
Formula E, secara resmi disebut sebagai (ABB FIA Formula E World Championship) Kejuaraan Dunia Formula E, adalah kejuaraan motorsport kursi tunggal untuk mobil listrik. Serial ini dirancang pada tahun 2006 di Paris oleh presiden FIA Jean Todt dan pengusaha Spanyol Alejandro Agag, yang juga merupakan ketua Formula E Holdings saat ini. Perlombaan kejuaraan perdana diadakan di Beijing pada bulan September 2014. Sejak 2020, seri ini memiliki status kejuaraan dunia FIA.
Kejuaraan Dunia Formula E FIA ABB yang biasanya di jalan raya ini, saat ini untuk pertama kalinya di selenggarakan Sirkuit E-Prix Internasional – Ancol Jakarta, Sabtu 4 Juni 2022. Diikuti oleh 11 tim dan 22 mobil dan 22 pengemudi menavigasi jalan mereka melalui sirkuit 18 belokan yang menantang dengan latar belakang panorama Teluk Jakarta, yang terinspirasi “Kuda Lumping”.
Dikutip dari official jakarta eprix, Formula E mengombinasikan tiga hal yaitu performance, efficiency, dan sustanability. Ketiga hal ini terlihat jelas mengingat ajang ini mengandalkan tenaga listrik sehingga lebih bersih, efisien, serta pengelolaan acaranya pun lebih sustainable. Ini berbeda dengan balapan konvensional yang hanya sekadar adu kecepatan atau mengedepankan performance, yang cenderung membuang-buang energi mesin dengan percuma.
Formula E ini adalah future motorsport. Ini green motorsports. Jadi, mungkin kedepan ketika mubil listrik sudah menjadi kendaraan masyarakat, maka dunia balapnya akan berubah semua menjadi seperti ini. Nah disnilah keuntungannya, Indonesia sebagai salah satu tuan rumah Formula E memang sangat beruntung karena masa depan itu ini datang di Indonesia, bersama dengan 9 negara lainnya.
Jakarta atau Jakarta EPrix menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran tentang sustainability, mengingat ini merupakan ajang balapan mobil listrik—kendaraan yang bisa mengontrol gas buang emisi. Kendaraan listrik merupakan langkah konkret untuk mengurangi beban emisi, kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang kontribusi terbesar untuk emisi gas buang yang tidak ramah lingkungan di kota-kota besar. Kemudian dampak lainnya kendaraan bermotor ini juga turut menyerap energi bahan bakar fosil yang sangat besar, dampaknya neraca perdagangan pemerintah pun akan terbebani.

Dalam Jakarta e-Prix 2022 ini, Mitch Evans menjadi juaranya. Setelah memacu kendaraannya selama 45 menit ditambah 1 lap, sebagaimana ketentuan formula-E. Sementara itu saingan yang di disalip di lap terakhir Jean-Eric Vergne harus puas finis di posisi kedua. Sedangkan, Edoardo Mortara menempati peringkat ketiga di Jakarta International e-Prix Circuit. Sementara itu Nyck De Vries Pembalap Formula E asal Belanda keturunan Indonesia, yang suka lemper itu menempati peringkat duapuluh satu.
Jalan Berliku
Sebagaimana ramai diberbagai media, hampir saja kegiatan yang fenomenal ini gagal dilaksanakan, karena mendapat hambatan, terutama dari pemerintah pusat. Awalnya sebagaimana negara-negara lainnya dilaksanakan dengan pola sirkuit jalan raya, sehingga akan dilaksanakan di Monas. Akan tetapi dengan berbagai alasan tidak diijinkan, dan berpindah-pindah hingga menempati tanah Pemprov DKI di Ancol.

Jadwal untuk pembangunan mepet. Karena pindah-pindah lokasi itu. Padahal semula dijadwalkan tahun 2020, aka tetapi karena pandemi baru dilaksanakan tahun 2022. Hingga dipenghujung tahun 2021 baru mendapat lokasi fixed. Awal 2022 proyek ditender, kemudian ditentukan pemenang. Pesimisme dan cemoohan terjadi dimana-mana. Sebab waktu pengerjaannya kurang lebih 60 hari alias 2 bulan untuk mengerjakannya. Netizen bilang sesuatu yang mustahil.
Akan tetapi, berkat perencanaan yang matang serta dibawah pengawasan langsung dari FEO (Formula E Operation) selaku penyelenggara global ajang balap mobil listrik, ternyata proyek selesai on time. Bahkan Founder/Chief Championship Officer FEO Alberto Longo melontarkan sejumlah pujian untuk sirkuit yang dibuat dalam waktu cukup singkat itu, yakni 54 hari saja. Menurut Longo, akan menjadikan Formula E Jakarta 2022 “yang terbesar, tersukses dari sejarah Formula E”. Demikian juga pujian dari para pembalap dan official tim.
Kental Nuansa Politik
Meskipun di tengah pembangunan Presiden Jokowi sempat meninjau pembangunannya, akan tetapi tidak diikuti oleh anak buahnya di kabinet. Apalagi kasus sponsorship dari BUMN yang tidak ada. Sebagaimana dikeluhkan oleh Ketua Panitia Pelaksana (Organizing Committee/ OC) Formula E Jakarta Ahmad Sahroni. Padahal acara ini disiarkan langsung lebih dari 150 negara, sehingga menjadi sarana promosi yang efektif. Sudah pasti memiliki nilai keekonomian. Apalagi konon kontrak dengan FEO selama 3 tahun. Hal ini, sangat kontras dengan Sirkuit Mandalika, dimana BUMN dan negara, menggelontorkan dana hingga 3,3 triliun, dengan alasan mendongkrak pariwisata. Padahal, jauh hari calon penonton di Formula E Jakarta ini, adalah warga negara asing, yang menyumbang devisa negara. Khusnudzon saya, mungkin BUMN lagi nggak ada dana, atau alasan lain yang fokus sponsorin kegiatan lain.

Tanpa kehadiran BUMN akhirnya selain sponsor internasional yang menjadi bawaan dari FEO, ada 31 seponsor lokal yang berasal dari pihak swasta. Meskipun BUMN juga beberapa kementerian banyak berdalih terkait administratif misalnya. Akan tetapi publik bisa membaca bahwa kental aroma politiknya. Sebab, ini akan mengangkat popularitas Anies Baswedan, Gubernur DKI, sebagai Capres potensial 2024. Sehingga terkesan by design untuk menjegal peluang mas Anies, setidaknya mendiskreditkannya. Apalagi jika kita melihat di media sosial nada menyerang Pak Anies ini terus dilakukan. Hal yang sama juga terjadi dibeberapa live streaming yang ada. Seolah ada yang memberi komando. Sehingga ada muatan politis itu, tidak bisa disangkal.
Untung pak Jokowi hadir di perhelatan ini. Diikuti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Ketua MPR Bambang Soesatyo, Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah, Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, Wakil Ketua MPR Zulkifli Hasan, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Menteri ATN/BPN Sofjan Djalil, dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit. Serta beberapa tokoh partai politik seperti Agus Harimurti dlsb. Sehingga cukup sedikit mendinginkan suasana. Bahkan Pak Jokowi, Mbak Puan dan Mas Anies duduk bersebelahan di kursi VVIP, dengan senyum mengembang.
Apapun alasannya, perhelatan ini telah terjadi, dan dapat dikatakan sukses. Sudah barang tetu banyak kekurangan, itu akan jadi evaluasi. Semestinya pihak-pihak yang menghadang dan menghambat itu introspeksi. Sebuah sikap childish, kekanak-kanakan. Jauh dari sikap kenegarawanan, yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, di atas kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Disadari atau tidak perilaku seperti ini, justru memelihara keterbelahan anak bangsa, jauh dari persatuan dan ukhuwah. Camkan itu, rakyat bisa menilai dan selalu mengingat.
Awesome track, great race, amazing Jakarta, Indonesia Jaya #JakartaEPrix