Dalam banyak buku tentang kewirausahaan dan juga beberapa seminar dan pelatihan tentang entrepreneurship, banyak penulis dan pembicara seringkali menekankan agar fokus dalam memulai bisnis. Kemudian untuk memberikan justifikasi atas pendapatnya itu, maka di ambillah contoh kisah sukses, mereka yang fokus dalam bisnis. Digambarkanyalah, sejak awal merintis telah fokus dalam satu hal, meski badai menghadang dia tetap tegar, dan akhirnya bias meraih puncak kejayaan. Pun demikian, di beberkanlah fakta, kisah gagal nan tragis, bagi pengusaha yang tidak fokus dalam bisnisnya. Mereka yang zig-zag dalam menjalankan bisnisnya, maka akibatnya akan gulung tikar dan kemudian terpuruk di dasar jurang kebangkrutan.
Dari cara berfikir di atas, tanpa kita sadari atau tepatnya alam bawah sadar kita sebagai pembaca dan juga audien dalam seminar atau pelatihan itu, akhirnya terpojok dan kemudian tergiring dalam konstruksi pemikian yang di bangun oleh penulis dan pembicara itu. Kita seolah-olah tidak bisa menghelak atas pendapat itu, karena mereka memberikan data empiris, yang seakan-akan pendapat itu tidak terbantahkan. Dampaknya, syaraf fikir kita, tidak bisa menolak dan tidak bisa berkata lain, selain memerintahkan otak kita, untuk memberikan komando kepada seluruh organ tubuh kita, dengan satu kalimat pembenaran,”Jika mau bisnis harus fokus”. Saya tidak membantah bahwa fokus adalah salah satu kunci sukses dalam bisnis. Tetapi fokus dalam definisi dan pengertian seperti apa, itu yang menjadi pertanyaan berikutnya.
Memaknai Fokus
Pada awalnya, fokus di gunakan dalam istilah Fisika. Saya ingat betul, pertama kali mendengar kata fokus itu. Yaitu sewaktu masih kelas 4 (empat) SD, ketika itu ada semacam praktik IPA. Kita di ajarkan untuk menggunakan kaca pembesar (bahasa jawanya Suryo Konto), dimana kita di suruh mengambil selembar kertas dan menghadapkan kaca pembesar itu dengan sinar matahari, kemudian cahayanya di teruskan ke kertas tadi. Ketika kaca pembesar di arahkan ke kertas, maka cahayanya terkumpul dan membentuk sebuah titik, itulah yang dinamakan fokus, kata guru saya. Kami tidak boleh mengalihkan titik itu, sampai sekitar 5 menit kemudian, kertas yang terus di sinari dengan titik itu, menjadi titik api, dan akhirnya kertas itu terbakar. Ternyata, apa yang tertulis dalam kamus besar bahasa Indonesia, persis seperti apa yang saya praktekkan itu. Sehingga fokus di artikan sebagai “titik atau daerah kecil tempat berkas cahaya mengumpul atau menyebar setelah berkas cahaya itu menimpa sebuah cermin atau lensa, berkas cahaya yg datang berada dl keadaan paralel dng sumbu cermin atau lensa itu; titik api”
Dengan pemahaman seperti ini, jika dikaitkan dengan dunia bisnis, maka pengertian fokus menurut saya adalah kegiatan/aktivitas yang terus-menerus dan terpusat pada salah satu kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai. Atau dengan kata lain, tekunilah suatu bisnis tertentu, jangan berpindah-pindah, sampai bisnismu itu menghasilkan. Dengan demikian, jika mau fokus menjadi seakan-akan tidak kreatif. Fokus seakan-akan menggunakan kaca mata kuda, tidak tengok kiri-tengok kanan, lempeng aja kedepan. Memandang sesutau menjadi linear. Semua bisa di kalkulasi dengan deret hitung, dan seterusnya. Seakan fokus itu, membelenggu kreatifitas. Betulkah demian? Jawabnya bisa ya, bisa tidak. Kita akan menjawab ya, jika kita kaku memaknai fokus, seperti uraian di atas. Tetapi, saya berkata tidak karena, bagi saya fokus tidak seperti itu.
Fokus yang Menyimpang?
Saya dalam berbisnis selalu berprinsip sederhana. Jika kita melakukan sesuatu (baca : meraih kesuksesan) terutama dalam bisnis, hanya mengikuti cara bagaimana orang lain sukses, sudah barang tentu saya akan tertinggal jauh dari orang itu. Sebab setuap orang di takdirkan oleh Allah SWT, memiliki jalan sukses dan cara sukses sendiri-sendiri. Belum tentu, ketika ketika menjiplaknya akan merasakan hal yang sama seperti yang kita contoh itu. Banyak factor dan setting yang melatar belakanginya. Sehingga hasilnya pun, bisa dipastikan berbeda pula. Alih-alih lebih bagus, biasanya jauh panggang dari api. Makanya, saya harus mencari jalan dan cara lain, di luar kebiasaan dan pemahaman orang kebanyakan. Dan kemudian saya mulai dari pemahaman yang berbeda tentang focus. Lalu, apa sesunggunya makna fokus itu?.
Saya tidak mau ikut-ikutan. Maka, saya memaknai fokus adalah mengerjakan satu atau lebih pekerjaan (jasa), yang tidak atau jarang dilakukan orang lain. Jadi saya memahami fokus itu tidak harus hanya mengerjakan satu pekerjaan, tetapi lebih dari satu pekerjaan. Namun kata kuncinya tidak atau jarang dilakukan oleh orang lain. Sehingga dalam bisnis saya, dalam membuat produk atau memberikan services, selalu yang aneh-aneh. Jarang orang lain mau melakukan itu. Dengan slogan sederhana we do, what others don’t.Melalui pemahaman seperti ini, maka kretaifitas akan selalu muncul. Sebab kita akan selalu mencari-cari, apa yang orang lain tidak melakukan, dan kita akan melakukannya. Semangat kita kan meledak-ledak,. Kita tidak takut melakukan inovasi, sehingga trial and error, merupakan sebuah kelaziman. Kita selalu mencari celah solusi, disetiap ada problem. Kita akan berusaha menjadi leader bukan follower. Kita akan tumbuh secara eksponensial, bukan linear. Kita berkembang mengikuti prinsip deret ukur, bukan deret hitung, dan seterusnya. Sehingga fokus dalam definisi saya itu akan melahirkan entrepreneur yang memeliki sifat kreatif, inovatif dan dinamis. Dan Alhamdulillah, saya telah membuktikannya. Anda bagaimana?