsa dan voucher untuk kebutuhan harian seperti listrik dan air paling banyak dibeli konsumen. Proporsi jumlah transaksi meningkat dari 14% pada 2020 menjadi 23% pada 2021.
- Gender sangat mempengaruhi perilaku belanja online
Terdapat perbedaan preferensi barang yang dibeli konsumen laki-laki dan perempuan baik dalam hal jumlah maupun nilai transaksi. Konsumen laki-laki melakukan transaksi hampir dua kali lebih banyak untuk kategori otomotif dan elektronik sementara perempuan lebih banyak untuk kebutuhan makanan, kesehatan dan kecantikan, serta fashion. Berdasarkan nilai transaksi, konsumen perempuan cenderung mengeluarkan uang lebih banyak dibandingkan konsumen laki-laki untuk produk-produk dengan harga lebih tinggi seperti komputer, gadget, dan elektronik.
- Promosi dan festival belanja online masih efektif tarik konsumen untuk berbelanja
Hari Belanja Online Nasional (12.12) dan festival belanja tanggal kembar seperti 11.11 dan 9.9 terbukti masih efektif dalam menarik konsumen untuk berbelanja. Jumlah rata-rata transaksi pada 12.12 dan 11.11 tahun 2021 meningkat hingga 2 kali rata-rata transaksi harian.
Pada tanggal-tanggal khusus tersebut, siang hari menjadi jam terpopuler konsumen melakukan transaksi belanja, namun kenaikan transaksi juga terlihat pada jam tengah malam. Meskipun masih efektif dalam menarik konsumen, jumlah transaksi di Hari Belanja Online Nasional tahun 2021 tidak setinggi tahun sebelumnya. Peningkatan transaksi pada tahun 2020 mencapai 3 kali lipat dari rata-rata transaksi harian dibandingkan dengan peningkatan transaksi pada periode yang sama tahun 2021 sebesar 2 kali dari rata-rata harian.
- PayLater sebagai metode pembayaran semakin diminati, fleksibilitas pembayaran jadi faktor utama konsumen memilih platform PayLater
Dibandingkan tahun sebelumnya, metode pembayaran PayLater semakin diminati oleh konsumen. Terdapat 38% konsumen yang menggunakan PayLater saat berbelanja di e-commerce dalam satu tahun terakhir, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 28%. Tidak hanya adopsi konsumen terhadap PayLater yang meningkat, tetapi juga frekuensinya. Hal ini tergambar dari peningkatan persentase konsumen yang menggunakan PayLater lebih dari sekali dalam sebulan dari 23% pada tahun 2021 menjadi 27% pada tahun 2022. Sementara itu, terdapat peningkatan proporsi pengguna PayLater yang memilih tenor lebih panjang dengan 22% konsumen memilih tenor 3 bulan pada tahun 2022, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (19%).
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen beralih ke tenor yang sedikit lebih panjang, menambah jangka waktu angsuran namun tetap menghindari suku bunga yang tinggi. Dalam memilih platform PayLater, fleksibilitas pembayaran cicilan menjadi pertimbangan utama konsumen. PayLater membantu konsumen dalam menyesuaikan jumlah dan tenor pinjaman dengan kemampuan finansial mereka.
Secara umum, konsumen semakin puas terhadap penggunaan PayLater dan semakin tertarik untuk merekomendasikan PayLater kepada keluarga dan kolega. Net PromoterScore (NPS) PayLater mengalami peningkatan dari 31,8 pada 2021 menjadi 43,2 pada 2022.
Langkah Ke Depan
Temuan dalam laporan penelitian ini sebagaimana di uraikan di atas sebenarnya cukup menarik, sebab tidak cukup hanya untuk melihat apa yang tersurat dari perilaku konsumen terhadap berbelanja online di e-commerce itu sendiri. Akan tetapi lebih jauh dari itu, sesungguhnya ada yang tersirat di situ, di mana laporan ini juga dapat dipakai untuk melihat perilaku dan kebiasaan komsumen dalam era digital saat ini di berbagai aspek kehidupan.
Bagi Fintech syariah, perbankan syariah dan industri keuanga syariah lainnya, maka laporan ini akan menjadi referensi bahwa meraih market share itu akan terus menjadi tantangan ke-depan. Demikian juga bagi lembaga zakat, lembaga wakaf dan filantropi lainnya. Pendeknya, bagi setiap organisasi bahwa laporan ini merupakan rujukan yang kredibel untuk melakukan digitalisasi bagi setiap organisasi. Sebab, menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa tidak harus dilakukan oleh semua organisasi saat ini, untuk melakukan perubahan.
Realitas, belanja online tersebut, setidaknya menjadi benchmarking dan sebuah potret besar bahwa telah terjadi pergeseran perilaku konsumen dalam belenja online. Sehingga mau tidak mau juga akan men-triger, perilaku di berbagai bidang lainnya sebagaimana tersebut di atas.
Maka, siapapun kita dan apapun aktifitas kita saat ini, jika tidak berubah sesuai dengan dinamika perkembangan jaman tersebut, akan punah atau setidaknya tersingkir dari arus besar. Hal ini tidak hanya terjadi di dunia bisnis yang profit oriented, di lembaga pendidikan, dan lembaga non-profit lainnya lainnya, juga dituntut untuk beradaptasi dengan digitalisasi. Jika masih ingin eksis di saat ini dan masa yang akan datang. Wallahu a’lam.