Ramadhan ke-6
Kemarin, saat tilawah surat Yusuf, dilembar-lembar terakhir Juz 12,dimulai dari ayat 43, terjadi dialog antara Raja Mesir dengan para pembesar di negaranya termasuk ahli nujum berkenaan dengan mimpi Raja,” Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering”. Hai orang-orang yang terkemuka: “Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpi” (QS Yusuf :43)
Semua pakar dari berbagai bidang yang dihadirkan dan ditanya, mereka kompak satu suara tidak tahu jawabanya atau takwil dari mimpi itu. Bahkan mimpi itu dianggap mimpi kosong belaka. Karena sudah menyerah mereka ingat kepada seorang pemuda tampan yang sedang dipenjara yang pandai menakwilkan mimpi. Maka mereka mendatangi Yusuf a.s.
Ketika ditanya perihal mimpi raja itu, maka Nabi Yusuf memberikan tafsiran mimpi raja tersebut sebagaimana dalam Surat Yusuf 47-49,” Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.”(47). Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. (48) Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur” (49)
Dalam konteks kekinian, jawaban yang dikeluarkan oleh Yusuf a.s itu merupakan model strategic planning. Perencanaan Strategis ( Strategic Planning ) adalah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan ( Kerzner, 2001 )
Paling tidak ada 6 (enam) kegiatan dan tahapan yang dapat ditarik sebagai sebuah perencanaan strategis dari pernyataan Yusuf a.s tersebut :Produksi (supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa).
Yusuf a.s, meyakini bahwa solusi bagi masa depan adalah dengan menggenjot produksi. Dalam konteks ketersediaan dan ketahanan pangan maka strategi yang dilakukan adalah dengan menggenjot produksi.
Konsumsi (kecuali sedikit untuk kamu makan).
Salah satu cara untuk menjaga ketahanan pangan adalah dengan menjaga pola konsumsi. Maka dalam konteks ini adalah bahwa mengkonsumsi sehemat mungkin, dalam konteks ini adalah dengan sedikit yang dimakan. Karena pola konsumsi diartikan sebagai susunan kebutuhan seseorang terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, yang dipenuhi dari pendapatannya
Distribusi (maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya)
Secara singkat distribusi diartikan dengan menyalurkan barang/jasa dari produsen ke end user. Dalam konteks ini tetap dilakukan pendistribusian hasil pane, tetapi ada persediaan yang kelak akan dijadikan untuk benih.
Menabung/Berhemat, (kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit)
Yusuf a.s menyadari bahwa setiap kita harus tetap menabung meski dalam keadaan berlebih. Karena pada kondisi tertentu, ketika terjadi kemarau panjang dan paceklik, maka bias diambil dari persediaan (tabungan)itu.
Investasi Lagi (kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan)
Re-investment merupakan cara untuk mengembangkan yang ada, atau minimal mempertahankan yang ada. Sebuah konseo yang sederhana tetapi memiliki dampak yang luar biasa.
Sutainabilitas (Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur”)
Selanjutnya jika semua tahapan ini sudah dilalui, akan terjadi sustainabilitas berupa ketahanan pangan. Karena pangan akan melimpah di saat itu.
Nabi Yusuf a.s ketika memberikan solusi yang tersusun tersebut, tentu bukan hanya mengandalkan kemampuan mentakwilkan sendiri. Atau berpatok pada kemampuan otak. Karena beliau adalah Nabi, tentu ini ilhami. Dibimbing Allah SWT. Meski juga dibarengi dengan membaca tanda-tanda alam yang ada. Lalu kemudian dianalisa dan disimpulkan, sebagaiman beliau menakwilkan mimpi Raja tersebut.
Bencana yang utama pada masa Nabi Yusuf adalah paceklik yang bisa menimbulkan kelaparan dan masalah sosial lainnya. Masa kini bencana bisa dalam bentuk ketertinggalan ekonomi yang bisa menimbulkan krisis, pengangguran, kemiskinan, infrastruktur yang tidak memadai dan lain lain hingga berpengaruh kepada kerawanan pangan dan kerawanan sosial lainya.
Dewasa ini, dengan kemajuan teknologi, kita dengan mudah memanfaatkan ABCD (Artificial Intelligence, Blockchain, Cloud, dan Data (big data). Sehingga dapat melahirkan decision support system yang akurat. Apalagi jika yang melakukan itu orang beriman. Tentu faktor “bimbingan” dari Allah SWT menjadi kunci utama.
Patut kita renungkan sabda Rasulullah berikut, “Berhati-hatilah kamu terhadap firasat seorang mukmin, sebab ia melihat dengan (diterangi) cahaya Allah.” (Riwayat Tirmidzi, dari Abu Sa’id al-Khudry).