Dear Team,
Panitia telah mengumumkan pemenang tender dengan menunjuk perusahaan lain sebagai pemenangnya. Semoga ini ja;an terbaik buat kita semua…..Amin. Terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya yang luar biasa dari rekans semua, dalam mempersiapkan tender ini.
Kalimat di atas merupakan BBM dari salah satu partner kami., beberapa hari lalu, yang di tujukan beberapa partner lain, termasuk saya, menyikapi, kalahnya kami dalam salah satu tender. Saya menerima BBM ini, jam 20.03 malam, ketika masih dalam perjalanan pulang dari kantor, menuju rumah. Meskipun rangkaian kalimat yang di tulis partner saya itu kelihatan sederhana, tanpa pilihan diksi yang membuat penekanan pada kalimat yang di susunnya itu, tetapi BBM tadi, menjadi pukulan telak buat kami.
Bagaimana tidak. Telah beberapa bulan, team up disiapkan. Kita bekerja sepanjang hari, dan bahkan beberapa lembur dan kali nge –champ, untuk mempersiapkan semua persyaratan tender itu. Meskipun kami hanya bagian kecil dari project yang cukup besar ini, tetapi sejatinya peran dan kehadiran kami dalam keseluruhan project ini menjadi cukup vital. Project yang multi disiplin ini, sesungguhnya benar-benar challenges bagi kami. Kami juga mengeluarkan full and best team untuk support, semenjak tahap persiapan, yang dimulai dari penyusunan proposal. Dengan jangka waktu model penilaian project yang bertingkat dan panjang, membuat energy kami, juga menjadi cukup terkuras disitu. Baik pada saat penyusunan proposal teknis, yang mengantarkan team kami bisa maju ke tahap berikutnya, yaitu financial and business proposal, yang juga tidak sedikit membutuhkan effort. Pendeknya, dalam team itu, telah di persiapkan segala-sesuatunya. Ibarat dalam permainan sepak bola, ini the dream team, tidak ada celah sekecil apapun lawan bisa menembus gawang kita, dan sebaliknya, semuanya sudah terkepung, tinggal menceploskan ke gawang lawan. Sehingga, tidak ada alasan yang bisa dipakai, untuk menggagalkan, atau membuat tem kami kalah.
Rasa Optimis ini bukan tanpa dasar. Selain persiapan kami sudah cukup baik, dari berbagai sudut pandang, bahkan kami juga mengajukan beberapa jalan keluar terbaik yang berdasarkan best practice agar project ini, bisa berjalan dengan mulus nantinya. Bahkan, sehari sebelum tender itu di umumkan pemenangnya, team masih memiliki keyakinan yang tinggi, bahwa 99,9 %, team kami-lah yang akan memenangkan project itu. Kami juga beridiskusi dengan partner lain, terkait dengan probabilitas kemenangan kami, dan strategi implementasi berikutnya. Dengan berbagai analisa dan pendekatan empiric yang ada, memang sulit kiranya untuk tidak memenangkan team kami. Tetapi, lagi-lagi itu hanya sebatas perhitangan matematis di atas kertas. Meskipun saya yakin panitia, juga menggunakan cara dan teknis perhitungan yang sama, namun ada factor lain yang ternyata juga melekat di situ, yaitu takdir. Saya sadar-sesadar-sadarnya, bahwa meskipun ini masih dalam domain manusia, tetapi peran takdir itu, juga akan menentukan proses selanjutnya. Hitung-hitungan yang ada, memang bisa di pakai dasar untuk membuat keyakinan, tetapi ada “hitungan” lain, yang justru sangat menentukan, yang memiliki ke absolut-tannya tidak diragukan lagi.
Pada awalnya Kecewa
Sebagai manusia, sesaat setelah menerima BBM itu, tentu aja kecewa. Apalagi dalam hitung-hitungan revenue perusahaan kami, jika kami memenangkan tender ini, praktis beberapa tahun ke depan perusahaan kami akan aman, secara cash flow. Kami sudah bermimpi, jika kami menang di tender kali ini, kedepan kami akan focus membuat product dan service yang lebih hebat lagi. Kami akan mempersiapkan research and development, dengan melakukan invasi yang lebih baik lagi. Karena secara finansial kami sudah cukup. Dan beberapa planning lagi, termasuk mempersiapkan kantor yang lebih representative, dengan tingkat kenyamanan yang tinggi. Kami akan mempersiapkan engineer kami, dengan meng-upgrade kemampuan mereka mengikuti trend technology kedepan. Singkatnya, rencana yang baik dan sedikit bermimpi, paling tidak sudah saya buat dalam mind mapping.
Bayangan-bayangan indah tersebut, ternyata, itu semua masih hanya sebatas impian. Belum terealisasi dalam waktu singkat ini. BBM tadi, yang kemudian menjadi semacam timer, yang nyaring bunyinya, dan membangunkan saya dari mimpi. BBM tadi membuyarkan planning yang telah tersusun tersebut.
Jalan terbaik
Setelah menerima BBM itu, memang tidak langsung saya teruskan ke team inti. Saya baca berulang-ulang, dalam suasana yang penuh kegalauan, dan kemudian saya ber-istighfar dan membaca hamdalah. Meski awalnya agak terpaksa, saya tersenyum, masih di depan kemudi mobil, Ada perasaan membuncah yang akan saya bagi ke team inti . Setelah parker mobil, dan masuk rumah, serta bercengkerama dengan anak-anak, saya duduk di kursi, dan kemudian memforward BBM tadi, dan meng-copy paste untuk kemudian di email ke semua team yang terlibat. Kalimat dari BBM tadi utuh saya kutip, dan kemudian ada tambahan kalimat dari Saya. “Insya Allah ini jalan terbaik bagi kita, dan saya yakin Allah punya jalan terbaik buat kita”.
Saya merasa plong dengan, SMS, BBM dan email dengan bunyi di atas. Sebab, tugas saya, memang harus memberikan motivasi kepada team, apapun yang sedang terjadi di perusahaan. Karena rata-rata semua yang saya kirimi, meng-amini. Disisi lain, pantang bagi saya, menebar kalimat-kalimat psimis, sebab itu akan meruntuhkan mental team. Dalam kondisi apapun, saya harus tetap menebar harapan. Bahwa dunia tidak akan kiamat, jika kita gagal dalam proyek ini. Masih ada pekerjaan lain yang bisa di angkat. Dan yang lebih penting, inilah jalan terbaik itu. Bisa jadi jika kita menang di proyek ini, meskipun dalam hitungan kertas menguntungkan, akan tetapi ada hal-hal lain, yang diluar perhitungan kita, ternyata justru merugikan kita di masa datang. Meskipun ini terkesan klise dan menghibur diri, tetapi saya yakin, jika mind set kita, sudah ter setting seperti ini, akan lebih meudah menghadapi kehidupan dunia, dengan tantangan seberat apapun.
Akhirnya Dinikmati
Jika kita berhasil trus kita senang dan bisa menikmati kesuksesan kita itu hal biasa. Tetapi, justru saya akhirnya malah bisa menikmati kegagalan. Sebab saya yakin, tidak ada energy yang terbuang percuma ketika kita melakukan sesuatu, meskipun saat ini masih belum Nampak hasilnya. Saya yakin, sebagaimana di tulisan sebelumnya, bahwa dia akan menjadi energy keberhasilan dilain waktu.
Selanjutnya, dengan kegagalan inipun, saya bisa instrospeksi yang lebih mendalam. Bahwa, perencanaan sebaik apapun yang kita buat, dengan pendekatan secanggih apapun, bukan merupakan jaminan untuk meraih kesuksesan. Sebab kesuksesan dan keberhasilan, seringkali memiliki jalan dan caranya sendiri yang seringkali justru melalui jalan dan cara di luar apa yang menurut kita yang paling hebat itu. Dan di sinilah kehadiran takdir itu.
Dengan kesadaran penuh seperti itu, maka sejatinya setiap perbuatan baik (amal sholeh) itu, tidak akan pernah sia-sia. Dan sebagaimana kesuksesan, dia juga akan mencari jalan dan caranya sendiri, untuk memenui kita lagi di masa depan. Menikmati kegagalan, bukan berarti berdiam diri, tetapi kita dituntut juga untuk aktif, mengevaluasi segala hal yang telah kita lalui, sehingga kita gagal. Dengan demikian, tanpa kita sadari kita akan membuat semacam tabel, penyebab kegagalan, dan kemudian di sampingnya kita buat, jalan keluarnya. Sehingga, jika ada hal seperti ini kedepan, kita sudah tahu petanya, dan sekaligus solusinya.
Tidak perlu kita menyendiri dan kemudian menyesali, tanpa melakukan apa-apa. Jika demikian, lalu buat apa kita bersedih dalam kegagalan? Nikmati saja