entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship

Dua Senjata Konsultan


consultingSaya sudah lama berkenalan dengan profesi konsultan. Dan dalam beberapa kesempatan, saya pun juga menjadi bagian dari itu. Akan tetapi, meski bertahun-tahun bergelut disitu, ternyata masih belum ngeh bener, apa sesungguhnya yang di jual oleh konsultan itu. Bahkan dengan sedikit apriori, banyak yang berseloroh jika trainer dan motivator itu jualan abab, alias kata-kata dan omongan, lain halnya dengan konsultan. Dia jualan kertas, semakin tebal rekomendasi, analisa yang di buat, maka buku yang di cetak menjadi tebal dan ini berati semakin tebal pula bayaran yang di peroleh. Pendapat ini, tidak sepenuhnya salah, sebab praktek seperti ini lazim di dunia per-konsultanan di negeri ini. Apalagi jika berhadapan dengan proyek-proyek pemerintah, maka seloroh itu, menemukan jawabannya dengan tepat.

Saya pernah mendapat cerita, dari seorang senior mantan pemimpin proyek diperusahaan Telco terbesar di negeri ini. Beberapa tahun lalu, perusahaan ini dihadapkan pada permasalahan bagaimana untuk mengubah bisnisnya, yang selama ini stagnan, tidak bergerak dan menuju jurang kebangkrutan. Untuk tumbuh, bangkit dan mampu bertarung. Kemudian perusahaan itu mendatangkan konsultan dari negeri Paman Sam. Mereka tidak menawarkan untuk dibayar, akan tetapi menawarkan terhadap setiap kenaikan profit yang di dapat akibat dari menjalankan rekomendasi dari konsultan itu, maka hasilnya sekian persen masuk ke konsultan itu, Dan disepakati kontraknya sampai dengan beberapa tahun. Dan hasilnya, memang luar biasa, dalam satu tahun terjadi peningkatan profit ratusan milyar. Akibatnya si konsultan juga mengumpulkan pundi-pundinya milyaran rupiah dari hasil perusahaan itu. Bahkan jika dikonversi dengan jasa kontrak mandays, man hour atau man month hasilnya lebih besar dengan pola ini. Dan inilah kreatifitas konsultan.

Lain halnya dengan cerita kawan yang ada di perusahaan oil and gas. Meski bisnis oil and gas ini biasanya sudah memiliki system yang proven, tetapi di tangan konsultan, masih ada saja celahnya. “Hanya” dengan mengubah model SCM (Supply Chain Management) dan terutama pada aspek procurement, dari yang terdesentrailisasi pada masing-masing departemen, menjadi terpusat, maka yang terjadi adalah penghematan ratusan milyar pula. Karena banyak pos-pos pemborosan dan kemungkinan kebocoran yang bisa di pangkas dan ditutup. Dan lagi-lagi, meski ini dengan konsultan lain, cara kerjanya sama, yaitu tanpa di bayar, akan tetapi jika terjadi penghematan, maka sekian persen dari penghematan itu menjadi hak/kompensasi bagi konsulltan.

Menurut senior tadi, inilah yang mereka sebut dengan cari duit tanpa duit. Dan ini sesungguhnya cara kerja konsultan itu. Sejatinya konsultan itu jualan harapan dengan basis best practice. Hal ini kemudian menjadi jawaban, mengapa semakin senior seorang konsultan atau semakin lama/besar sebuah perusahaan konsultan berdiri, maka kemungkinan besar hasil konsultasinya lebih akurat dan sesuai dengan kebutuhan. Karena itu tadi, mereka telah berhadapan dan bergelut dengan permasalahan yang “sama” bertahun-tahun, demikian juga dengan berbagai sebaran industry. Meskipun dalam satu industri yang sama, tidak bias persis formula yang di tawarkan, akan tetapi dari best practice inilah kemudian akan mempermudah untuk memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh sebuah perusahaan.

Senjata Pamungkas

Ketika mendapat contoh dari 2 senior di atas, saya masih belum ngeh betul. Saya ternyata belum bias merangkai puzzle dari mereka. Sampai kemudian kemarin dalam salah satu workshop, saya ketemu seorang senior konsultan yang pernah bekerja puluhan tahun di salah satu the big five consulting firm. Dalam sebuah obrolan disela-sela workshop beliau berkata.”Sesungguhnya konsultan itu hanya jualan dua hal, yang pertama growth yang kedua cost reduction/cut cost.”. Eureka, ternyata ini puzzle yang saya tunggu itu. Dua contoh dari senior di atas ternyata adaah jawabannya. Contoh yang pertama adalah bagaimana konsultan menjual growth, atas perusahaan yang stagnan. Sehingga perusahaan bisa tumbuh dan meningkatkan profitnya. Tentu saja disitu penuh dengan metodologi dan best practice yang ada. Demikian juga contoh yang kedua, ternyata ini adalah model bagaimana konsultan menawarkan cost reduction/cut cost, sehingga terjadi penghematan dan menutup kebocoran disana sini. Tentu juga dengan metodologi dan best practice yang telah teruji.

Ternyata, bekerja sebagai konsultan, menurut senior tadi mudah dan sederhana ya. Tidak perlu menawarkan yang macem-macem, cukup dengan 2 (dua) senjata pamungkas itu saja. Namun memang tidak semudah membuka telapak tangan, meski ternyata hanya menawarkan 2 (dua) hal, tentu saja seorang konsultan harus memiliki kopmpetensi di bidangnya, dan yang lebih penting adalah terus menerus berkarya agar memiliki jam terbang yang tinggi. Tapi ada lagi yang menarik dari senior tadi, “selama menjadi konsultan saya hanya percaya pada 2 hal, pertama Allah, kedua best practice” , begitu katanya. Jadi mau jadi konsultan.

Advertisement

3 thoughts on “Dua Senjata Konsultan”

  1. “…kedua best practice”, ya! Karena itulah “darahnya” konsultan. Dialah perekam jejak segala kesuksesan di setiap client yg didatanginya, dan itulah disebut “best practice”. 🙂
    Setiap client disatu sisi adalah siap menerima info best practice; bila dia sakit, atau siap menularkan obatnya atau best practice-nya kpd konsultan secara langsung maupun perusahaan lain calon client si konsultan secara tidak langsung. “Menarik” kan jadi konsultan? Hehehee…
    Rekam dan ceramahkan!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.