Memang ini sedikit plesetan, dari atsar Ali bin Abi Tholib r.a, keponakan, menantu sekaligus sahabat Nabi SAW, yang dijuluki sebagai baabun ‘ilm (pintunya ilmu), dimana beliau pernah bersabda,”Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya”. Statement ini, jika kita tarik ke garis kekinian, maka akan ketemu relevansinya. Konon setiap penuntut ilmu, untuk meraih gelar strata kesarjanaannya, harus membuktikan tingkat kepahamannya akan ilmunya itu dengan menuliskannya. Yang kemudian di kenal berupa skripsi, thesis maupun desertasi. Atau dalam case lain, betapa banyaknya saat ini buku terbit, yang ditulis oleh orang dengan latar belakang, tingkat pendidikan dan disiplin ilmu yang beraneka ragam Ada bermacam alasan yang melatar belakanginya, ada yang inging menunjukkan jati dirinya, kampanye, untuk mendapatkan pengakuan masyarakat, men-share pengalaman dan sederet alasan lainnya. Pendek-nya dengan menulis, mereka telah berbagi pengalaman atau pengetahuan dengan sesama.
Lalu apa kaitanya dengan mimpi ?. Sebagaimana ilmu, sesungguhnya mimpi juga memiliki dimensi yang sangat luas. Bahkan bisa dikatakan melintasi ruang dan waktu. Mimpi, tidak bisa kemudian kita arahkan sekemauahendak kita. Dia bisa liar, dan bisa pula jinak, tergantung situasi batin ketika kita bermimpi. Dia datang begitu saja, dengan berbagai variasinya, dan kemudian pergi begitu saja. Ada kalanya mimpi itu begitu membekas sampai kita bangun pun masih terngiang-ngiang dengan mimpi kita, atau kerap kali hilang tak berbekas. Mungkin juga kita pernah terbangunkan olehnya, jika ternyata itu berupa mimpi buruk. Sampai-sampai ada juga orang — dan ini menjadi kepercayaan sebagaian masyarakat–, yaitu dengan mentakwil mimpi. Jika mimpi begini, takwilnya begitu, jika mimpi begitu, takwilnya begini dan seterusnya. Bahasan ini terkait dengan mimpi dalam arti yang sesungguhnya atau lebih dikenal dengan “kembangnya orang tidur”.
Tetapi dalam tulisan ini, saya ingin mengajak kita untuk membahas “mimpi” dalam arti yang lebih luas. Bisa itu berupa cita-cita atau bisa berupa visi hidup. Hal ini saya angkat, karena sejatinya dalam kesehariann kita, tidak terlepas dari upaya kita untuk merah apa yang disebut “mimpi” itu. Sejak kecil kita pernah bercita-cita untuk menjadi ini dan itu. Dan di masa kecil itu pula, apa yang kita cita-citakan seolah-olah tergambar jelas dalam sebuah layar tancap J. Tetapi tiba-tiba dejavu, saat ini sekonyong-konyong kita pernah berada dalam tempat dan waktu yang sama, sebagaimana yang tergambar dalam khayalan kita masa kecil itu. Atau, kita pernah juga mempunyai visi hidup yang pernah kita declare-kan, ketika mengikuti sebuah acara pelatihan motivasi, semacam Achievement Motivation Training dan sejenisnya. Visi hidup kita bahkan pernah kita tulis, akan tetapi kita tidak tahu makna apa yang kita mimpikan dan juga kita tulis itu. Sehingga, tulisan itu pergi begitu saja, atau mungkin terlupakan dan hilang ditelan waktu.
Lalu, apa maksudnya menuliskan mimpi itu. Mulai saat ini, mari kita buatlah list dari mimpi-mimpi kita. Jangan berpikir yang macam-macam dulu, daftar semua mumpi itu, bisa cuman 1 baris, satu lembar ataupun berpuluh-puluh halaman juga tidak masalah. Baru setelah yakin bahwa semua mimpi-mimpi itu sudah tertuang dan tertulis di kertas-kertas itu, mulailah memilah dengan yang mungkin dicapai dan skala prioritas, atau dengan kata lain dibuatkan semacam matrix dengan prioritas yang penting dan mendesak. Kita harus berani merekonstrusksikan mimpi-mimpi kita yang mungkin berserakan itu. Ibarat sebuah puzzle, mimpi kita teracak kemana-mana. Kita harus tekun dan telaten untuk menata ulang mimpi-mimpi itu. Saya yakin, sesungguhnya kita masih ingat tentang apa yang pernah kita cita-citakan, dalam rentang umur kita, sejak kecil sampai usia berapapun kita sekarang. Barangkali, ada yang sudah terealisasikan, ada yang belum terlaksana atau bahkan ada yang sudah jadi kadaluwarsa. Pendeknya, kita berusaha mengelompokkan mimpi itu yang menjadi : mimpi produktif, tidak produktif dan obsolette. Kemudian, mimpi itu bisa disusun menjadi semacam roadmap, blueprint atau bahkan proposal hidup kita. Pada awalnya bisa jadi tidak teratur, atau baru berupa mind mapping. Akan tetapi itu akan terus bergulir dan tidak mustahil bisa di breakdown lebih jauh lagi. Tidak ada kata terlambat, tetapi jangan berlama-lama. Saat ini juga, wujudkan mimpi-mimpi itu dengan menuliskannya.
Kekuatan dari mimpi terletak pada liarnya yang tidak berpola, sehingga antara bisa mendapatkannya atau gagal sama peluangnya.