Saat ini pandemi masih belum jelas kapan berakhirnya. Setiap hari kita mendapatkan informasi bahwa jumlah yang positif COVID-19 terus meningkat. Meski fluktuatif, tetapi masih di atas 1.000 orang perhari. Bahkan episentrum berpindah, dari Jakarta ke Jawa Timur. Disinyalir saat ini malah telah terjadi gelombang kedua. Ini pasti mempengaruhi segala aspek kehidupan. Kita fokus di aspek ekonomi dulu. Pengangguran terjadi dimana-mana. Dampaknya, jelas terasa. Multiplier effect-nya,melebar kemana-mana.
Beban hidup yang terus meningkat, seringkali tidak berbanding lurus dengan pendapatan. Karena, banyak sumber pendapatan yang berkurang, bahkan terhenti. Sehingga, banyak teman, saudara, kerabat, tetangga, kenalan dlsb, dengan berbagai profesi, karena menyesuaikan keadaan, mendadak alih profesi dengan melakukan apapun. Baik produsen, pedagang, makelar dlsb, dengan berbagai alasan dan latar belakang.
Yang pasti, semua menginginkan survive di situasi saat ini. Mempertahankan hidup. Tentu dengan jalan yang halal. Sehingga perlu ada jalan keluar. Tidak bisa kita menyalahkan keadaan. Tetapi kita harus berubah. Tidak udah mengharapkan dana dari pemerintah yang ratusan trilyun itu, yang hingga saat ini belum jelas ujung pangkalnya. Bahkan ada anggota DPR yang mengungkap, bahwa dana itu dipake untuk menutup hutang. Au ah…. gelap, males bahas.
Sehingga, kini saatnya ekonomi kita mandiriri. Kita menerapkan konsep Ta’awun. Model kerjasama, gotong royong, berjamaah (kolaborasi) dalam menghidupkan, menggerakkan, membangun dan memenangkan kekuatan Ekonomi. Olehnya, dengan membeli produk teman, merupakan langkah strategis, apalagi jika ini menjadi sebuah gerakan. Gerakan saling bantu, saling beli dst. Yang dimaksud gerakan adalah, tidak sekedar menjalankan kegiatan ekonomi. Tetapi harus menyatunya antara keyakinan, pernyataan dan perbuatan. Harus menjiwai, dan menjadi satu tarikan nafas dalam aktifitas keseharian. Sehingga cepat atau lambat, akan menjadi snowballing, yang akan terus membesar. Dengan demikian mesti diikuti dengan memunculkan produk-produk subsitusi yang lengkap, sebagai pengganti produk yang sekarang menguasai pasar. In Shaa Allah akan jadi solusi saat ini dan kedepan.
Untuk tahap awal, mungkin harganya terkesan mahal, kualitasnya kurang baik, kontinuitas produk tidak jelas, dlsb. Kita berusaha tetap beli, sekaligussdengan memberikan feedback, terkait kekurangan-kekurangan itu. Dan teman kita juga harus, open mind, terbuka terhadap kritik, dan kemudian memperbaiki sesuai dengan testimoni dari teman-teman lainnya. Dan ini bisa dijadikan siklus. Sehingga menjadi seperti product life cycle. Jika sudah ada perbaikan, maka pembeli akan semakin banyak, sehoingga akan mencapai skala bisnis yang memadai. Selebihnya akan mampu bersaing dan berkompetisi dengan produk-produk lainnya. Pendeknya jadikan produk teman menjadi pilihan pertama, sebelum memiih produk lainnya.
Tentu tidak sesederhana itu. Perlu ada roadmap, blue print termasuk strategic plan dan pilotting untuk menjalankan ini semua. Jika semuanya sudah tertata dan berjalan dengan baik, In Syaa ALlah akan menjadi environment bisnis yang saling memakmurkan dan mensejahterakan. Sehingga Ekonomi Rakyat, Ekonomi Umat akan tumbuh dengan baik, selanjutnya akan memenangkan persaingan ini. Wallahu a’lam