Di salah satu WAG, kami berdiskusi tentang bagaimana mempertahankan dan mengembangkan bisnis rintisan (start up).
Ternyata ada 1001 sebab yang membersamai Start Up, sehingga banyak yang bertumbangan di tengah jalan. Alih-alih tumbuh, berkembang dan membesar. Banyak kemudian terjadi pecah kongsi. Semangat bakar kapal yang menjadi motivasi awal untuk membangun bisnis, ternyata diikuti dengan membakar kapal dan vehicle yang sedang di bangun. Hal ini dipicu oleh sebuah pertanyaan, mengapa rata-rata Start Up tidak tahan lama, dan salah satunya adalah perpecahan dalam manajemen?
Jika mengacu pada pertanyaan di atas, pastinya ada 1001 jawaban sebagaimana pernyataan di atas. Bisa diambil dari berbagai bacaan. Dan masing-masing punya argumen dan jawaban sendiri-sendiri,yang unik dan kasuistik. Tetapi saya tak hendak menguraikan banyak hal. Melainkan, menyalin dari statemen dan pengalaman kawan-kawan di WAG itu, dengan sedikit koreksi typo, dan merapikan tulisan, agar sesuai dengan EYD, tanpa mengubah makna, tanpa menyebut nama.
Case Study
Berikut saya kutip langsung dari pendapat teman-teman :
Saya lagi “lost 2 programmer senior”, dan lagi sakit ati (tadinya) sourcecode dijual tanpa ijin. Lagi mencoba build tim lagi. Mohon doanya. Begitu pendapat salah satu kawan pemilik Start Up, yang dikhianati partner nya.
Kalo yayasan kami, pernah kehilangan orang dan asset. Yg menyakitkan, yg melakukan adalah org kepercayaan kami. Mutlak percaya. Ini pendapat yang bergerak di sosial enterprise.
Positifnya, ada yang gagal ada yang lancar. Ane bisnis 12 tahun juga masih ada goncangan sana sini. Wajar lah namanya hidup. Lesson learned Dan experience nya bikin kita lebih bijak. Dan ujian serta sedihnya jadi penghapus dosa dan peningkat derajat di akhirat. Khusnudzon pada Allah bahwa selama kita sudah melakukan yang terbaik dan sesuai syariat, apapun yang terjadi adalah yang terbaik buat kita. Termasuk semua kegagalannya dan apa yang gak kita suka. Pendapat kawan founder dan owner yang mulai bisnis sejak usia muda.
Saya juga baru aja tadi malam kehilangan partner bisnis di usaha yg di bandung udah 10 tahun lebih padahal malang melintang bersama. Kalau yg ini alasan nya lebih miris lagi. Orang nya juga sampai curhat tapi saya ndak bisa kasih solusi. istri nya protes penghasilan segitu segitu aja. Ga ada peningkatan signifikan. Apalagi kebetulan lagi kena pukulan ke ulu hati. Programer yg ngerjain pekerjaan di project inti bikin masalah. Sehingga semua pembayaran pending karena belum closing.Loss gede banget sampai per kongsi an goncang. Dari 3 partner. 2 sudah loncat dari kapal. Yg satu lagi hampir gila. Literally. Walaupun saya juga pusing dan deg-dengan juga. Tapi kalau give up di sini. Ya sudah. Habis semuanya. Terang founder dan sekaligus owner Start Up yang sudah cukup maju dan berkembang.
Bagi saya, yang berat itu kalau anak buah (partner) gak perform, tetapi teman baik. Dibimbing ngeyel gak mau membaik tapi kalau dipecat kasihan anak istrinya kita kenal, dikawal terus saya kadang kebobolan sendiri..risiko ke perusahaan. sisi manusiawi dan professionalism, kadang saling bertentangan. Sambung seorang profesional dan sedang menginisiasi beberapa Start Up.
Lima Tahun
Meskipun tidak selamanya begitu, namun seringkali ukuran usia perusahaan selama 5 tahun itu, jadi parameter langgeng atau tidaknya sebuah Start Up, alias perkongsian dalam bisnis.
Gampang pecah? Saya pernah bikin tulisan, hasil riset kecil-kecilan dan juga berdasarkan riset SBA, ternyata tidak sampai 30% Kongsi bisnis itu bisa bertahan sampai 5 tahun. Artinya sudah pecah kongsi sebelum itu.
Ada apa dengan 5 tahun yah? timpal seorang kawan yang punya bisnis hosting. Di bisnis hosting, ujiannya itu temen-temen percaya ada di 18 bulan awal, dan lima tahun. Setelah lima tahun itu, biasanya langsam. Tapi, banyak yang rontok di 18 bulan dan tahun ke lima
Kalau di bisnis retail. Angka 3, 5, 7 tahun itu seperti angka sakral. Ada ujian naik maqom di situ. Survive or die. Ndak hanya masalah trust. Banyak faktor yg lebih manusiawi yg harus jadi perhitungan.
Nasihat
Optimimisme, kawan-kawan dapat dilihat dari berbagai pendapat ini. Mereka selalu saling menasihati, dan mengingatkan.
Iya bener banget ini. Ujungnya kalo cuma ngejarin omzet, profit, dan semua diukur dan diusahakan pake logika aja ya sakit sendiri nanti. Lurusin niat semua usaha kita ini njemput Rizki. Urusan kita cuma usaha, sambil tawakkal. Urusan hasil Allah yang tentukan. Seneng ga seneng kita atas apa yang Allah kasih, insya Allah tetap itu yang terbaik buat kita.Jadi ya tetep kudu seneng. Di dunia mampir doang kok. Gak lama juga boarding ke akhirat.
Ternyata emang semua ini sejarah yg berulang, ga ada yg baru, kejadian saya dan teman-teman lain punya hal yg sama. Dan emang point penting nyari partner ya kejujuran seperti yg disimpulkan sama mas bayu. Andai jujur partner saya, saya lebih ridho dr pd harus sembunyi
Begitulah manusia, tidak maksum kecuali Rasulullah SAW. Sejak 1998, sudah lebih dari 7 perusahaan yang saya inisiasi. Ada yang bubar karena khianat (pecah kongsi), ada yang bubar secara baik-baik, ada yang didiamkan trus akhirnya mati sendiri. Semua membawa hikmah. Tanpa harus mencari kambing hitam. Kita mesti introspeksi diri. Pasti ada konstribusi kita, disetiap problem di perusahaan. Seringkali saya melihat dari pendekatan saya sendiri, sementara partner juga punya sudut pandang. Jika gak ketemu, meski awalnya perbedaan kecil, semakin lama deviasinya semakin melebar. Maka menyamakan visi dgn partner harus sesering mungkin. *Iman saja kadang naik kadang turun, dan Allah memerintahkan untuk selalu memperbaikinya dgn Laa ilaaha IllaLlah*
Maka menyamakan visi dgn partner harus sesering mungkin. >>> menjaga utk selalu sinkron dng visi awal, selalu harus *jujur* utk setiap kali sesi penyamaan visi. Kalau boleh disarikan, inti hikmah atau pelajaran yg didapat adalah *tingginya nilai-nilai KEJUJURAN* yang harus dipegang oleh setiap kita pelaku kerja. Jujur adalah sumber / biang keladi segalanya.
Luar biasa perjuangan teman semua dalam membangun usaha mandiri. Barakallah fiikum, semoga Allah berikan berkah dalam semua usaha, meskipun kita merasa masih gagal.
Saya sangat terharu membaca tulisan di WAG ini tadi malam dan pagi ini. Timpal seorang senior yang sudah banyak makan garam, membangun dan membimbing lahirnya Start Up
Melibatkan Allah
Bersyukurnya berada dalam WAG yang berisi kumpulan orang-orang sholeh, dan terus berusaha menjadi sholeh. Sehingga keberhasilan ataupun kegagalan, dimaknai semua berasal dari Allah. Ada ujian, ada anugerah dari Allah. Apapun itu hasilnya. Sebagaimana diungkapkan sahabat ini.
Masya Allah, ini dari tadi malam sampai sekarang saya berusaha untuk mencoba menerima takdir yg sudah terjadi, berusaha ikhlas, berusaha khusnudzon dan yakin Allah punya rencana lain. Bisa jd selama ini saya lebih banyak menggunakan akal aja yang lebih.
Inilah sosok entreprenur muslim yang membangun Start Up, dengan perjuangan yang luar biasa. Ada yang berhasil ada yang gagal itu hal biasa. Semuanya itu, merupakan bagian dari proses. Dan tugas manusia adalah usaha semaksimal dan seprofesional mungkin, soal hasil akhir itu urusan Allah SWT. Sehingga nyaman rasanya jika setiap aktivitas kita, termasuk membangun Start Up selalu melibatkan Allah SWT. Artinya, seluruh aktivitas kita diniatkan sebagai Ibadah. Olehnya selalu ada ruang bagi kita untuk selalu serius berusaha dan berkarya, disaat yang bersamaan, sekaligus serius beribadah. Dan inilah tantangan sesungguhnya dalam membangun Start Up. Wallahu a’lam.
Batik Air, HLP-SUB, 6 Januari 2018
Saya suka dengan tulisannya.
Dan memang kejujuran dan Lillah itu adalah 2 point inti dalam membangun bisnis.
Apalagi yang sifatnya teamwork, kita harus munculkan kepercayaan antar team.
Terutama sebagai leader, saya harus bisa percaya bahwa team saya bisa saling membantu dan meksukseskan.
…
Terimakasih pak, tulisannya mengingatkan saya kembali akan tujuan saya berbisnis untuk apa.
terimakasih. semoga bermanfaat :0