Seberapa pun jauh jarak yang di tempuh, perubahan tetap harus dimungkinkan. Itulah prinsip manajemen perubahan – Renald Khasali
Hari ini, saya bertemu dengan 2 (dua) orang, yang sedang di rundung masalah. Yaitu sama-sama bisnis dan perusahaannya mengalami kemunduran, jika tidak bisa dibilang jatuh. Kami bertemu di dua tempat, waktu dan di situasi yang berbeda. Intinya sama, mereka bercerita tentang bagaimana bisnisnya mengalami kejatuhan. Tentu saja dengan berbagai cerita yang dibumbui kisah yang mengharu biru. Satu orang bercerita, bagaimana dia jatuh di satu bisnis, dan kemudian berpindah-pindah bisnis, sampai sekian tahun belum move on juga, dan masih merasa terpuruk. Sahabat lainnya, bercerita tentang bagaimana dia sudah bertahun-tahun dia dalam satu bisnis, tetapi setelah tahun ke-15 mengalami goncangan hebat, dan terpuruk habis. Meski dengan kasus yang berbeda sebenarnya merea juga sedang berkonsultasi dan berhadapan dengan orang yang sedang mengalami hal yang sama. Yaitu saya hehehehe.
Dalam hal ini, meskipun bisnis saya sedang terjerembab juga, saya berusaha untuk tenang menghadapi kedua sahabat saya ini. Saya lihat dari raut wajahnya, sesungguhnya mereka mampu menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Dan sebenarnya, apa yang disampaikan mereka saat berdiskusi, sebagaian besar adalah solusi yang sebenarnya sudah dia ketahui. Selain itu, saya menyaksikan juga bahwa mereka adalah orang-orang yang sholeh, hal ini nampak jelas dari sinar optimisme yang menyala-nyala, yang tergambar saat menyampaikan problemnya. Meski sesekali, nada suaranya nampak melemah, namun intonasi dan pilihan bahasanya itu tidak bisa membohongi.”Saya, kali ini memang jatuh, tetapi saya tidak akan surut kebelakang dan menyesali, saya akan tetap maju ke depan, Insya Allah akan ada jalan keluarnya, pada saatnya,” kira-kira begitu yang di ucapkannya.
Jadi dalam mengatasi masalahnya, kedua orang ini, paling tidak sudah memiliki bayangan solusinya, bukan buta sama sekali. Justru saya melihat masalahnya ada di 2(dua) hal. Yaitu problem komunikasi dan eksekusi. Dia tidak ada teman yang bisa di ajak berdiskusi, paling tidak mendengarkan keluhannya. Dan dari situ, dia juga tidak punya teman yang dimintai pertimbangan dalam melakukan eksekusi, kendati dia sudah memiliki solusi. Sebab orang yang sedang bermasalah, seringkali melihat orang lain itu sebagai “lawan”, dan seolah mincibir dirinya. Padahal sejatinya tidak begitu. Ini cuman perasaan saja yang mengemuka. Sementara untuk melakukan eksekusi, dia menjadi ragu, karena bayangan atas kegagalan yang dihadapi. Jika tidak, maka seringkali keputusan yang di ambil akan salah. Dan inilah yang kemudian menyebabkan rasa PD nya seolah menghilang.
Ujian Kehidupan
Nah dalam kondisi seperti tersebut, maka kita harus mampu memaknai bahwa ini adalah sebuah ujian yang datang dari sang Khalik. Meskipun demikian, kita harus menoleh kembali kebelakang, bukan untuk menyesali, akan tetapi untuk melakukan instrospeksi, jangan-jangan ada yang salah selama menjalankan aktifitas bisnis. Bisa jadi terkait dengan manajemen bisnis, atau bisa jadi dalam orientasi bisnis kita, atau bahkan lebih jauh lagi ada ibadah kita yang kurang baik selama ini. Instropeksi seperti ini penting, untuk kemudian kita bisa mendeteksi, apakah ini ujian yang memang semestinya kita hadapi.
Jika di ibaratkan kita sedang menempuh ujian di sekolah. Maka seringkali kita bingung, mungkin diisi dengan asal, atau dikosongkan, jika kita tidak mampu menjawab soal ujian. Konsekwensi yang di dapatkan adalah nilai jelek atau mungkin tidak lulus. Dan disini, problemnya bukan pada soal ujiannya yang salah. Akan tetapi karena kita tidak tahu jawaban, atas soal itu. Bisa jadi karena memang materi itu belum di ajarkan, bisa pula kita tidak belajar atas pelajaran yang telah diberikan kepada kita. Sehingga kita tidak tahu jawabannya. Lain halnya dalam menghadapi ujian kehidupan. Jika sampai sekarang masalah yang kita hadapi, sebagai sahabat saya tadi, belum ketemu jalan keluar, bukan berarti masalahnya yang salah. Akan tetapi merekalah yang belum tahu jawaban atas masalah yag dihadapi. Dan konsekwensi yang dihadapi, bisa jika menyangkut hutang-piutang misalnya, kan berujung ke penjara. Jadi dalam menghadapi ujian kehidupan, kita tidak boleh berhenti atau putus asa. Akan tetapi harus berjuang mencari jalan keluar dengan penuh keyakinan dan kesabaran, serta belajar dari orang-orang yang telah terlebih dahulu di uji dalam kehidupannya. Tanpa itu, kita tidak akan pernah bisa menyelesaikan ujian kehidupan.
Berubah sebuah keniscayaan.
Lolos dan lulusnya kita dalam menghadapi ujian kehidupan, memang bisa dengan berbagai cara. Akan tetapi sebagai saya sampaikan kepada sahabat saya, yang sesungguhnya saya juga sedang menasehati diri saya sendiri, adalah kita harus berubah. Jika dalam ujian sekolah, jawaban sama dengan saat ujian itu di buat. Lain halnya dengan ujian kehidupan, bisa jadi jawaban atas masalah yang kita hadapi, jalan keluarnya tidak dengan saat masalah itu muncul. Kita tidak bisa pada posisi dan kondisi yang sama, untuk menyelesaiakan ujian kehidupan, dengan cara yang sama dengan waktu masalah itu muncul. Disinilah mau-tidak mau, suka tidak suka, kita harus berubah. Jika tidak berubah, bisa jadi, kita tidak akan pernah menyelesaikan permasalahan itu, atau bisa jadi akan diperhadapkan permasalahan yang sama dikemudian hari.
Nah perubahan yang benar tentunya, bukan untuk menambah permasalahan baru. Akan tetapi menuju satu tujuan, yaitu menyelesaikan masalah, demi kebaikan. Jadi tidak menjadi soal, apakah kita melangkah sudah terlalu jauh, untuk kemudian melakukan perubahan. Sebab, jika sudut deviasi kesalahan berlarut-larut kita jalani, maka lambat-laun akan semakin melebar pula, dan kemudian jauh dari tujuan utama. Maka putar balik adalah sebuah pilihan, yang paling bijak. Bisa jadi kita berputar untuk beberapa langkah ke belakang, bisa jadi kita kembali ke titik nol, atau bahkan ke titik minus. Itu semua bukan hal yang tabu Sebagaimana masalah yang di hadapi 2 (dua) orang kawan tadi, ketidakmampuannya untuk melakukan komunikasi dan eksekusi, menyebabkan permasalahannya berlarut-larut. Mereka mungkin malu ketika masalah yang sesungguhnya diketahui orang lain, atau keputusannya tidak tepat. Oleh karenanya mereka perlu putar balik. Membuang jauh-jauh ego-nya. Maka, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi mereka berdua, nasehat yang saya sampaikan kepada mereka berdua, dan juga kepada diri saya sendiri, sama. Yaitu BERUBAHLAH.