Meski saya banyak tidak sepakat dengan tesis Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization and the Remaking of World Order, yang dipakai referensi banyak sarjana, bahkan tidak sedikit dipakai dasar pengambilan kebijakan politik di berbagai negara di dunia. Seolah jika membicarakan peradaban dan kondisi kekinian, tidak afdhol jika tidak mengutip buku itu. Dimana intinya adalah, menempatkan Islam sebagai musuh Barat, setelah runtuhnya komunis (Soviet, Jerman Timur, Cekoslowakia, dst).
Saat sedang santai di ruang baca pagi tadi, saya melihat dan ambil buku yang sudah usang itu. Setelah di bolak balik, mata tertuju ke sebuah halaman, yang menurut saya ada relevansinya dengan kondisi kekinian. Sehingga terpaksa mengutip satu paragraf dari buku yang jadi best seller itu. Disitu tertuang tentang deskripsi Huntington sekitar tahun 1990an, serta prediksinya kedepan, berkenaan dengan dominasi Cina, dimana Indonesia berada pada pusaran bagian ini. Dan kini, setelah hampir tiga puluh tahun, mendapat kebenarannya. Singkatnya, di halaman 418-419 itu, tertulis demikian :
“Cina dengan sendirinya akan menjadi kekuatan yang dominan di Asia Timur. Pertumbuhan ekonomi Asia Timur semakin lama semakin berorientasi pada Cina, dipicu oleh pertumbuhan yang cepat di Cina dan tiga negara Tionghoa plus peran sentral dimainkan oleh etnis Cina dalam perekonomian Thailand, Malaysia, Indonesia dan Philipina. Ancaman Cinapun semakin nyata menyangkut klaimnya atas Lait Ciba Selatan : mengembangkan basis kekuatan di Pulau Paracel, dan menyerang orang-orang Vietnam untuk merebut pulau tersebut pada tahun 1988, mendirikan pangkalan militer di Mischief Reef di wilayah Philipina, dan mengklaim ladang minyak di pulau Natuna yang berbatasan dengan wilayah Indonesia. Cina juga mengakhiri dukungan terhadap kehadiran pangkalan militer AS di Asia Timur, serta menentang penempatan militer di daerah tersebut.”
Jika kita amati dari kutipan tersebut di atas, maka pergerakan Cina saat ini, persis apa yang disampaikan Huntington itu. Seolah hal itu jadi roadmaps yang sudah di jalankan oleh Cina dengan sempurna, bahkan lebih. Dan hal demikian juga terjadi pada negara yang menurut Huntington, menggunakan etnis Cina untuk menguasainya. Termasuk di Indonesia. Bahkan cerita keganasan Cina di beberapa negara Afrika, Bangladesh, Kamboja, dan juga Maldives,serta beberapa negara lainnya.
Sehingga, tak mengherankan jika beberapa waktu lalu di Vietnam terjadi demo besar-besaran menolak investasi Cina. Demikian halnya dengan Malaysia, dimana PM Mahathir juga akan membatasi dan menghentikan investasi Cina. Mereka sudah sadar tentang itu. Bagaimana bahayanya ekspansi Cina.
Meski saya juga yakin bahwa subyektifitas Huntington untuk AS demikian kental, namun warningnya terhadap pergerakan Cina ini patut diperhitungkan. Kita negasikan tesis Huntington yang menjadikan Islam sebagai lawan Barat. Sebab, senyatanya Islam berkembang di Barat, dengan semakin besar prosentase muslim. Entah mereka yang berasal dark imigran, maupun sarga aslu yang pindah keyakinan. Banysk data yang memperkuat ini. Meski, harus diakui masih banyak wargs Barat yang Islamophobia.
Dalam konteks Cina ini, anehnya Indonesia, justru melindungi dan mengundang investasi Cina tersebut, untuk berinvestasi besar-besaran di sini. Padahal, berdasarkan pengalaman dari berbagai negara, ada patern yang menjadi model dari investasi Cina ini, yaitu menciptakan ketergantungan, hingga negara yang bethutang tidak mampu bayar. Lalu dari situ, mereka minta kompensasi, hingga mengakuisisi aset-aset negara. Ini namanya investasi berbuah Invasi. Saya tidak habis pikir, apa yang ada di pikiran para pengambil kebijakan negeri ini. Apa menunggu hingga Indonesia menjadi salah satu Propinsi Cina, sebagaimana kita saksikan di medsos, adanya spanduk yang sedang viral yang terpampang di Kota Manila bahwa Philipina sebagai bagian dari Propinsi Cina.
Kita mesti lawan, dan tidak bisa membiarkan hal ini terjadi lebih parah lagi. Ini bukan tentang SARA. Tetapi ini soal nasionalisme. Perlawanan terhadap invasi asing ke negeri ini, adalah sebuah kewajiban. Mari ambil bagian dalam bela negara yang sesungguhnya, bukan sebuah lip service. Berjuang sekarang, atau menyesal kemudian.
Wallahu a’lam