Seperti biasa, setiap ramadhan selalu mendapat kiriman gambar video melalui berbagai group WA, mulai dari menu berbuka, jadwal imsyakiyah, cara khatam al-Qur’an, acara sahur dan buka bersama, hingga berkenaan dengan adanya pelaksanaan Shalat tarawih. Bahkan yang sempat viral adalah video yang sebenarnya selau berulang kali disebar dari tahun ketahun. Yaitu shalatterawih kilat. Tetapi kali ini membedakan 2 (dua) pelaksanaan Shalat tarawih yang super kilat, lengkap dengan captionnya dengan sebutan pertamax dan pertamax super. Seorang teman wartawan bercerita, pernah meliput tarawih cepat ini, dari takbiratul ikram awal shalat hingga akhir salam witir, dengan total 23 rekaat itu, dilakukan dalam waktu 6 menit 15 detik.
Sebagai sebuah analogi bagaimana tingkat kecepatan kendaraan masing-masing berdasarkan jenis BBM yang digunakan. Sebenarnya ini juga satire terhadap kenaikan jenis BBM ini, tepat sehari menjelang ramadhan itu. Mungkin saat melihat video itu, sebagian kita terhibur lalu tersenyum dan tertawa. Tetapi, ada juga yang marah. Lalu menyalahkan, dan berbagai reaksi lainnya. Sebuah sikap yang wajar, ketika kita tidak cukup ilmu, lantas menilainya.
Kendatipun demikian kita semestinya tidak cepat-cepat bereaksi untuk menghakimi dengan membabi-buta, tanpa memahami situasi dan kondisi. Bisa jadi mereka memiliki alasan tersendiri, mengapa mereka mempraktikan ibadah seperti itu.
Kita mesti adil dalam bersikap. Oleh karenanya, saat melihat realitas tersebut, yang bisa kita lakukan adalah merujuk berbagai dalil yang bisa menjadi panduan. Yaitu bagaimana Rasulullah SAW, shahabat, tabi’in, dan para salafush shalih menjalankan ibadah tarawih itu. Ada pencerahan yang cukup komprehensip dari Ust. H. Syaifuddin Nawawi, Lc, disertai penjelasan yang cukup gamblang dan lugas, yang di share dalam sebuah grup WA. Agar lebih banyak yang bisa membaca, saya kutip disini dengan sedikit editing.
Beliau mengawali dengan kalimat pertanyaan retorik, saat merespon kiriman video tersebut. Shalat cepet-cepetan pencuri SHALAT?. Kemudian memberikan penjelasan sebagai berikut.
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلَا سُجُوْدَهَا أَوْ قَالَ: لَا يُقِيْمُ صُلْبَهُ فِى الرُّكُوْعِ وَالسُّجُودِ. (رواه أحمد
Dari Abi Qatadah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Seburuk-buruknya manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang mencuri shalatnya?” Rasulullah saw. menjawab, “Yaitu seseorang yang tidak sempurna rukuk dan sujudnya, atau beliau bersabda, “Yaitu orang yang tidak lurus tulang belakangnya dalam rukuk dan sujud.” (H.R. Ahmad)
Berdasarkan hadis tersebut, maka maksud dari pencuri shalat adalah orang yang tidak melaksanakan shalat dengan sempurna, yakni ketika rukuk dan sujud tulang punggungnya tidak lurus. Hal ini sangat mungkin terjadi terhadap orang yang terburu-buru dalam shalatnya. Sehingga, ia melaksanakan shalat hanya sekedar gerakan jungkir balik, tanpa memperhatikan gerakan shalat dengan benar dan sempurna. Atau dalam bahasa lain hanya sekedar menggugurkan kewajiban.
Bahkan di dalam riwayat Imam al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman disebutkan termasuk orang yang mencuri shalatnya adalah yang tidak khusyuk atau tidak thuma’ninah. Padahal, thuma’ninah adalah bagian dari rukun shalat yang dapat menyebabkan shalat itu batal atau tidak sah bila tidak dilakukan. Sehingga, ketika thuma’ninah itu tidak dilakukan maka ia sama saja mencuri salah satu rukun shalat. (Baca: Wajib thuma’ninah ketika melakukan empat rukun Shalat ini)
Hadis riwayat Imam Ahmad di atas, juga dikuatkan oleh riwayat Imam At-Tirmidzi sebagai berikut.
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تُجْزِئُ صَلاَةٌ لَا يُقِيْمُ فِيْهَا الرَّجُلُ يَعْنِي صُلْبَهُ فِى الرُّكُوْعِ وَالسُّجُودِ. رواه الترمذي.
Dari Abu Mas’ud Al-Anshari, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Shalat seseorang tidak akan sempurna bila dalam rukuk dan sujud tulang punggungnya tidak lurus.” (H.R. At-Tirmidzi)
Dengan demikian, maka hadis-hadis tersebut mengingatkan kita bahwa ketika kita tidak menyempurnakan shalat kita terutama dalam gerakan rukuk dan sujud, maka sama saja kita tidak menjaga amanah. Alias kita telah berkhianat untuk tidak melaksanakan gerakan shalat itu dengan benar. Oleh sebab itu, maka kita dianggap telah mencuri shalat.
Bahkan, sahabat Nabi saw. yang bernama Hudzaifah r.a menganggap orang tersebut sama saja belum melaksanakan shalat.
عَنْ زَيْدِ بْنَ وَهْبٍ قَالَ رَأَى حُذَيْفَةُ رَجُلًا لَا يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ قَالَ مَا صَلَّيْتَ وَلَوْ مُتَّ مُتَّ عَلَى غَيْرِ الْفِطْرَةِ الَّتِي فَطَرَ اللَّهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. رواه البخاري.
Zaid bin Wahb berkata, “Hudzaifah melihat seseorang shalat namun tidak menyempurnakan rukun dan sujudnya. Maka dia berkata, “Kamu belum shalat. Seandainya kamu meninggal dunia, maka kamu meninggal dalam keadaan di luar fitrah (agama) yang Allah telah menciptakan Muhammad saw. berada di atasnya.” (H.R. Bukhari)
Shalat adalah ibadah yang agung. Ia menjadi perintah spesial Allah swt. yang harus diambil Nabi saw. langsung ke langit melalui peristiwa hebat; Isra’ Mi’raj. Sehingga merupakan rukun Islam yang kedua sekaligus menjadi tiangnya agama.
Bahkan, ia menjadi ibadah yang paling pertama dihisab (dimintai pertanggung jawabannya) di akhirat kelak. Oleh sebab itu, maka sudah seharusnya kita tidak main-main dan mempermainkan dalam menjalankannya. Sehingga, kita tidak menjadi bagian dari para pencuri shalat sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw tersebut di atas. Dan semuanya berpulang kekita, mau menjadi kelompok pencuri shalat, dengan Shalat yang terburu-buru seperti dikejar syetan, atau menegakkan Shalat dengan thuma’ninah, serta memenuhi seluruh syarat dan rukun Shalat itu sendiri. Masih ada waktu 20 hari, untuk introspeksi terkait dengan shalat kita, apakah shalat wajib, ataukah sunah termasuk tarawih berapapun rekaat yang kita kerjakan.
Wallahu A’lam bish shawab.
Asih Subagyo │Jama’ah Masjid Umul Qura’ Depok