entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship

The Living Company (Agar Perusahaan Berumur Panjang)


tumbuhSetelah dipostingan sebelumnya, kita membahas tentang keberlangsungan hidup sebuah perusahaan, dimana di dalamnya juga disampaiiakan tabel hasil penelitian dari SBA  (Small Business Administration) tentang usia perusahaan yang didirikan tahun 1998. Dan kemudian kita mendapati fakta bahwa, setelah berumur 7 tahun, rata-rata tinggal 31,18% yang masih bertahan hidup. Nah, ditulisan kali ini, saya sengaja  menyadur  sebagian besar dari buku Chaotics, karya Philips Kotler dan John A. Caslione, yang ternyata juga bersumber  dari buku The Living Company karya Arie de Geus, mendapatkan fakta yang menarik, tentang rata-rata harapan hidup perusahaan di Jepang dan Eropa, serta  bagaimana agar perusahaan dapat berumur panjang. Bahkan sampai ratusan tahun, sesuatu yang mungkin juga ingin kita lakukan dan banyak contoh kisah suksesnya.

Adalah Arie de Geus, saat itu usianya 38 tahun, jabatannya line manager Royal Dutch Shell, yang menyebabkan dia harus tinggal di tiga benua, untuk melaksanakan tugasnya itu. Dan di Shell, jabatan terakhirnya adalah direktur perencanaan perusahaan yang bertanggungjawab atas perencanaan dan sekenario bisnis. Saat masih di Shell, de Geus memulai studi atas sejumlah perusahaan yag berumur panjang. Ia ingin tahu apakah perusahaan-perusahaan ini dikelola dengan seperangkat sifat dan prioritas yang umum. Semakin dlam penelitiannya atas perushanaan-perusahaan tersebut, semakin besar kekhawatirannya akan harapan hidup. Tulisannya, “Harapan hidup rata-rata sebuah perusahaaan seharusnya dua- sampai tiga abad,”

Pernyataan de Geus itu tidak mengada-ada. Untuk memperkuat argumennya itu, de Geus mengutip riset di Belanda atas harapan hidup perusahaan di Jepang dan Eropa, yakni rata-rata 12,5 tahun. “Harapan hidup rata-rata perusahaan multinasional – Fortune 500 atau setara dengannya- adalah antara 40 – 50 tahun,” tulisnya, sambil melanjutkan bahwa sepertiga perusahaan yang masuk Fortune 500 pada tahun 1970-an menghilang pada tahun 1993 – diakuisisi, dimerger atau dipecah. Ada beberapa pengecualian, misalnya Stora, yang memulai beroperasi lebih dari 700 tahun yang lalu sebagai perusahaan tambang tembaga di Swedia bagian tengah. Juga Sumitomo, yang pada awalnya bengkel cetak baja di Kyoto, Jepang, yang didirikan pada tahun 1590. Akan tetapi, de Geus menyatakan kesenjangan yang lebar antara harapan hidup maksimal sebagian besar perusahaan dan rata-rata realisasinya menunjukkan luar biasanya potensi yang tersia-siakan dan hancurnya dunia kerja serta masyarakat di perusahaan.

Mereka Yang Panjang Umur

Dalam bukunya The Living Company, de Gaus mempublikasikan temuanya, bahwa selain perusahaan yang umurnya mencapai 500 tahun, beberapa hidup sampai lebih dari 200 tahun, misalnya DuPont, yang didirikan pada tahun 1802. Dalam bukunya itu, secara umum ia menemukan tigapuluh perusahaan sudah beroperasi selama setidaknya 100 tahun. Mereka antara lain W.R Grace (didirikan tahun 1854), Kodak (berdiri tahun 1888), Mitsui (berdiri 1876), dan Siemens (berdiri tahun 1847).  Serta masih banyak lagi perusahaan dari seluruh belahan dunia ini, yang umurnya lebih dari 100 tahun. Bahkan di Jepang konon ribuan perusahaan yang usianya lebih dari 100 tahun ini..  Untuk  Indonesia misalnya BRI (Bank Rakyat Indonesia) yang didirikan tahun 1895, dan Asuransi AJB Bumi Putra 1912 (didirikan tahun 1912). Menurut de Geus, kesimpulannya sederhana saja : perusahaan adalah “makhluk hidup” yang dapat bertahan dan bertumbuh kembang selama berabad-abad, asalkan mau berfokus pada aspek-aspek tertentu, memiliki karakter dalam operasionalnya.

De Geus, dalam analisisnya mengungkap bahwa perusahaan yang naik ke status “perusahaan hidup’ punya empat sifat khas :

  1. Kepekaan terhadap dunia sekeliling. Perusahaan panjang umur meniru, belajar, dan beradaptasi dengan apa yang terjadi disekitarnya.
  2. Kesadaran akan identitasnya. Perusahaan sangat kohesif dan memiliki rasa identitas yang kuat berkat kemampuan membangun masyarakat bersama
  3. Toleransi terhadap ide-ide baru. Perusahaan sabar, umumnya tidak tersentralisir, dengan otoritas mengambil keputusan yang merata serta tolerasn terhadap aktifitas”non inti” di wilayahnya ( yang kelak mungkin saja menjadi inti/core business nya)
  4. Konservatif dalam keuangan. Perusahaan konservatif dengan uang-nya, yang digunakan untuk mengatur pertumbuhannya sendiri dan memberi pilihan.

Beginilah Cara Mereka Bertahan Hidup

Tidak ada perusahan yang berjalan mulus tanpa ‘prahara” yang kemudian mengantarkan mereka sampai pada usia ratusan tahun itu. Turbulensi atau prahara dating kapan saja, bahkan dalam waktu dan situasi yang tak terduga. Selama periode turbulensi ini, tentu perusahaan menghadapi tekanan, himpitan, dan di uji dalam berbagai tingkatan, kadang sebegitu berat hingga tidak mampu pulih secara penuh. Perusahaan ini justru bisa mature, karena dia telah melewati masa prahara ini. Dia bisa dating berkali-kali. Kadang kala turbulensi yang haditr saat ini, atau kedepan, ternyata lebih hebat dari masa lalu, sebab turbulensi cenderung episodic dan terjadi bersamaam dengan peristiwa besar di eksternal perusahaan. Studi de Geus atas perusahaan yang telah berumur 100 tahun lebih itu, semuanya pernah melewati beberapa turbulensi yang paling keras dan dahsyat. Kemampuan bertahan dan keluar lebih kuat, jelas di dukung oleh sifat serta prioritas yang ditemukan oleh de Geus di atas.

Dari penelitiannya itu, de Geus mencatat bahwa ketigapuluh perusahaan panjang umur yang di telitinya, ternyata sangat meprioritaskan hal-hal berikut :

  1. Menghargai orang, bukan asset
  2. Melonggarkan kemudi dan kendali
  3. Mengorganisir pembelajaran
  4. Membentuk masyarakat manusia di perusahaan

Saya, dan kita semua tentu ingin bahwa perusahaan yang kita dirikan tidak seumur jagung, bahkan lebih singkat lagi. Kita ingin perusahaan kita berumur panjang,  ratusan tahun, sebagaimana yang dicontohkan di atas dan kemudian bermanfaat untuk kemaslahatan bersama. Maka,  apa yang disampaikan de Geus tersebut layak untuk kita ikuti. Selain tentu saja ikhtiar, amal, ibadah dan do’a kita jangan sampai putus. Dan selebihnya, Allah yang akan menggariskan takdirnya untuk kita.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.