entrepreneur, technopreneur, Entrepreneurship

ENTREPRENEUR TANPA BAKAT


talentBerbicara tentang entrepreneur, maka seringkali dikaitkan dengan bakat seseorang. Bahkan tidak jarang, jika kita menemui orang yang gagal dalam berbisnis atau menjadi entrepreneur, maka orang-orang di sekelilingnya, atau paling tidak orang yang mengetahuinya, dengan enteng akan berkomentar,”Memang dia tidak berbakat dalam bisnis,”. Dan hal ini sejatinya tidak hanya terjadi bagi mereka yang menempuh jalan sebagai entrepreneur. Di bidang lain, cemoohan seperti itu, acap kali kita dengar. Seolah-olah, jika kita melakukan sesuatu dan juga menmilih profesi/kerjaan tertentu, harus punya bakat terlebih dahulu. Jika tidak memiliki bakat, maka dia tidak bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

Diskursus bakat dalam dunia entrepreneur pun menempatkan dua pihak yang diametral, saling berhadapan, dalam melihat apa dan bagaimana seseorang bisa menjadi entrepreneur. Pihak pertama berpendapat bahwa entrepreneur itu di lahirkan. Artinya sejak dari orok, telah given dari Allah, bahwa dia memiliki bakat sebagai entrepreneur. Sehingga apapun yang dilakukan akan bisa menghasilkan uang. Ibaratnya, batu atau sampah sekalipun, jika dia pegang, akan menjadi emas. Pendapat kedua adalah mereka yang berpendapat bahwa entrepreneur itu di ciptakan. Artinya, sekalipun sesorang tidak memiliki kecenderungan atau bakat untuk menjadi pe-bisnis, akan tetapi jika di treatment melalui serangkaian pendidikan yang terstruktur dan terprogram dengan baik, maka orang yang dulunya tidak memiliki kapasitas sama sekali, maka akan mampu bermetamorfosa menjadi seorang entrepreneur, dengan sederet kisah sukses yang melekat pada dirinya. Dari pemahaman ini, maka bermunculan lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal, yang kemudianmenawarkan pendidikan, pelatihan dan pendampingan yang di bungkus dalam konsep kiat sukses untuk menjadi entrepreneur. Demikian pula diikuti kelompok-kelompok atau asosiasi, yang membentuk komunitas untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship ini secar serius dan berame-rame.

Tentang Bakat

Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengartikan banyak hal tentang bakat. Akan tetapi dalam konteks ini nampaknya ada sebuah definisi yang pas, yaitu dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yg dibawa sejak lahir. Artinya, paling tidak terdapat tiga hal yang menempel pada diri sesorang sejak bayi, yaitu 1) kepandaian, 2) Sifat, 3) pembawaa. Kepandaian juga memiliki banyak difinisi, meliputi a. cepat menangkap pelajaran dan mengerti sesuatu; pintar; cerdas, b. mahir; cakap; terampil, c. dapat; sanggup, d. berilmu. Sifat, bermakna ciri khas yang melekat pada diri seseorang, atau dasar watak (yang dibawa sejak lahir) dengan kata lain memiliki tabiat. Pembawaan artinya proses, cara, perbuatan membawa atau membawakan, atau dengan kata lain kecenderungan atau bisa juga dikatakan sebagai karakter.

Dari uraian tentang bakat, atau dalam bahasa inggris disebut talent, yang kemudian di breakdown berdasarkan komponen yang ada di dalamnya, maka betapa bakat itu, meskipun given, sejatinya merupakan kumpulan dari elemen dasar yang saling berhubungan, sehingga membentuk sebuah kekuatan. Dan kekuatan inilah yang menjadi ciri khas seseorang, sehingga bisa membedakan dirinya dengan yang lain. Dengan demikian, sesungguhnya bakat itu, meskipun tidak tepat betul, juga menjadi semacam karakter pada seseorang. Karena dengan karakter ini, yang akan menuntun seseorang itu untuk kemudian melakukan kegiatan yang spesial, dan dari karena dia tekun dan fokus di hal yang spesial itu, maka juga mendapatkan hasil yang lebih baik dari yang lain, dan inilah sejatinya menurut saya yang di maksud dari bakat itu. Sehingga bagi saya, bakat adalah kombinasi yang sempurna, antara sesuatu yang given (pemberian Allah) dan daya upaya seseorang untuk melakukan sesuatu.

Beyond Bakat

Orang-orang yang berbakat, memang seringkali bisa menghasilkan dan/atau menciptakan sesuatu di luar cara kerja manusia biasa. Model berfikir, menganalisa dan juga sampai pada tataran mengeksekusinya, tidak pernah tergantung dengan apa yang biasa dilakukan oleh orang kebanyakan. Dia melewati itu semua. Dan oleh karenanya hasilnya, lagi-lagi juga luar biasa. Lalu, bagaimana dengan orang yang tidak memiliki itu semua? Dan dalam perspektif entrepreneur, apakah seorang entrepreneur itu harus orang yang berbakat?

Untuk menjawab ini, bisa kita lihat dulu tentang bagaimana cara pandang seseorang terhadap entrepreneur, sebagaimana dijelaskan di alinea-alinea di atas. Premis awal saya menyatakan bahwa, seseorang tanpa bakat sekalipun, bisa menjadi entrepreneur. Karena bisnis itu bukan ilmu pasti, bukan matematika. Jadi siapapun yang akan menapaki langkah menjadi entrepreneur tidak perlu belajar rumus-rumus tertentu. Tidak harus mengerti ekonometri, berkaitan dengan ROI, BEP, NPV, TCO dan lain-lain. Bukan berarti hal-hal itu tidak perlu di pelajari. Akan tetapi, memaksakan kita terlalu fokus terhadap hitung-hitangan itu, sama halnya kita sedang mencari-cari, bakat apa yang kita miliki. Sehingga terlalu banyak, wasting time. Apalagi jika kita merupakan seorang pebisnis pemula. Ekstrimnya, sesorang yang memiliki bakat tertentu, belum tentu menjadi jaminan pula, jika bakatnya itu ditekuni dan dilaksanakan, bisa menghasilkan bisnis yang baik. Tetapi, cukup banyak orang yang nampaknya biasa saja, bahkan seolah-olah tidak memiliki bakat, maupun kapasitas dan kemampuan di dalam bisnis, ternyata berhasil dalam membangun dan mengembangkan usahanya. Meskipun belum dikatakan berhasil, tetapi sejatinya saya termasuk golongan orang-orang yang tidak berbakat. Bahkan ketika perusahaan saya pecah kongsi 5 (lima) tahun lalu, banyak yang mencibir dan memprediksi, tahun itu juga perusahaan kami akan habis. Tetapi alhamdulillah nyatanya tidak, perusahaan kami masih bisa berdiri dan eksis sampai sekatan. Bahkan, karena saya terus istiqomah mengurus kapal yang oleng dan hampir karam itu, dan pelan tapi pasti mulai berdiri lagi, dan siap menembus hempasan badai yang semakin kencang, sehingga banyak orang yang melihat ini seakan-akan saya memiliki bakat. Padahal sekali lagi saya merasa tidak memiliki bakat sedikitpun.

Lalu, jika di tanya apa kiatnya agar tetap istiqomah? Jawabnya gampang, jangan hiraukan omongan orang, atau jika ada orang yang meng-under estimate anda, jangan pernah marah. Senyum saja, dan tetaplah Anda berjalan di jalur Anda. Jika itu merupakan langkah yang on the right track, maka Insya Allah, meskipun belum berhasil, yakinlah selalu ada jalan terang dan harapan di depan yang menanti. Dan sekali lagi, jangan terlalu terpengaruh dengan mitos, bahwa entrepreneur itu adalah bakat atau dilahirkan. Tetapi, percayalah bahwa entrepreneur itu bisa di ciptakan. Dan yang menciptakan anda menjadi entrepreneur itu, bukan lembaga atau orang lain. Tetapi Anda sendiri. Bagaimana caranya? Mulailah dari Sekarang !!!

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.