Islam, Peradaban

Ramadhan Sepanjang Tahun


munajatTidak terasa, ramadhan telah berlalu meninggalkan kita,  lebih dari sepekan. Tentu banyak pengalaman ruhiyah yang menghiasinya, dan secara pribadi masih terkasan dan terasa atsar-nya seluruh aktifitas di bulan suci itu. Hari-hari itu, seolah tidak ada penghalang bagi kita untuk beribadah. Apakah ini karena efek dari dibelenggunya syaitan di waktu itu. Atau memang karena, bulan itu sengaja di persiapkan oleh Allah swt untuk kita, sebagai wahana tarbiyah (pembelajaran) untuk meraih predikat taqwa. Sehingga setiap aktifitas yang dilakukan, menjadi tidak terasa menjadi beban. Karena ada sarana dan motivasi yang jelas. Sarananya berupa suasana dan lingkungan yang memang mendukung, sedangkan motivasinya adalah ketaqwaan yang akan diperoleh, jika selama dalam “sekolah” ramadhan tersebut kita bisa lulus dengan baik.

 

Mari sedikit kita review aktivitas ramadhan kita. Betapa entengnya kaki ini melangkah untuk melaksanakan ibadah. Baik yang mahdhoh (wajib) maupun yang ghoiru mahdhoh (sunnah). Semuanya dilakukan tanpa beban. Bahkan 24 jam dalam sehari, rasanya masih terasa kurang waktu untuk ibadah. Ghirah (semangat) ketika ramadhan itu, praktis menyala-nyala, seolah tidak ada matinya. Sholat wajib kita, selalu tepat waktu dan berjama’ah di Masjid. Diikuti dengan wirid dan dzikir yang panjang. Demikian pula tilawah yang kita lakukan juga tidak ada putusnya. Bahkan berkali-kali kebanyakan dari kita yang khatam 30 juz al-Qur’an selama ramadhan. Malam-malam bulan ramadhan juga kita tegakkan dengan Qiyamul Lail. Bahkan tidak sedikit, yang sudah sholat tarawih bakda sholat Isya’, kemudian masih dilanjutkan dengan tahajud di 1/3 malam terakhir. Itupun tidak sedikit yang dalam semalam (11 rekaat) berlalu dengan 1 juz. Do’a kita dimalam-malam itu begitu syahdu, dengan penuh harap agar terbebas dari api neraka . Pun demikian Qunut Nazilah kita, baik secara sendiri, ataupun mengamini Imam, dengan ringan kita panjatkan demi kemenangan saudara-saudara kita yang tertindas dan teraniaya, baik di Gaza, Suriah, Mesir, Afghanistan, Iraq, Rohingnya dan di semua tempat. Air mata kitapun meleleh karenanya. Selanjutnya I’tikaf kita dalam sepuluh hari terakhir, juga memberikan kesan yang mendalam. Kita berdiam diri di masjid, dan bersasyik-masyuk bermunajat kepada-Nya. Tak lupa, Zakat dan sedekah kita, dengan tanpa beban, mengalir dan berpindah dari rekening kita, cukup dengan menekan Mobile Banking, kemudian zakat kita telah berpindah dari rekening kita ke rekening Lembaga Amil Zakat yang kita percayai. Atau ke saudara dan tetangga terdekat kita. Demikian aktifitas-aktifitas positif lainnya.

Melihat kenyataan di atas, pendek kata, ingin rasanya Ramadhan itu tidak cepat berlalu. Jika mungkin, dalam 1 tahun, semua bulan adalah ramadhan. Namun Allah jualah yang mempergilirkan waktu, yang kemudian berpindah dari detik ke menit dan seterusnya, sehingga Ramadhanpun harus berlalu dan bergantilah dengan Syawwal. Baru sepekan lebih sedikit ramadhan meninggalkan kita, namun jika kita jujur, maka kualitas dan kuantitas ibadah kita, mulai terasa berkurang dibanding bulan ramadhan yang lalu. Apanya yang salah. Padahal, syawwal itu artinya peningkatan. Seharusnya justru di bulan inilah intensitas dan mutu ibadah kita, jauh lebih meningkat di banding ramadhan. Namun, ternyata grafiknya malah menurun. Meski saya juga masih menukan pribadi-pribadi yang tetap istiqomah, bahkan mengalami perbaikan ibadahnya, setelah ramadhan berlalu. Tetapi itu jumlahnya sedikit.

Saya yakin. Seperti saya, andapun ingin menjaga bahkan meningkatkan ibadah sebagaimana selama ramadhan. Oleh karenanya, jangan buang waktu. Tidak ada salahnya jika kita melakukan muhasabah (perhitungan) atas aktifitas kita selepas ramadhan. Jika hari ini, sudah kita rasakan ada penurunan, maka secara pribadi, kita harus bisa memotivasi diri, untuk selalu memperbaiki diri. Berat memang, tetapi bukan tidak mungkin. Jika kita mulai dari yang terkecil, yaitu diri kita sendiri, dan kemudian keluarga dan dilingkungan sekitar kita untuk me-ramadhan-kan bulan-bulan berikutnya. Sehingga ada suasana saling menasehati dan mengingatkan, maka Insya Allah, kualitas dan kuantitas ibadah kita semakin terjaga. Dan ketaqwaan yang telah dengan susah payah kita upayakan selama ramadhan kemarin, tidak pergi begitu saja. Akan tetapi tetap kita jaga, bahkan dengan predikat taqwa yang lebih baik lagi.

Oleh sebab itu, ditengah kesibukan dan rutinitas kerja yang sudah mulai menemani kita, mari kita tetap menjaga sholat 5 waktu kita, diawal waktu dan berjama’ah di Masjid. Wirid dan dzikir kita tetap di lakukan. Ibadah-ibadah sunnah, sholat qobliyah dan bakdiyah jangan di tinggalkan. Qiyamul lail (tahajud) tetap kita tegakkan. Tilawah al Qur’an tetap kita rutinkan, shadaqoh tetap kita tunaikan, dan seterusnya. Jika semuanya ini -sebagaimana di bulan ramadhan- enteng kita lakukan. Maka sejatinya kita telah bisa me-ramadhan-kan semua bulan sepanjang tahun. Semoga…….

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.