Covid, ekonomi, Entrepreneurship, Krisis, Peradaban, Politik.

Hantu Stagflasi


stagflasi

Pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat, dan inflasinya yang tinggi beserta bunga The Fed yang juga masih tinggi, demikian juga tingkat pengangguran yang melebar, ternyata terus memberikan dampak bagi ekonomi dunia. Demikian juga, pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya pulih dan dampaknya yang juga masih dirasakan hingga kini.

Tumbangangnya beberapa start-up akibat dari bubble burst (ledakan gelembung) di berbagai belahan dunia, juga akibat dari tekanan ekonomi para investor. Mereka menginginkan investasinya cepat kembali. Sementara itu disinyalir bahwa salah satu penyebab bubble burst pada startup lantaran produk yang ditawarkan kalah bersaing, terutama akibat perang promo dan diskon serta bakar uang (burn money) yang terjadi. Dan ini berakibat pada layoff (PHK) di beberapa start up Indonesia seperti jd.id, zenius, linkAja, dan beberapa start up yang telah gulung tikar sebelumnya.

Demikian halnya, terjadinya perang Rusia dan Ukraina yang belum jelas kapan berhentinya, di mana juga menyeret banyak negara untuk terlibat di dalamnya, menambah semakin runyam. Sehingga  hal ini mengancamn terjadinya stagflasi di negara-negara tersebut, yang mengakibatkan pengaruh negatif ke negara-negara berkembang dan emerging market, terutama dari sisi ekonomi.

Memahami Stagflasi

Lantas apakah stagflasi itu?  Secara ringkas, stagflasi adalah kondisi yang di mana pertumbuhan ekonomi yang lambat, disertai dengan angka pengangguran tinggi. Tingginya angka pengangguran, akan berdampak pada melemahnya daya beli. Jadi, bila terjadi kenaikan harga-harga karena pasokan atau supply barang yang terbatas, itu akan terjadi kondisi inflasi. Sederhananya, arti stagflasi adalah kondisi pengangguran tinggi yang disertai inflasi tinggi pula.

Penyebab stagflasi adalah kondisi ekonomi yang melemah, yang ditunjukkan oleh banyaknya angka pengangguran (stagnasi perekonomian). Selain itu, salah satu akar penyebab stagflasi adalah fenomena investasi dalam sektor riil yang dianggap memberi hasil lebih rendah dibanding sektor keuangan yang terus menerus, euforia spekulatif. Terjadi terlepas kaitan (decoupling) antara sektor riil dan sektor keuangan. Dengan demikian maka, stagflasi adalah sebuah kondisi yang kontradiktif di mana pertumbuhan ekonomi yang lambat serta angka pengangguran tinggi secara teori seharusnya tak menyebabkan kenaikan harga-harga.

Istilah stagflasi pertama kali digunakan pada tahun 1960an oleh politisi Inggris Macleod di tengah kondisi ekonomi yang tengah mengalami tekanan kala itu. Saat memberikan pidato di Dewan Rakyat Britania Raya kala itu, Macleod menggambarkan kondisi inflasi sekaligus stagnasi yang terjadi di Inggris sebagai situasi stagnasi.

Secara teori dampak dari stagflasi adalah terjadi pelemahan ekonomi, pertumbuhan ekonomi rendah, pengangguran tinggi, inflasi tinggi dan beberapa dampak lainnya. Tak hanya itu, akibat adanya stagflasi juga bisa membuat indeks kesengsaraan suatu negara meningkat. Indeks ini diperoleh dari jumlah inflasi, pengangguran, dan biaya hidup di negara tersebut. Semakin tinggi nilai indeksnya, maka semakin tinggi pula kesengsaraan rakyat di negara tersebut.

investor

Dikutip dari laman investor, bahwa Amerika dan Indonesia pernah mengalami stagflasi ini. Hal yang sama sesungguhnya juga dialami oleh berbagai negara di belahan dunia, ketika menggunakan parameter dan indikator stagflasi di atas.

Menurut berbagai referensi ancaman stagflasi bisa terjadi dinegara-negara berikut ini : inflasi India sudah naik 7,8 persen, Amerika Serikat 8,3 persen, Inggris 9 persen, Brasil 12,1 persen, Argentina 58 persen, dan Turki 70 persen, dan beberapa negara lainnya.

Kekuatan Rakyat Indonesia

Secara teori, Indonesia sebenarnya masih jauh dari tahap stagflasi karena tingkat inflasi yang masih sekitar 3,5% serta tren pertumbuhan ekonomi yang masih baik, sekitar 5,2% (yoy).  Sedangkan angka pengangguran 5,83 %. Namun, kondisi seperti ini bukan berarti aman-aman saja. Sebab realitasnya Indonesia memiliki hubungan perekonomian dengan negara lain yang mungkin sedang menunjukkan tanda-tanda risiko stagflasi. Dan kondisi negara-negara tersebut memungkinan terjadinya efek rambatan (spill over effect) pada perekonomian dunia termasuk Indonesia.

Spill over effect adalah efek pada perekonomian suatu negara dari peristiwa yang terjadi di negara lain. Risiko stagflasi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan efek rambatan (spill over effect).

Dan sebaiknya rakyat Indonesia perlu mewaspadai ini. Sebab bukan tidak mungkin terjadi di Indesia akibat efek rambatan ini. Rakyaf dapat memulainya dengan mengembangkan kemandirian ekonomi di mulai dari diri sendiri. Dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada, sekecil apapun itu, untuk menjadi lebih produktif dan menghasilkan. Membangun ketahanan pangan. Juga ketahanan air dan energi.

Kesadaran seperti ini penting, sehingga kondisi apapun juga, rakyat tetap survive dan bertahan hidup, bahkan terus bertumbuh.  Hal ini akan memberikan dampak kepada komunitas disekitarnya. Meskipun secara indikator makro ekonomi jelek misalnya, akan tetapi rakyatnya tangguh. Daripada indikator ekonomi makronya bagus, akan tetapi realitas rakyatnya menderita. Wallahu a’lam

 

 

 

Advertisement

1 thought on “Hantu Stagflasi”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.