Gambar meme di samping ini jleb banget. Saya dapat di lini masa FB. Saya daur ulang sebagai status di FB, lalu kini saya mark-up lagi jadi tulisan di blog, yang memenag sudah lama nggak ke update. Saya caption bahwa, meme ini setidaknya bisa sebagai pengingat diri. Dan juga bisa bermanfaat bagi siapapun yang diamanahi memimpin apapun juga, dan pada level apapun juga, serta pada skala apapun juga. Dan sebenarnya hal ini nantinya juga berlaku bagi pengikut (yang sedang dipimpin). Azas resiprokal, Berlaku sama.
Setidaknya, inti dari meme tersebut dapat dijelaskan secara ringkas, bahwa pemimpin yang benar itu tidak menciptakan jarak/pembatas dengan yang dipimpin. Akan tetapi justru membawa semua elemen yang dipimpin untuk bersatu. Dengan bahasa lain, meski “bersentuhan kulit” dengan yang dipimpin. Dia selalu merasakan apa yang dirasakan oleh pengikutnya. Dan pada gilirannya secara kolektif dan bersama-sama dapat menggapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Tentu saja dalam pelaksanaanya, tidak semudah yang tertulis disini. Pasti melaui tahapan dan proses panjang dan berliku, bahkan tidak jarang harus melewati jalan terjal dan mendaki, yang harus dilalui. Meski sesekali ada juga jalan mudah tanpa rintangan yang dilalui.
Dengan demikian, konsekwensi, menjadi pemimpin memang tidak mudah. Dia menjadi agent of hope bagi yang dipimpin. Menciptakan harapan, menggambarkan mimpi dalam bentuk, misi dan tujuan kepada yang dipimpin. Sehingga layak bahwa pemimpin itu adalah dia yang know the way, show the way dan follow the way. Tahu ke arah mana yang akan dituju, menunjukkan jalan mana yang tepat, dan mengikuti jalan mana yang benar.
Demikian halnya, jadi yang dipimpin (pengikut) juga tidak gampang. Seringkali terjadi gap dan disparitas antara harapan dan realitas. Pengikut menuntut pemimpin, demikian halnya pemimpin juga pengikut. Pengikut akan mengikuti arahan pemimpin, jika pemimpin tidak khianat. Jika dia melayani. Tetapi jika pemimpin khianat, bohong atau lebih dari itu dzolim, maka dia akan dimusuhi pengikutnya. Meskipun ditutupi dengan pencintraan apapun juga.
Jika semua sadar, tahu dan paham atas kedudukannya, peran, hak, kewajiban dan tanggungjawab masing-masing, dan bersinergi serta berkolaborasi pada bingkai kebersaasan (jama’i) dengan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri (infirodi), In syaa Allah menjadi indah dan mudah, biidzniLlah. Dan true keader itu, kini manjadi harapan siapapun juga, dalam sekala apapun juga.