Kronik, Peradaban

Motivasi Awal Tahun


Ada sebuah dorongan berupa semangat baru, setiap memasuki awal tahun. Meski tidak ada tuntunannya, tetapi ini menjadi semacam ritual tahunan. Biasanya didahului dengan dirumuskannya resolusi. Suatu pernyataan tekad, yang berusaha memperbaiki diri dari kesalahan dan kekurangan tahun sebelumnya, serta pencapaian yang ingin di raih di tahun ini.

Dan sebelum membuat resolusi, tentunya terlebih dahulu  telah dirumuskan visi hidup. Sebagai gambaran apa yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu. Permasalahannya adalah ternyata  tidak dan/atau belum merumuskan visi hidup. Jika kita sebagai manusia, dan terlebih mengaku muslim apalagi beriman, terus hidup tanpa visi, ibarat kita mau pergi, tetapi tidak  mengendarai kendaraan apa, dan tidak tahu kemana yang dituju. Tidak faham apa yang harus dilakukan. Hanya mengikuti kemana arah angin. Tanpa pegangan, tidak ada kompas yang memandu dan seterusnya. Bisa jadi hanya mengikuti insting, atau cuma ikut-ikutan orang lain. Akibatnya mudah di tebak hidupnya akan terombang-ambingkan oleh waktu. Tidak ada kendali. Menuruti hawa nafsu. Dan sangat mungkin akhirnya, terperosok ke jurang. Bahkan tersesat dan hilang arah.

Olehnya,  sejak awal kita mesti menata diri. Merencanakan masa depan. Merumuskan dan menetapkan visi hidup. Menyusun roadmaps, dan seterusnya.  Lalu berkomitmen untuk mengikuti peta jalan yang ada. Sebab kita tahu arah yang dituju. Berapa lama kemungkinan ditempuh. Dan kini telah sampai dimana. Ibaratnya, hidup kita dipandu oleh GPS. Jika sempat salah jalan, ada yang mengarahkan ke jalan yang benar. Ada rambu-rambu yang bisa dilihat, dibaca yang menjadi pemandu arah.

Kendati demikian, yang namanya hidup pasti ada ujian. Ada aral melintang yang menghadang. Tidak perlu menghindar. Tidak usah patah semangat. Bahkan tidak mesti menunggu motivator untuk mengetahui kelemahan kita, kemudian memberi motivasi untuk membangkitkan diri kita. Kata kuncinya, kita perlu self evaluation. Evaluasi diri sendiri terus menerus. Jika kita rutin bermuhasabah, maka kita akan menjumpai kekurangan dan kelemahan diri, kemudian bisa menemukan jawabannya. Kita hanya butuh sedikit effort. Sedikit kerja keras. Sedikit pembiasaan diri untuk selalu muhasabah tadi.

Dari situ kita bertekad sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Sahabat Ali bin Abi Tholib r.a, “Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat.”. Dari beberapa literatur yang saya baca, ada yang mengatakan bahwa hadits ini derajatnya lemah (dhaif), bahkan ada yang bilang majhul (palsu). Namum, matan dan konteks hadits di atas sangat pas untuk motivasi diri kita, dalam segala situasi. Agar dalam menjalani hidup, kita mesti harus selalu progresif dan terus memperbaiki amal ibadah, berprestasi, unggul, menjadi yang terbaik dan seterusnya, dalam rangka menjadi  insan kamil. Dan Insya Allah, hari-hari mendatang adalah kesuksesan hidup kita. Baik di dunia, maupun di akhirat kelak. Semoga Allah ta’ala selalu membimbing kita.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.