Islam, Parenting

TENTANG UMUR KITA


umurAdalah Chairil Anwar, seorang pujangga tahun 40-an, dalam pusinya yang berjudul “AKU”, dan juga kemudian di kutip dalam beberapa syair lagu di belakangan hari, kurang lebih isinya begini,”Aku ingin hidup seribu tahun lagi…….”. Sebuah pernyataan yang mungkin menekankan bahwa keinginan hidup di dunia dengan segala kenikmatan yang sesungguhnya berupa tipu daya itu, telah berhasil membius manusia untuk lebih lama lagi tinggal hidup di dunia. Bahkan jauh sebelum itu, tatkala Firaun memproklamirkan dirinya sebagai Tuhan, maka dia juga selalu berusaha agar dia tidak mati. Padahal senyatanya, mereka yang mengucapkan itu, semuanya kini telah tiada. Karena umur adalah kenentuan Allah SWT dan kematian adalah sesuatu yang pasti, kita tidak pernah tahu kapan dan dimana kita akan pati. Kita tidak bisa menolak dan menundanya barang sedetikpun jika malaikat maut sudah menghampiri kita. Sebagaimana firman Allah SWT.

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Mahatahu apa yang kamu kerjakan.(Munafiqun, 63: 11)

Hal ini, di jelaskan dengan sangat logis oleh Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya yang berbunyi,”Sesungguhnya Allah tidak menunda atau mengundurkan ajal seseorang jika telah tiba waktunya, sedang bertambah umur itu jika Allah memberikan keturunan anak yang baik yang mendo’akan kepadanya maka sampailah do’anya kepadanya sampai kuburnya.” (HR. Ibn Abi Hatim)

HARAPAN HIDUP

Harapan hidup adalah jumlah diharapkan (dalam arti statistik) tahun kehidupan yang tersisa pada usia yang diberikan. Ini dilambangkan oleh e” x”, yang berarti rata-rata jumlah tahun-tahun berikutnya kehidupan seseorang yang sekarang berusia ” x”, menurut pengalaman kematian tertentu.

Dalam literatur teknis, simbol ini berarti jumlah rata-rata ” lengkap ” tahun hidup tersisa, termasuk pecahan setahun. Statistik terkait termasuk pecahan tahun, arti normal harapan hidup, memiliki simbol dengan lingkaran kecil ” e”. (http://www.news-medical.net/health/Life-Expectancy-What-is-Life-Expectancy-%28Indonesian%29.aspx)

Dalam daftar yag di buat didasarkan pada perkiraan CIA World Factbook pada tahun 2011, sebagaimana yang di buat list-nya di Wikipedia, maka harapan hidup rata-rata orang Indonesia, di dunia  menempati urutan ke 137 dengan rata-rata harapan hidup 70,76. Dimana untuk laki-laki usia harapan hidupnya 68,26 tahun, dan untuk perempuan 73,38 tahun (http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_angka_harapan_hidup)

Melihat data di atas, maka dengan sederhana dapat dilihat bahwa, ternyata kamum perempuan di Indonesia (dan juga hamper rata-rata di semua negara di dunia), memiliki harapan hidup lebih panjang di bandingkan dengan yang laki-laki. Mungkin sejatinya perempuan lebih tahan pada tekanan hidup di banding dengan lalki-laki, atau mungkin factor lain. Meskipun kita juga sering melihat banyak orang yang meninggal sebelum melewati usia harapan hidup nya itu, tetapi juga kita sering menyaksikan orang yang masih hidup melewati ambang batas usia harapan hidup itu. Lagi-lagi kematian adalah rahasia Allah SWT, semata. Lalu setelah melihat itu, mari kita bikin semacam simulasi, kira-kira dengan kondisi normal, berapa jatah sisa umur kita.

UMUR UMMAT MUHAMMAD SAW

Lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu, Rasulullah Muhammad SAW telah memprediksi umur ummatnya sebagaimana yang di nyatakan dalam sebuah hadits berikut,”Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun, hanya sedikit dari mereka yang usianya lebih dari itu.” ( HR. Tirmidzi). Hadits ini ternyata sejalan dengan apa yang di kemukakan oleh ilmu pengetahuan modern dengan konsep usia harapan hidupnya. Padahal 1400 tahun yang lalu belum ada semcam ilmu statistik yang bisa dipakai untuk menghitung dan juga memprediksi umur umat manusia, tetapi Rasulullah telah mampu melakukan itu. Lantas apa yang menyebabkan beliau bisa melakukan itu, jika tidak ada bimbingan langsung dari Allah SWT.

Padahal referensi yang dimiliki oleh Nabi ketika itu, yang bersumber dari kitab-kitab suci sebelumnya, jauh dari apa yang beliau prediksikan itu. Sekedar sebagai contohnya saja adalah bahwa Nabi Adam as berusia 1000 tahun dan Nabi Nuh as berusia 950 tahun. Sekali lagi, apa yang bisa membuat prediksi nabi ternyata sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini. Ini bukan hanya sebuah kebetulan.

KONTEMPLASI

Hari-hari ini, kita masih sering melihat perayaan ulang tahun yang dilakukan oleh sebagian kita. Dengan sederet pesta pora yang mengiringinya. Meskipun didalamnya ada do’a-do’a yang di panjatkan. Bahkan dewasa ini, di jaman yang serba canggih ini, di wall-wall social media, di gadget kita, di mobile phones, muncul ucapan selamat dari saudara, teman dan handai taulan bahkan dari orang yang secara fisik tidak kita kenal sekalipun. Lantas pertanyaanya, apakah merayakan ulang tahun tidak boleh? Jawabnya bisa ya bisa tidak, tergantung motivasi yang melatarbelakanginya, akan tetapi sebaiknya justru momentum seperti ini dipakai untuk melakukan kontemplasi.

Mengapa harus kontemplasi? Sebab masih banyak lagi sejatinya fakta-fakta yang kemudian bisa kita jadikan pegangan bahwa, yang namanya umur itu mutlak hak prerogratif Allah SWT. Hanya Dial ah yang maha tahu, kapan, dimana dan dengan cara apa kita nanti akan mati. Apakah kita panajang umur, atau pendek umur. Apakah kita dalam keadaan khusnul khotiman atau su’ul khotimah. Semuanya kembali kepada kita, sisa umur yang Allah berikan kepada kita, kemudian kita isi dengan apa, amal sholih yang semakin mendekatkan diri kepada-Nya, atau justru maksiat kepada-Nya, sekali lagi semua tergantung kepada kita.

Maka tidak ada alasan lain bagi kita untuk tidak melakukan perenungan/kontemplasi atas hal ini. Kontemplasi yang tidak hanya pasif, akan tetapi perenungan yang bisa menggerakkan kita untuk selalu menuju ketaqwaan kepada-Nya. Sehingga selalu mendorong dan memacu kita untuk memperkuat bekal kehidupan kita dalam menghadapi kematian. Dan akhirnya, kapanpun jatah umur kita sudah dipastikan berakhir, kita sudah siap menjalaninya. Dan dengan senyuman pula, kita menyambut kedatangan malaikat maut. Meski di hari jadi, seperti saat ini. Wallahu a’lam.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.