Bersyukur, siang tadi, bakda sholat Jum’at, mendapat kesempatan langka. Didahului makan siang bersama, dengan menu spesial nasi kebuli. Disantap secara lesehan disebuah ruangan. Dimana jajaran direksi bersama manajemen puncak, berbaur dalam suasana yang hangat dan akrab.
Saya cukup menikmatinya. Baik hidangannya, maupun environment yang dibangun dan di bentuk oleh sang nahkoda, yang baru 2 bulan menjabat itu. Nampak tak berjarak. Berhimpun dalam joke-joke segar, tetapi serius, berisi dan berbobot.
Beliau bercerita sebagai nahkoda baru, sejak ditunjuk dalam RUPS dan menginjakkan kaki di tempat barunya ini, ber-azzam akan mengembalikan institusinya, ke Khiththah awal. Yaitu tumbuh dan berkembang bersama umat. Sehingga divisi yang menangani urusan inj, diperbesar wewenang dan cakupan kerjanya. Bahkan, kedepan, unit ini yang akan akan jadi core business-nya. Intinya bagaimana bisnis yang dibangun inline dan dalam satu tarikan nafas dinamika umat. Sehingga, akan mengambil ceruk yang memang khusus dan dalam. Bermain dalam blue ocean.Semangatnya untuk merangkul komponen umat Islam sungguh luar biasa. Beliau berniat untuk mengundang dan mengunjungi simpul-simpul umat. Sebagaia langkah awal, Masjid direnovasi. Malu jika ruangannya, lebih bagus dibanding masjid. Kegiatan pengajian, setiap hari diadakan sebelum jam kantor digalakkan. Bahkan, beliau langsung mengontrol dari tiap-tiap lantai. Memastikan semua running well. Sholat lima waktu beliau tegakkan di Masjid. Tidak harus diperintahkan ke anak buah. Tapi langsung memberi contoh. Bahkan, tidak segan-segan beliau jadi Imam Sholat rawatib. Bukan waktu bacaan sirr, tetapi saat bacaan jahr. Maghrib dan Isya. Bacaannya indah, tahsinnya bagus pula. Dan pada saat itu, beliau bisa mengambil mix, untuk memberi kultum.
Tadi sempat beliau ungkapan bahwa, beliau ingin mengundang banyak ulama ke kantornya. Biar menjadi rumah bagi umat islam (bukan mengikuti semboyan salah satu partai). Tetapi sebuah keinginan yang tulus agar, ada nasihat, masukan demi perbaikan bersama. Manusia, jika memposisikan merendah hatinya seperti ini, dan selalu berusaha mengosongkan dirinya, justru akan diisi kebaikan dari berbagai pihak. Dan beginilah prasarat seorang pemimpin.
Dalam kesempatan tersebut, saya juga ikut urun rembuk, bahwa masih banyak hal yang harus diperbaiki,agar bisa kembali ke Khiththah tersebut. Dari aspek mendasar, substantif, sampai ke soal teknis, termasuk dari sisi layanannya. Semuanya secara komprehensif harus diperbaiki. Disaat beliau dan jajarannya terus memperbaiki diri, maka umat juga perlu di edukasi (di tarbiyah) untuk faham persoalan juga. Sehingga klop. Disini peran ulama menjadi demikian penting.
Namun, semuanya ini, akan terus berlomba dan berpacu dengan waktu. Sebab, kompetitor juga tidak mau kalah, terus memperbaiki diri. Ini positif, fastabiqul khairat. Jika semua didasari demi kebaikan umat maka, umat yang akan diuntungkan dengan layanan terbaik tersebut. Dengan semangat, motivasi, ghirah dan pengalaman beliau, meski butuh waktu, Insya Allah cita-cita mulia tersebutakan menjadi kenyataan. Apalagi jika melihat semangat direksi lainnya, serta manajer dan stafnya. Nampaknya tidak terlalu lama bakal terwujud.
Akhirnya, selamat bertugas pak AKP. Semoga keinginan BMI untuk kembali ke Khiththah, yang berarti akan berpihak ke umat, dan tetap dalam koridor syar’i, profesional dan merujuk regulasi yang ada. Dimudahkan oleh Allah SWT. Sebagaimana pertemuan tadi, kita tidak berada di alam cerita, tetapi di alam realita. Dan olehnya, kami siap bekerja sama untuk mewujudkannya. Wallahu a’lam
GA622, Palu, 19/01/2018