Bukan sebuah isapan jempol, bahwa kini eranya kebangkitan ritel muslim. Diberbagai media, terutama medsos, beberapa bulan terakhir ini. Kita bisa dapatkan informasi adanya Grand Opening ritel Muslim, hampir setiap hari. Di WAG sering tersebar info pembukaan KS212Mart, KitaMart, SakinahMart, SuryaMart, Basmalah, Shodaqo dan lain sebagainya. Disisi lain, dari pengamatan, di beberapa lokasi, ternyata ritel modern yang selama ini menjadi market leader dan memegang sebagian besar market share, di bisnis ritel modern, banyak yang mulai tutup gerainya. Bahkan tahun lalu 7-eleven, menutup seluruh gerainya. Dan dari yang tutup itu, tidak sedikit yang kemudian dikonversi menjadi ritel muslim, atau jika tidak alih fungsi, bahkan jadi bangunan yang terbengkalai. Ternyata ditutupnya beberapa ritel mainstream itu, dan bangkitnya ritel muslim, sepi dari pemberitaan. Atau bisa jadi sengaja disembunyikan.
Gerakan menuju kebangkitan ekonomi muslim yang salah satunya melalui retail muslim ini, seringkali juga disuarakan oleh para ulama. Hal ini sangat menggembirakan. Sebab dukungan ulama, akan menuntun kesadaran umat, bagaimana kemudian umat untuk bersikap. Diberbagai ceramah yang bisa di lihat di youtube, misalnya. Bagaimana ulama yang sedang naik daun, Ustadz Abdul Shomad (UAS) mengajak umat untuk berbelanja di warung muslim. Sebagai perlawanan atas menjamurnya jaringan ritel modern milik konglomerat non muslim. Jika umat berbelanja kepada toko, warung, ritel, supermarket muslim, maka dengan sendirinya, jaringan ritel sebelah itu, sepi pembeli, dan lambat-laun akan tumbang. Bersebab mereka mengembangkan bisnis berbasis riba dan rente.
Alhamdulillah, saya berkesempatan ikut RUPS jaringan ritel muslim yang sudah berdiri lebih dari 25 tahun yang lalu. Meski jaringannya, belum sebanyak ritel modern mainstream saat ini, namun pertumbuhannya cukup menjanjikan. Dan kini mulai komplit. Dari Supermarket, mini market dan Distribution Center. Bahkan DC nya kini juga memasok jaringan ritel muslim, termasuk KS212,sekaligus membuat co-branding, bersama.
Secara bisnispun melihat grafik pertumbuhan yang tinggi. Ditengah lesunya bisnis, di tahun 2017, ternyata omsetnya bertumbuh 17%. Sedangkan profitnya, mencatat pertumbuhan 16%. Manajemen optimis pertumbuhan omset tahun 2018 diperkirakan di kisaran 32%, selanjutnya laba di prediksi akan tumbuh 21%. Sebab jaringan ini akan terus menambah gerainya diberbagai kota. Sebuah angka pertumbuhan yang fantastis, di saat ritel modern I dan A, tidak mampu tumbuh 2 digit. Dan saya haqqul yaqin, ritel muslim yang lain juga bertumbuh seperti itu, bahkan bisa jadi lebih tinggi. Dan ini mempertegas tulisan saya sebelumnya, bahwa terjadi pergeseran ke ritel muslim (bagian dari shifting to the Muslim Market).
Konsep pengembangan jaringan ritel ini, menggunakan model mudhorobah dan musyarokah. Keduanya diterapkan dengan prinsip bagi hasil murni. Singkatnya, dalam konsep mudhorobah investor sebagai Shohibul Maal, dan jaringan ritel sebagai mudhorib. Sedangkan dalam musyarokah, masing-masing pihak harus mengeluarkan modal. Besarannya bisa bervariasi antara investor dan pengelola. Investor diharapkan berasal dari komunitas umat. Bisa kelompok pengajian masjid, pesantren dlsb. Sehingga ritel yang berdiri menjadi milik komunitas. Dan komunitas tersebut, berkomitmen untuk belanja di ritelnya sendiri. Dengan konsep seperti ini, permintaan untuk mengembangkan dan menjadi bagian dari ritel ini, tersebar diseluruh nusantara. Bahkan sampai kewalahan untuk memenuhinya.
Uniknya, jaringan ritel ini, tidak dikembangkan dengan model franchise. Sehingga tidak ada fee yang harus dibayar bagi yang ingin menjadi mitra. Untuk itu, didukung oleh sistem IT yang cukup handal pula. Dan salah satu program tahun- tahun mendatang adalah memperbanyak produk umkm, maupun dengan white label. Untuk meminimize ketergantungan kepada produk-produk utama, dan sekaligus mengedukasi market, agar mencintai produk muslim.
Kita patut bersyukur dengan pertumbuhan yang sudah terjadi. Demikian halnya dengan proyeksi yang direncanakan. Namun, jika di kalkulasi, dengan pertumbuhan yang ada saat ini, masih belum mampu mengejar market leader existing. Dibutuhkan pertumbuhan puluhan, ratusan bahkan ribuan kali lipat untuk menyalibnya. Dan ini tentu bukan pekerjaan ringan. Ini PR besar, bukan hanya buat peritel muslim. Tetapi tanggung jawab semua umat. Ini perlu kerja keras. Dan menuntut adanya ekonomi berjama’ah. Sinergi dari seluruh komponen dan potensi umat. Dan jika mampu melakukan itu, Insya Allah kemenangan itu nyata. Kemenangan yang kita tunggu. Kemenangan ekonomi, yang bertumpu pada penguasaan dan pemberdayaan pasar muslim, lalu bermuara pada kesejahteraan dan kemakmuran umat.
Eh ngomong-ngomong, coba tebak jaringan ritel mana yang saya datangi tersebut 🙂
Blue Sky Lounge, Ahad, 7 Januari 2018